Satu hal yang Aruna benci pada dirinya sendiri. Lemah. Dia merasa begitu lemah untuk menghadapi semesta yang begitu keras. Dia benci mengapa hanya bisa melangkah sampai sejauh ini. Mengapa langkah kakinya guntai dan lamban, seperti dirinya hanya jalan di tempat.
Perlahan ia menuruni motor Nathan. Helm itu Aruna tinggalkan di atas jok motor. Sang empunya berlari mengejar perempuan itu. Namun langkahnya melambat ketika melihat Aruna mendadak beku. Jelas saja Nathan keheranan. Rupanya Aruna membeku karena melihat pacarnya tengah duduk di teras rumahnya. Tangan perempuan itu terlihat gemetar saat laki-laki dengan jaket denim itu menatapnya tajam.
Giliran Nathan yang ditatap oleh sepasang mata nyalang tersebut.
"Bangsat!" Leo menghampiri Aruna dengan langkah besar.
"Eh anjing, jadi selama ini lo main di belakang gue?" Leo menarik kerah kemeja Aruna kasar. Tentu saja Nathan tidak bisa membiarkan hal itu.
"Woy! Kasar banget sama ceweknya!" Ketika Nathan mencoba menjauhkan tangan itu, justru dirinya yang mendapat bogem mentah.
"Lo berani-beraninya rebut cewek gue, siapa sih lo?"
"Leo... Udah...," pinta Aruna penuh harap. Dia tidak ingin terjadi perkelahian. Namun justru tangannya berkali-kali Leo hempaskan dengan kasar.
Leo tiba-tiba mencengkram kedua bahu Aruna dengan kuat. Matanya terlihat berapi-api dengan napas yang memburu. Kemarahan Leo sudah biasa Aruna lihat, tapi tetap saja membuatnya ketakukan. Bodoh sekali Aruna bertahan dengan laki-laki seperti Leo.
"Dasar cewek goblok! Cewek nggak bener!"
Mata Nathan melotot mendengar ucapan tersebut terlontar dari mulut laki-laki. Bukan kah kelewatan bila seorang laki-laki bicara tak pantas pada seorang perempuan? Terlebih ini kekasihnya sendiri. Namun Aruna sudah terbiasa dengan ucapan seperti itu, sakit, memang rasanya tetap sakit. Tentu saja sakit. Tapi Aruna tidak ingin kehilangan Leo. Katakan lah Aruna memang bodoh, egois. Tak mencintai dirinya sendiri.
Pukulan keras melayang pada wajah Leo hingga laki-laki itu tersungkur ke tanah. Aruna terkejut melihatnya, karena rupanya Nathan yang melakukan itu. Suara ribut mereka cukup gaduh hingga membuat ayah Aruna lari keluar rumah. Dia juga sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Dengan cepat ia melerainya.
"Ada apa sih ini ribut-ribut?! Udah pada gede kok berantem begini? Nggak bisa selesaiin baik-baik?" Ayah Aruna lantas menarik putrinya menjauh dari kedua laki-laki itu.
Nathan mengusap sudut bibirnya sendiri yang sudah berdarah, perih pun mulai terasa. Dia merapikan jaketnya sedikit sambil mengatur napas.
"Dia duluan ngatain Una. Gimana saya nggak marah? Nggak pantes laki-laki ngomong begitu," jelas Nathan dengan lantang.
Mendengar hal itu, ayah Aruna justru membantu Leo untuk berdiri. Laki-laki itu kemudian tersenyum merasa menang.
"Pergi kamu dari sini! Berhenti hubungin anak saya, sudahi hubungan kalian!" Aruna lah yang paling terkejut mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
This All Goes to You 3 | Jaemin
RomanceDia Nathan. Dia warna dalam hidup Aruna, sekaligus guratan luka yang abadi dalam hatinya. ❝Kamu adalah bahu ternyaman, Na. Kamu juga rumah paling aman. Kalau kamu nggak ada aku harus gimana?❞ -Aruna ©hanekyung, 2021