12. Garis Hidup

112 18 7
                                    

Mobil tersebut melaju dengan kecepatan sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil tersebut melaju dengan kecepatan sedang. Raut wajah pria itu tergambar jelas bagaimana beban yang ditanggungnya. Banyak hal yang ia pikirkan sampai sulit tidur. Sebuah tangan kemudian meraih lengannya dengan lembut. Lantas ia menoleh ke arah kirinya. Dia melihat sebuah senyum cantik dari sang tercinta.

"Kamu pasti cape," ujar istrinya yang duduk di kursi kirinya.

"Nggak apa-apa, aku harus kerja lebih ekstra untuk bisa nutup hutang kita. Kasihan kan kalau Una terus-terusan ikut menanggung." Ayah Aruna tersenyum paksa. "Ngandelin dari usaha yang sepi terus nggak bisa."

"Iya, aku ngerti, Mas. Tapi jangan sampai kamu lupain istirahat."

"Nanti istirahat kok." Ayah Aruna kembali terfokus pada jalanan. Mengemudi di malam hari itu butuh konsentrasi lebih.

Sambil memainkan ponselnya, wanita paruh baya itu tersenyum kala mendapat sebuah pesan dari sang putra tercinta. Mahesa.

"Mas, Mahesa katanya mau ke Jakarta."

"Oh iya?" Wajah ayah Aruna seketika berubah ceria mendengar kabar baik. "Kapan dia sampai sini?"

"Besok, ya paling telat lusa katanya," jawab ibunya Aruna.

"Kangen ya lihat anak-anak ngumpul, Mahesa kayak apa ya sekarang?"

"Ganteng dong, pasti anak kita ganteng."

Keduanya saling melempar senyum bahagia, karena kerinduan mereka akan terbayar sebentar lagi. Bisa melihat anak-anaknya bersama lagi. Mereka akan kembali merasakan kehangatan rumah seperti dulu. Sebelum Mahesa berangkat ke Nusa tenggara timur untuk pengabdiannya sebagai relawan.

Setitik cahaya berubah menyilaukan, senyuman sayang istri memudar kala menyadari sebuah mobil dari arah kanan tidak menurunkan kecepatan ke arah mobil mereka. Ayah Aruna yang mulai menyadari itu berusaha membanting setir ke arah lain. Namun kecepatan mobil itu tak memberi mereka kesempatan sedikit pun. Mobil mereka dihantam cukup keras hingga nyaris meremukannya. Terhantam mobil itu hingga menabrak pembatas jalan pula, terjadi dua kali benturan hebat pada mobil yang orang tua Aruna tumpangi.

Dengan mata samar-samar, dengan darah yang mengalir dari keningnya, orang itu mengatur napasnya yang memburu. Tubuhnya yang lemas berusaha bangun, melihat mobil yang ia hantam barusan.

🦋🦋🦋

Pagi ini adalah hari yang tak Aruna harapkan. Tidak seperti pagi biasanya yang membuatnya ceria hanya karena serial Spongebob ditayangkan di TV. Tidak seperti pagi yang ia nantikan untuk menikmati masakan sang ibunda. Tidak seperti pagi yang selalu membuatnya jengkel dengan keisengan ayah.

Pagi ini justru kosong buatnya meski ada di keramaian. Pagi ini sunyi di antara banyaknya orang yang datang bertamu. Pasalnya mereka bertamu bukan untuk memeriahkan rumahnya, melainkan turut berduka atas kepulangan ayahnya. Sudah dua kali ia tak sadarkan diri saat melihat ayahnya dimasukan ke dalam peti.

This All Goes to You 3 | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang