25. Luka

72 15 2
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋


Masih sunyi sejak lima belas menit yang lalu. Mobil Nathan kini melaju menuju Penthouse miliknya. Sejak tadi Aruna masih diam seribu bahasa, tak lagi menanggapi setiap ucapan Nathan. Mungkin ini memang sangat sulit dimengerti, tapi Nathan akan tetap berusaha menjelaskan semuanya. Dia tak mau Aruna salah menilainya.

Hari ini jalanan tidak begitu padat seperti biasanya, sehingga mereka bisa tiba di tujuan lebih cepat. Melalui pintu masuk belakang, mobil sedan itu mengarah ke basement.

Dalam hatinya Aruna berbisik. Sebanyak ini Nathan membohonginya. Seorang terhormat dan terpandang selama ini hidup bersamanya sebagai orang lain. Entah apa niat sesungguhnya, tapi bohong tetaplah salah. Mengapa Nathan tak membiarkannya terjatuh saja di sungai malam itu, batinnya. Jadi ia tak harus menjalani kesulitan yang rumit dan pelik begini.

Terlihat seseorang menunggu kedatangan mereka. Saat mobil yang mereka tumpangi terhenti, orang itu membuka pintu di mana Aruna duduk lebih dulu. Aruna yang masih dalam keadaan bingung tak tahu harus merespon apa.

"Silakan, Nona Aruna." Jian membukakan pintu mobil untuk Aruna.

"Kok-"

"Saya asisten pribadi tuan muda Nathan," jelasnya. "Kak Nathan banyak cerita soal kak Aruna." Ia lalu tersenyum.

Sekilas Aruna menoleh ke arah Nathan yang baru saja keluar dari mobil. Rupanya Nathan tidak sendirian dalam sandiwara ini, bahkan dia melibatkan asistennya untuk menipu Aruna. Sakit, namun apabila terus Aruna hindari akan semakin sakit. Rasanya lebih baik dia merasa pedih hingga berdarah tapi semuanya jelas tak lagi ditutupi.

Lift mewah dengan sebagian sisinya yang transparan menyuguhkan pemandangan luar biasa dari Ibu kota. Kaca tebal dan berkualitas terbaik, sanggup menahan kencangnya angin sampai pada puncak hotel. Aruna tidak pernah berekspektasi apa-apa pada Nathan, dan hari ini dia melihat apa yang selama ini tidak dirinya lihat pada Nathan. Laki-laki itu terlihat menundukan kepalanya seperti sedang mengumpulkan keberanian untuk menatap wajah Aruna lagi.

Mereka akhirnya sampai di puncak hotel Nael Arce, tanpa harus menunggu waktu lama. Nathan memberi arahan dengan bahasa tubuhnya agar Aruna mengikutinya memasuki griya tawang miliknya. Sedangkan Jian kembali memasuki lift, memberi ruang bagi tuannya menyelesaikan semua masalahnya.

Meski tuan rumah sudah mempersilakan untuk Aruna duduk di Sofa, perempuan itu enggan. Dia menatap Nathan dengan mata yang digenangi air.

"Kamu tuh segitu takutnya aku gila harta atau gimana? Sampai harus menyembunyikan ini semua," ujar Aruna.

Nathan geming dengan sorot mata yang nanar. Dirinya tak lagi membela diri, menyangkal semua yang sudah terbongkar hanyalah mempermalukan diri. Namun ucapan Aruna barusan bukan lah alasan dirinya berbohong soal siapa dirinya dan latar keluarganya.

This All Goes to You 3 | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang