16. Ancaman ke-1

119 10 0
                                    

Matanya menatap seseorang yang terbaring tak sadarkan diri di dalam ruang ICU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Matanya menatap seseorang yang terbaring tak sadarkan diri di dalam ruang ICU. Ia mengusap kasar wajahnya. Rasanya ada hal yang membuatnya semakin berat untuk menyudahi sandiwara ini. Apa Nathan merasa iba dengan kehidupan malang Aruna? Atau dia justru sudah jatuh hati dengan perempuan itu?

Seharusnya dia tidak boleh sampai menaruh hati pada Aruna, sebab ini semua akan berakhir ketika bundanya Aruna sadarkan diri. Tapi mendengar hasil pemeriksaan Dokter, kemungkinan untuk wanita paruh baya itu sadar sangatlah kecil. Benturan yang disebabkan kecelakaan malam itu cukup fatal, membuat pembekuan darah di otak.

Derap langkah pelan memecah lamunan Nathan, dia kemudian menengok ke arah kanannya.

"Kak, hutang itu udah selesai. Lunas dibayarkan beserta dendanya," ungkap Jian.

"Terima kasih, Ji."

"Gimana keadaan Aruna?" tanya Jian penasaran.

Sebelum menjawabnya, Nathan menghela napasnya lebih dulu.

"Saya selalu lihat dia nahan nangis di tengah malam."

"Kak, aku pernah dengar. Ketika anak perempuan kehilangan sosok ayahnya itu sama dengan dia kehilangan separuh jiwanya. Mungkin itu yang buat dia nangis," ujar Jian.

Nathan tertegun, memikirkan ucapan Jian barusan. Siapa pun yang mendengar tangisan Aruna pasti ikut merasakan sakit hati paling dalam dari hati seorang anak perempuan. Sosok ayah itu penting dalam kehidupan anaknya, tapi tidak semua orang paham.

Terlebih lagi keluarga Aruna sudah melewati banyak kesulitan. Nathan begitu kagum dengan cara ayah Aruna menghangatkan keluarganya meski dalam kesulitan sekalipun. Bukan hal yang mudah, Nathan sendiri tidak yakin ia bisa melakukan hal itu.

"Saya mau ke kantor teman saya dulu, Ji. Mau bicarain yang soal kemarin."

"Kak Nathan bener-bener serius mau kerja di sana?" tanya Jian heran.

"Iya, dengan begitu Aruna nggak bakal curiga sama identitas asli saya." Nathan menghela napasnya yang terasa berat. Dia harus membohongi Aruna demi kebaikannya juga. Seperti yang orang-orang ketahui, semakin tinggi status seseorang, maka semakin banyak pula yang tak suka.

Orang-orang licik yang ingin menjatuhkan Nathan dan keluarganya itu sudah banyak sekali. Dari cara memfitnah sampai mencoba mencelakai mereka dengan pembunuh bayaran. Nathan tidak mau Aruna terlibat dengan itu. Dia tidak mau membuat hidup perempuan itu lebih hancur lagi.

Jian menepuk-nepuk bahu Nathan, maksud untuk meyakinkan tuannya itu agar tak perlu khawatir.

"Semua bakal baik-baik aja, Kak."

"Makasih, Ji," balas Nathan sambil tersenyum.

🦋🦋🦋

This All Goes to You 3 | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang