Sendunya serupa rintik hujan yang baru saja jatuh bersamaan dengan air matanya. Pipinya perlahan dibuat basah. Aruna tidak pernah secengeng ini. Ia memandangi sebuah foto dengan mata yang digenangi air. Foto dirinya bersama Leo. Ada perasaan perih, ada pula kebingungan di dalam kepalanya. Semua terjadi begitu saja.
Ayah dan bunda marah besar. Mengingat bagaimana ayah memukuli Nathan habis-habisan membuat Aruna merasa tidak tega. Ayah tidak akan seperti itu, begitu pula Nathan tidak akan diperlakukan begitu, andai saja malam itu dia tidak pergi. Akar masalah ada pada dirinya. Hal itu membuat Aruna semakin menyalahi dirinya.
"Mumu ...," lirihnya teringat akan kucing kesayangannya yang telah bahagia di Surga.
Pintu kamarnya terbuka perlahan, lalu muncul sang bunda dengan pakaian rapi.
"Bunda?"
"Una, Bunda sama Ayah mau pergi dulu, ya?" Bunda menghampiri Aruna di sana.
"Mau ke mana?" tanya Aruna.
"Ayah kamu mau laporkan masalah ini," jawab wanita itu.
Aruna terkejut mendengar hal itu. Melaporkan apa? Ke mana? Pada siapa?
"Kami mau adukan ini ke komisi perlindungan perempuan dan anak, karena ini tindak pemerkosaan, Una. Kamu pasti dijebak sama laki-laki itu." Bunda kembali meneteskan air matanya.
Perempuan itu kemudian kembali menangis dalam pelukan bundanya. Dia tidak dapat berpikir apa-apa lagi. Karen dalam dirinya sudah merasa begitu hancur, tidak pantas disayangi lagi. Pikiran-pikiran jelek itu menghantui seisi kepalanya.
🦋🦋🦋
"Nathan! Hey!" Rachel menggenggam satu tangan Nathan yang tengah melamun sejak beberapa menit yang lalu. "Mikirin apa?""Mikirin hutang," jawab Nathan asal.
"Hah? Kamu punya hutang?" Rachel begitu terkejut dengan jawaban itu.
Nathan kembali melamun memikirkan kejadian kemarin. Beberapa bagian di wajahnya masih terasa sakit. Rachel sempat mempertanyakan darimana Nathan mendapatkan luka lebam itu. Laki-laki itu berbohong, ia bilang dipukuli di club akibat mabuk berat hingga berurusan dengan preman-preman di sana. Padahal ia habis dipukuli oleh ayah Aruna.
Jian berhasil menyelidiki tentang Aruna yang bisa berada di kamar malam itu. Rupanya seseorang sengaja melakukan hal itu pada Aruna. Teman satu kantor Aruna sendiri lah dalang semua ini. Ketika mengetahui itu Nathan betul-betul terkejut.
Apa yang Aruna lakukan pada mereka sehingga dia diperlakukan demikian.
"Babe, kenapa sih kamu cuek banget?" tanya Rachel dengan nada manja.
"Rachel saya harus pergi," ujar Nathan yang meninggalkan perempuan itu begitu saja.
"Nathan! Kamu ini apa-apaan sih? Aku pacar kamu loh!"
"Ada yang maksa nggak kamu untuk jadi pacar saya?" Nathan menatap Rachel dingin.
Perempuan itu kehabisan kata-kata, sebab memang dirinya lah yang memaksa untuk bisa menjalin hubungan dengan Nathan. Memaksa Nathan untuk menerimanya. Obsesi Rachel kadang membuatnya begitu bodoh, karena dia tetap bertahan meski tahu bahwa Nathan tidak pernah mencintainya.
"Kamu mau ke mana sih?"
"Sssttt nggak usah kepo!" Nathan pergi seraya menghubungi Jian untuk mengantarnya ke suatu tempat.
Jian yang sudah siap di lobby pun langsung membukakan pintu kala Nathan keluar dari restoran Italia barusan. Basa-basi malam minggu bersama Rachel. Nathan masuk ke dalam mobil tersebut.
"Kak Nathan mau ke mana?" tanya Jian yang menyusul masuk dan memakai seatbelt nya.
"Ke rumah Aruna," balas Nathan yang terlihat begitu pusing memikirkan suatu hal.
"Ke rumah Aruna mau apa???" Jian terkejut.
"Pokoknya sekarang bawa saya ke sana dulu!"
"Baik." Jian menuruti perintah Nathan segera. Sebab wajah Nathan mulai berubah dingin dan menyeramkan. Biasanya kalau sudah seperti itu, Nathan bisa menjadi sensitif dan mudah marah. Jadi Jian mencari aman saja.
Nathan tiba-tiba merasa jahat karena sudah bersikap begitu pada Aruna dan keluarganya. Perkataannya kemarin itu mungkin melukai hati mereka. Dalam hatinya ia mengutuk dirinya sendiri. Aruna tidak tahu apa-apa, dia dijebak.
Jian juga mendapatkan informasi bahwa ayah Aruna terlibat hutang dalam jumlah besar. Bukan kah wajar kemarahannya yang kemarin? Ayah Aruna mati-matian mencari uang untuk melunasi hutang dan membiayai keluarganya. Tapi kemudian putrinya dijahati seperti ini. Kini Nathan memahami situasinya. Betul dirinya turut salah dalam hal ini. Dia harus bertanggung jawab.
Haruskah ia mengikuti apa yang ayahnya Aruna katakan waktu itu?
To be continued...
Setelah hiatus lumayan lama akhirnya aku kambek wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
This All Goes to You 3 | Jaemin
Любовные романыDia Nathan. Dia warna dalam hidup Aruna, sekaligus guratan luka yang abadi dalam hatinya. ❝Kamu adalah bahu ternyaman, Na. Kamu juga rumah paling aman. Kalau kamu nggak ada aku harus gimana?❞ -Aruna ©hanekyung, 2021