18. Ancaman ke-2

101 16 7
                                    

Tubuh Nathan terjatuh ke lantai, dan yang mendarat lebih dulu adalah bokongnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tubuh Nathan terjatuh ke lantai, dan yang mendarat lebih dulu adalah bokongnya. Ia berharap tak akan berakhir seperti di film SpongeBob. Sang empunya meringis kesakitan dengan mata memicik. Sedangkan Aruna menutupi dadanya dengan tangan yang menyilang.

"Dasar cowok mesum!"

"Mesam mesum. Saya suami kamu, Una!" sahut Nathan yang berusaha berdiri.

"Tetap aja, Na!" Wajah Aruna kini memerah.

"Tetap aja kamu istri saya, dan saya suami kamu. Lagian saya cuma tanya kamu nggak pakai bra? Kenapa harus dorong saya sih?" Nathan memberengut.

Untuk sesaat, Aruna agak gemas melihat wajah Nathan. Tidak menolak fakta, memang keduanya sudah sah menjadi suami-istri. Hanya saja, kecanggungan itu masih sangat kuat.

Aruna kemudian menatap Nathan dengan wajah merasa bersalah, peka dengan itu Nathan langsung mengusap pucuk kepala perempuan itu. Kedua sudut bibirnya terangkat. "Ya udah, gini aja nggak usah pakai berantem," ujarnya.

Perempuan itu yang semula kesal berubah kikuk dengan perlakuan manis Nathan. Wajahnya semakin merah. Hal itu membuat Nathan refleks saja tersenyum lebar, menampakan deretan giginya yang rapi. Manis sekali, senyuman Nathan lebih manis dari sekotak macaron.

"Aku tiba-tiba pengin bilang maaf sama kamu..." Aruna bersuara.

"Maaf kenapa?"

"Sikapku ke kamu, itu buruk banget. Aku merasa bersalah," jawab Aruna seraya menunduk. "Padahal kamu udah baik."

Nathan menatap lurus wajah Aruna.

"Una, saya bilang kan bahwa saya ingin bertanggung jawab? Ini bentuk tanggung jawab saya sama kamu."

Aruna terdiam untuk sesaat, mencoba untuk meyakinkan hatinya sendiri. Apakah ucapan Nathan ini tulus atau tidak.

🍂🍂🍂

Akhirnya Aruna diterima bekerja di salah satu Kafe antik dengan desain klasik di tengah ibu kota. Suasana baru, hidup baru. Biar bagaimana pun dia tidak boleh terlarut dalam kesedihannya. Lembaran baru harus ia buka, mau tak mau. Aroma kopi arabika menyeruak ke seluruh ruangan. Netranya mengamati muda-mudi yang disibukan dengan tugas kuliahnya. Muncul senyuman getir. Aruna juga ingin berkuliah.

Tetapi kemudian lamunannya dipecahkan oleh kedatangan pengunjung. Aruna merasa tidak asing dengan orang itu, meski menunduk dan wajahnya tak terlihat jelas, Aruna yakin mengenali sosok itu.

Ketika mendekati mejanya, laki-laki itu mengangkat kepalanya dan membuat mereka saling berpapasan. Agak terkejut, begitu mengenali siapa laki-laki tersebut.

"Nana?" Aruna mengernyitkan dahi.

Nathan membuat ekspresi sama terkejutnya dengan Aruna. Sebuah kebetulan yang manis, bukan? Kebetulan yang bukan kebetulan. Jian memberitahu Nathan bahwa istrinya diterima kerja di Kafe ini. Itu sebabnya Nathan datang berkunjung, ingin menikmati kopi buatan Aruna.

This All Goes to You 3 | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang