Chapter 25- Aku tidak mau mati

280 60 6
                                    

Chapter 25
Aku tidak mau mati

Tangan Seana tiba-tiba terayun ke udara dan sebelum ia menyadari apa yang sedang terjadi. Suara tamparan berhasil tercipta di pipi mulus Rexilan.

Dia menatap heran telapak tangannya. Lalu kembali menatap wajah Rexilan yang perlahan memerah apalagi dibekas tamparan.

"A ... ku tidak mau mati!" kata Seana dengan serak. "Kenapa aku harus ke neraka? Aku tidak mau!"

Rexilan masih meringgis, sekaligus masih terkejut bahwa ia barusan ditampar oleh seorang manusia fana bernama Seana. Jika Ralp melihat ini, ia pasti akan tertawa setengah mati.

"Kau bisa jadi incaran siapapun. Bersamaku kau akan aman," terang Rexilan

"Tapi kenapa harus ke neraka? Kau pikir manusia mana yang mau pergi ke neraka?!"

Ya, jika dipikir baik-baik. Tak ada manusia yang mau masuk neraka. Apalagi diajak pergi seperti melakukan traveling. Seana menarik napas, mencoba mengatur detak jantung yang masih memompa dengan cepat.

Tapi memastikan Rexilan pulang ke rumah adalah janji yang harus ia tepati pada ayah sang Yue.

Rexilan pun menangkap gelagat aneh dari Seana yang nampak frustasi menggigit bibir bawahnya.

"Kau tidak perlu mati kalau mau masuk neraka bersamaku," ujar Rexilan mengingatkan. "Neraka yang kumaksud tidak seperti yang kau bayangkan."

Kendati demikian, Seana masih memincing tajam menatap Rexilan.

"Aku tidak mau pergi," kata Seana dengan penuh penekanan. "Ada Ibu dan Abangku yang akan khawatir." Dia mencoba mencari-cari alasan agar Rexilan tidak bisa membawanya.

"Dunia kegelapan juga akan mengincarmu. Urka yang menghisap sebagian jiwamu masih berkeliaran. Kau pikir dia tidak akan datang lagi? Selama kau menjauh dariku. Makhluk sialan itu akan terus mencoba mendapatkan jiwamu lagi."

Seana menelan salivanya dengan sesak. Sungguh, ia tidak ingin mengingat momen paling kelam dalam hidupnya. Tapi ketika ia memikirkan semua orang dan hidup yang sedang terjadi sekarang.

"Apa?" tanya Rexilan saat sorot mata Seana menatapnya.

"Jika aku tidak bertemu denganmu. Semua ini tidak akan terjadi."

Suasana mendadak berubah hening dan canggung. Tidak ada yang berucap atau melanjutkan kata-kata. Hanya sepasang mata yang saling menatap satu sama lain.

Kazu yang mendadak muncul di ruangan tersebut. Melangkah mendekati Seana dan meremas ujung kaos Seana dengan kuat.

"Roh jahat akan selalu mengincar Kak Sea," bisiknya pelan. Hingga mampu mengalihkan fokus Seana dari Rexilan padanya.

"Kazu," lirih Seana, "dari mana saja kau?"

"Hantu-hantu itu mengincar Kakak. Kazu tidak mau mereka melukai Kakak." Bocah itu mengatakannya dengan sungguh-sungguh.

Rexilan seolah mendapatkan ide. Ujung bibirnya sedikit tertarik.

"Ikut aku ke neraka dan kita akan menyelesaikan semua yang terjadi. Dan sosok yang membuat Ibundamu terluka bisa tertangkap. Tidak mau kah kau melakukan itu Seana?"

Rexilan berharap dalam hati. Semoga trik barusan mau meluluhkan hati Seana. Ia tidak bisa lagi meninggalkan Seana sedikit pun. Apalagi, dia sudah mencurigai sesuatu sejak Seana terus saja mendesaknya untuk pergi. Semua itu pasti ulah ayahnya dengan melakukan sebuah ancaman.

Seana kembali tergiang akan ancaman yang dilakukan ayah Rexilan jika ia gagal membawa pulang sang putera.

Namun, di satu sisi ia ingin mencari Mika dan membalaskan perbuatannya pada sang ibunda. Tapi meninggalkan Syan sendiri membuat Seana tidak tega.

"Tidak perlu memaksakan diri. Besok aku akan mengantarmu ke rumah sakit."

Tanpa melanjutkan apapun lagi. Rexilan bergerak pergi meninggalkan Seana yang masih termanggu bersama Kazu di sisinya.

.
.
.

"Apa kau bilang? Rexilan bakal pulang ke rumah?" Excel yang mendengar hal tersebut sedikit memuncratkan sedikit liur pada wajah Ralp.

Pria itu mengusap pelan wajahnya menggunakan tisue lalu membalas.

"Aku mendengarkan rumor tentang ini. Paman Keinqz akan melakukan apapun untuk melindungi Rexilan," tutur Ralp dengan setengah berbisik.

"Jika begitu. Itu artinya kita tidak bisa lagi memburu Rexilan. Iblis bodoh mana yang mau melawan sang Raja?"

Ralp setuju dengan pikiran itu. Sadar bahwa awalnya mereka memang bebas mengejar Rexilan ke dunia manusia. Tapi jika Yue tersebut kembali ke dunia iblis. Tidak ada seorang pun yang mau mengangkat senjata untuk melawan sang raja.

Lagipula kelompok yang tidak menyetujui hubungan sang raja dan buah hatinya dengan makhluk fana seperti malaikat maut. Pasti akan memikirkan cara lain untuk melengserkan Keinqz.

Keberadaan Rexilan adalah ancaman dua dunia. Keseimbangan dunia akan terganggu jika pria itu menggunakan dua kekuatannya untuk menguasai wilayah eksistensi makhluk kegelapan.

Ralp mencoba memeras otaknya. Kalau saja Rexilan bergabung dengan malaikat maut. Tentu saja, tidak ada seorang pun yang mampu menandingi kekuatan Iblis yang mengalir dalam diri Rexilan. Kaum mereka akan di untungkan.

Namun di satu sisi. Kaum iblis tidak akan tinggal diam. Ralp juga bingung, sampai kapan mereka harus memburu Rexilan. Dia bahkan berharap pria itu tidak pernah dilahirkan.

Saat Ralp mencoba menyandarkan punggung kebalik kursi. Netra matanya terbelalak lebar mendapati wajah orang yang sedang dipikirkannya, tahu-tahu ada di hadapannya sekarang.

"Setelah mengambil makanan di sini, kita harus segera pergi," ujar Seana yang muncul dari belakang Rexilan.

Yuri baru saja menelepon mereka beberapa saat yang lalu untuk mengambil makanan dari cafe yang ia miliki.

Terheran dengan sikap Rexilan yang sedang menatap seorang pelanggan. Membuat mata Seana pun turut mengikuti arah pandangannya.

"Malaikat maut!!!" pekik Seana setengah berteriak.

Yang disebut malaikat maut pun ikutan terkejut. Excel yang terkejut ada seseorang yang menyadari identitas milik Ralp pun ikut menoleh.

"Eehh? Kalian?!" serunya dengan terkejut. "Apa yang kalian lakukan di tempat ini?"

"Harusnya aku yang bertanya padamu Excel," tandas Rexilan dengan nada mengancam.

Malaikat maut, iblis dan campuran dari kedua ras tersebut bertemu di cafe milik Yuri. Seana tidak tahu apakah ini pertanda yang baik atau buruk.

Kedua pria tersebut selalu mengincar dan melukai Rexilan dan kini ... mereka di pertemukan pada sebuah tempat tidak terduga.

Tek

Bunyi petikan jari dari tangan Rexilan membuat waktu di sekitar mereka seolah berhenti. Seana tampak kebingungan melihat keadaan di sekitarnya.

"Rexilan?" bisik Seana pelan sambil menarik ujung kaos pakaian Rexilan. "Kalian tidak akan bertempur di sini kan?" lirihnya dari balik punggung Rexilan.

Rexilan sendiri tidak terlalu menanggapi pertanyaan Seana. Sorot matanya pun masih menatap tajam pada Excel dan Ralp secara bergantian.

"Hey! Kalian berdua tidak akan bertarung dengan Rexilan di sini 'kan?" tegur Seana pada kedua pria di hadapannya.

Excel hanya tertawa dan Ralp tampak tersenyum tipis.

"Bagaimana dengan sedikit pertunjukan?" ungkapnya pada sang Yue.

"Dengan senang hati," balas Rexilan dengan seringai

__/_/______

Bersambung

Kalau gaje bilang ya😂😂

Kelas Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang