PROLOGUE

376 55 21
                                    

Guratan penanya terhenti kala air matanya menetes membasahi surat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Guratan penanya terhenti kala air matanya menetes membasahi surat itu. Hatinya terasa dicabik-cabik saat harus menuliskan surat tersebut. Selama dua puluh tahun hidupnya tak pernah menyangka bahwa dia akan menuliskan sebuah surat wasiat untuk keluarganya. Tangannya semakin gemetar.

"Serius lu mau bunuh diri?" celetuk seseorang di dekatnya. Tak ada tanggapan, berakhir kacang. Membuat orang itu mendengus kesal.

"Una! Masa gara-gara kucing lu meninggal lu mau bunuh diri sih!" Seseorang menarik lengan perempuan yang dipanggil Una itu. Tangis sesegukannya menggema di dalam kamar itu.

"Aduh! Gue cape banget sama kelakuan lu, Una!" Ia menepuk keningnya sendiri, lelah dengan sikap aneh temannya itu.

"Gue nggak ada harapan lagi, Syel. Mumu udah nggak ada di dunia ini, cuma dia satu-satunya semangat hidup gue..." Ia kembali menangis histeris.

Ini semua karena kucing kesayangannya yang diberi nama Mumu. Ditabrak oleh seseorang tak bertanggung jawab hingga tewas. Sepulangnya bekerja dia mendapati Mumu tergeletak tak bernyawa di depan rumahnya tanpa ada yang menyadari.

Mumu adalah temannya yang paling setia. Kehilangan Mumu seakan perempuan itu kehilangan separuh jiwanya.

"Mumu... Mumu...," lirihnya seraya mengelap ingusnya sendiri dengan tisu.

"Una, udah dong! Jangan begitu—"

Tanpa aba-aba dia bangkit dari duduknya, kemudian segera memasukan surat wasiatnya ke dalam amplop berwarna cokelat muda. Dia menghampiri temannya itu, Syela. Teman sejak masa SMA, dan kini keduanya bekerja di tempat yang sama. Bedanya Syela hanya bekerja paruh waktu, dibarengi dengan kuliahnya. Sedangkan dirinya memilih bekerja waktu penuh. Dia ingin fokus dulu membantu ekonomi keluarga. Bila kelak keadaan sudah lebih baik dia akan kuliah.

Aruna Willyana, anak dari seorang pengusaha mebel yang pernah sukses pada masanya. Sayang dua tahun silam, ayahnya dililit hutang yang tidak kecil jumlahnya. Semua harta bendanya sudah banyak yang dijual untuk menutupi hutang itu. Meski begitu, semuanya masih belum bisa tertutupi sampai sekarang. Mereka sudah pindah ke rumah yang jauh lebih kecil, hidup hemat selama setahun terakhir ini.

Aruna, atau lebih akrab disapa Una, dia tidak ingin menjadi beban keluarganya, maka dia memutuskan untuk bekerja di salah satu perusahaan property ternama. Sudah hampir satu tahun ia bekerja. Sedikit demi sedikit dia menabung untuk membantu melunasi hutang ayahnya.

"Udah, Syel. Gue mau pergi, jangan tahan gue," ujar Aruna yang terlihat serius. Namun itu tidak membuat Syela percaya, pasalnya ia kenal betul seperti apa Aruna ini. Anaknya penakut. Paling juga pulang lagi nanti.

"Nggak bakal gue tahan," sahut Syela.

Aruna menoleh menatap wajah temannya kecewa. "Jahat banget lu, Syel!" Ia berlari meninggalkan ruangan itu dengan tas kecilnya yang bermotif bunga. Dia keluar dari kamar Syela dengan tergesa.

This All Goes to You 3 | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang