28. Villain

86 7 3
                                    

Lain dari pagi sebelumnya, kini Aruna membuka mata seraya tersenyum saat melihat Nathan di dekatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lain dari pagi sebelumnya, kini Aruna membuka mata seraya tersenyum saat melihat Nathan di dekatnya. Hatinya berdegup cepat hanya dengan menyadari keberadaan sang suami. Dia mengamati wajah polos Nathan yang masih terlelap. Kini Aruna sedang berpikir, mungkin memang sebaiknya ia menyudahi keegoisannya. Memaafkan Nathan bukan lah dosa.

"Udah puas lihatinnya?" celetuk Nathan yang masih terpejam. Aruna terkejut bukan main.

Laki-laki itu terkekeh karena sudah berhasil menipu wanitanya. Ia kemudian membuka matanya.

"Morning," ucapnya yang disusul dengan kecupan manis pada kening Aruna.

Refleks perempuan itu memicingkan mata. Setelah itu ia mendapati Nathan yang beranjak dari sana meninggalkannya. Perempuan itu memberengut seketika. Nathan tersenyum dari tempatnya berdiri.

"Aku mau urus sesuatu-" Ucapan Nathan terhenti saat tiba-tiba seseorang memaksa masuk ke dalam kamarnya.

"NATHAN!" Keduanya sama-sama terkejut, apalagi Aruna yang nyawanya belum terkumpul sempurna.

Perempuan dengan lipstick merah merona tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar. Nathan yang melihat itu segera mendorong tubuhnya keluar. Tentu saja Aruna heran, ia lantas menyusul suaminya keluar kamar.

"Kamu bawa dia ke sini?! Iya, Nathan?" Suara perempuan itu begitu keras dan meninggi. Dalam hatinya, Aruna hanya bisa membatin siapa perempuan itu.

"Pergi atau saya-" Ucapan Nathan tertahan begitu menyadari Aruna ada di sana. "Kamu ngapain ke sini, sih? Tadi saya kan bilang tunggu di bawah!" Nathan berusaha mengecilkan suaranya agar Aruna tidak mendengarnya.

Mata Rachel sudah berkaca-kaca. Dia merasa sangat dikhianati. Ia kemudian menatap sinis ke arah Aruna. "Kamu habis main sama dia? Hah? Iya, Nathan?"

Belum sempat Nathan menyahut, Jian sudah datang bersama beberapa security. Nathan segera memberi kode untuk membawa Rachel pergi dari sana. Jian yang mengerti kode itu langsung memberi arahan jelas pada security.

Masih dengan keadaan bingung, Aruna hanya diam berdiri di sana. Nathan lalu menghampiri perempuan itu, saat hendak merangkulnya, tangannya justru ditepis oleh Aruna.

"Itu siapa?" tanya Aruna.

"Bukan siapa-"

"Siapa, Na?! Mau bohongin aku lagi?" Nathan mendengus pasrah.

"Dia pacar saya." Jawaban itu hampir membuat Aruna pingsan. Perempuan itu nyaris jatuh jika saja Nathan tidak sigap menahannya.

"Kamu selingkuh, Na?" Suara Aruna mulai bergetar. "Kamu selingkuhin aku, iya?"

Nathan menggeleng. "Saya lebih dulu pacaran sama Rachel sebelum saya nikahin kamu."

Hampir saja Aruna tertawa mendengar itu. Dia tak habis pikir dengan sifat Nathan yang sulit ia mengerti sampai detik ini.

"Kamu nikahin aku saat kamu punya pacar? Terus sekarang masih pacaran? Bagus banget, Na. Gila, keren ya kamu." Aruna bertepuk tangan dengan air matanya yang mulai berderai.

"Saya punya alasan, Una." Nathan bicara begitu dengan ekspresi yang terlihat seperti tak punya salah.

"Na, kamu itu sebenernya ngerti nggak sih caranya menghargai perasaan perempuan? Kamu ngerti nggak?!" Suara Aruna meninggi saat ia mulai habis kesabaran. Nathan hanya diam membisu.

"Kamu adalah laki-laki yang paling sulit aku mengerti, Na. Dari awal kita ketemu, sampai sekarang. Aku masih nggak bisa ngerti kamu. Bahkan sekarang aku mulai mempertanyakan motivasi kamu nikahin aku itu apa. Terlalu banyak yang kamu sembunyiin, terlalu banyak yang nggak bisa aku pahami." Aruna menekankan ucapannya hampir di setiap kata.

"Maaf, Una. Saya tahu saya salah."

"Kalau tahu salah kenapa nggak mundur dari kemarin-kemarin? Na, kamu itu punya banyak kesempatan untuk mundur dan lepasin aku, kenapa malah berusaha mempertahankan pernikahan ini? Pernikahan yang aku pikir juga cuma sekadar main—" Tubuhnya ditarik secara tiba-tiba. Nathan memeluk tubuh Aruna, hal itu berhasil membuatnya kembali terdiam.

Dalam pelukan itu, Nathan berbisik dalam hatinya berulang kali. Maaf, maaf dan maaf. Nathan sadar bahwa ia seperti pengecut, dia tidak berani mengatakan semuanya pada Aruna. Karena nyatanya Nathan sudah jatuh terlalu dalam, tenggelam dalam perasaan yang tak masuk akal. Dia jatuh cinta pada perempuan itu. Tidak peduli berapa banyak perempuan cantik yang ia temui, kini hanya Aruna yang bisa membuat jantungnya berdebar hebat. Bahkan membuatnya begitu gugup saat harus tidur di kasur yang sama tanpa melakukan apa-apa.

Perlahan jemarinya mengusap punggung Aruna dengan lembut, mencoba meyakinkan perempuan itu betapa ia menyayanginya.

"Saya ... sayang banget sama kamu," bisiknya.

"Kalau sayang nggak gini, Na." Aruna meracau di tengah tangisnya.

🦋🦋🦋


Jessie tertawa kencang sekali begitu melihat Rachel datang dengan keadaan yang kacau.

"Lo berharap apa dari adek gue? Lo kayak baru kenal dia aja haha!"

Rachel berlutut di depan Jessie sambil menangis. "Gue mau Nathan, please bantu gue untuk milikin Nathan. Gue akan penuhi semua keinginan lo, asal lo bantu gue untuk milikin Nathan," pintanya.

Mendengar itu Jessi lantas tersenyum menang. Dia menarik rambut Rachel dan membuatnya terpaksa mendongak. Dilihatnya wajah lebam dan sembab itu, memang sangat miris keadaannya. Hampir saja Jessie merasa kasihan.

"Anything?" tanya Jessie.

"Semuanya, semuanya gue janji!" Rachel memohon-mohon.

"Oke, yang pertama... Gue mau lo cium kaki gue." Jessie betul-betul tak punya hati.

Dengan napas yang memburu, Rachel melakukan apa yang diperintah Jessie. Dia mencium kaki perempuan itu. Jessie kembali tertawa tak dapat menahan rasa bahagia di hatinya. Di kepalanya kini sudah mulai bermunculan sebuah rencana-rencana untuk mewujudkan impiannya.

Rachel mungkin akan membantu banyak dalam rencananya.


To be continued...

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
This All Goes to You 3 | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang