Kakinya melangkah dengan tertatih. Peluhnya membuat baju yang dikenakan kuyup. Dia berusaha melakukan perlawanan namun sialnya dia malah habis dikeroyok. Benda keras menghantam punggungnya, membuat dirinya jatuh ke tanah. Matanya memicik menahan sakit.
Jian, dia diserang oleh beberapa orang yang dicurigai adalah pembunuh bayaran. Dengan brutal mereka menyerang Jian yang sedang sendiri. Nathan belum lama menghubunginya untuk melacak nomor peneror itu, namun sebelum dirinya menemukan siapa pemilik nomor tersebut, dirinya malah babak belur.
"Sampai kapan mau jadi kacung si Nathan?"
Jian memilih untuk tidak menjawab.
Salah satu dari orang itu mendekati Jian yang masih belum sanggup untuk berdiri. Pria dengan tubuh kekar dan punya tato bergambar ular di lengannya. Dia menarik rambut Jian dengan kasar.
"Lo itu penghalang kita buat habisin nyawa Nathan. Kalau lo masih mau lindungin bocah sialan itu, artinya lo merelakan juga nyawa lo ke kita," ancamnya. "Lihat? Lo terlalu percaya sama Nathan untuk jagain lo. Nyatanya dia nggak selametin lo?"
Selama ini Jian merasa sudah sangat aman, dia tidak lagi membawa pistol di sakunya. Karena Nathan pernah berkata, bukan hanya dirinya yang harus dilindungi, tapi juga pengawal setianya, yaitu Jian.
"Siapa bilang haha ..." Jian malah menyeringai dengan napas memburu. Meski darah mengalir dari hidung dan sudut bibirnya, dia tertawa puas, membuat orang-orang itu kebingungan.
"APA YANG LUCU?!" tanya si pemilik tato ular.
Sorot mata Jian seakan tengah mengamati seseorang yang ada di belakang pria tersebut. Ia pun turut penasaran dengan apa yang Jian lihat. Namun ketika dirinya menoleh, Nathan sudah ada di sana bersama beberapa orang lagi yang tak jauh lebih kekar tubuhnya. Nathan melipat kedua tangan di depan dada. Dengan ekspresi dingin, Nathan mengetuk pelan kakinya pada tanah.
Dalam sekejab saja orang-orang yang mengeroyok Jian berhasil dibekuk dibuat mati kutu. Habis dipukuli balik dengan orang-orang yang datang bersama Nathan.
Jian yang masih punya sisa tenaga langsung mencekik pria dengan tato ular itu dari belakang. Merasa tak bisa bernapas pria itu berusaha memberontak. Namun sial, Nathan mendekati wajahnya yang ketakutan. Nathan tersenyum miring merasa senang dan menang.
"Bawa orang ini!" perintah Nathan.
Sirine terdengar nyaring di tengah jalanan ibu kota yang padat. Tidak seperti mobil lainnya yang terjebak macet, mobil Nathan dan pengawalnya melaju dengan lancar. Mereka menuju ke rumah sakit, mengantar Jian untuk dirawat sampai pulih. Tidak seperti biasa, kini Jian duduk di sebelah Nathan di kursi belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
This All Goes to You 3 | Jaemin
RomanceDia Nathan. Dia warna dalam hidup Aruna, sekaligus guratan luka yang abadi dalam hatinya. ❝Kamu adalah bahu ternyaman, Na. Kamu juga rumah paling aman. Kalau kamu nggak ada aku harus gimana?❞ -Aruna ©hanekyung, 2021