8. Hancur

126 22 12
                                    

Sepanjang kakinya melangkah, perempuan itu menundukan wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepanjang kakinya melangkah, perempuan itu menundukan wajahnya. Merasa seluruh anggota tubuhnya berat digerakan. Pikirannya kalut. Keadaannya kacau. Namun air mata sudah tidak lagi membasahi pipinya. Pikirnya, menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Semakin hancur saja hubungannya dengan Leo bila ia tahu hal ini. Habis sudah dirinya, sekarang bagaimana dirinya harus berhadapan dengan ayahnya.

Matanya nanar mengamati pagar rumahnya yang berwarna putih. Hari sudah pagi, alasan apalagi Aruna pada orang tuanya? Masa depannya hancur. Selama ini dia menjaga kehormatannya, namun berakhir direnggut oleh orang yang baru saja dikenal.

"Loh, Una? Kamu kok baru pulang? Bunda hubungin nggak bisa, kalau nginep di rumah Syela bilang dong!" Aruna dikejutkan oleh sang bunda yang baru keluar dari rumah, hendak menyirami tanaman.

Aruna terdiam tak berani bersuara, dalam hatinya tengah berpikir. Apakah Syela turut berbohong? Habis pula dia akan diceramahi dan diinterogasi oleh temannya itu. Aruna mengutuk dirinya sendiri yang selalu membuat masalah. Seandainya bundanya bisa mendengar, hati Aruna menjerit sejak tadi. Tangisan histeris yang Aruna sembunyikan. Yang paling membuatnya takut adalah respon sang ayah jika tahu yang sebenarnya. Ayahnya bahkan bisa marah membanting kursi hanya karena Aruna dibuat menangis oleh anak tetangga. Aruna adalah putri satu-satunya, itu yang membuat kedua orang tuanya sangat menjaganya. Begitu pula Mahesa, abangnya. Meski sekarang ia berada jauh karena harus dinas di tempat lain, dari kejauhan juga Mahesa selalu menanyai kabar Aruna.

"Iya, Bunda..."

"Una, mandi kamu! Ke gereja nggak?" Suara ayahnya yang keluar dari garasi mobil lebih mengejutkan lagi.

Aruna tertampar ketika ayahnya bertanya begitu. Apa kah dirinya masih pantas? Aruna merasa sudah sangat kotor dan Tuhan pun pasti marah. Ia memaki dirinya lagi di dalam hati, seperti mengutuk pendosa.

"Bunda, Ayah, Una nggak ikut dulu." Aruna berlari masuk ke dalam rumahnya. Berusaha menghindari kontak mata dengan kedua orang tuanya.

Perempuan itu masuk ke dalam kamar dan menguncinya rapat-rapat. Membiarkan tubuhnya yang lemah ambruk di kasurnya. Sekeras apapun ia menahan air matanya, tetap tidak bisa. Berpura-pura kuat juga akhirnya gagal. Nyatanya rasa sedih dan kecewanya jauh lebih besar. Kecewa pada dirinya sendiri, kecewa pula pada takdir. Dan, ia begitu membenci Nathan. Mengapa Nathan melakukan hal itu padanya?

"Una, Sayang? Kamu nggak apa-apa? Sakit?" Suara bundanya terdengar jelas dari balik pintu.

Aruna menggigit bibir bawahnya, berusaha keras menahan suara isak tangisnya.

🦋🦋🦋

Meja itu ditendangnya dengan keras. Jian hanya terheran-heran melihatnya. Entah kesurupan setan apa tuannya itu. Sejak pulang, Nathan sangat gelisah dan emosional. Sepertinya ada kerusakan pada pintu kamarnya karena kena banting pula. Nathan mengusap kasar wajahnya.

This All Goes to You 3 | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang