Chapter 19- Urka

252 61 2
                                    

Chapter 19
Urka

Anak kurang ajar, Keinzq mengumpat dalam-dalam sang putra dalam hati. Rexilan kembali memasukkan botol ingatan milik Seana dalam jubah.

Merasa pertemuan dengan ayahnya telah selesai. Rexilan pun bergegas pergi tanpa permisi. Keinzq tidak terlalu memedulikan sikap anaknya itu. Tangannya terulur untuk menuang Saju ke dalam cangkir. Tapi rupanya isi minuman tersebut telah kosong.

"Mau tambah Tuan?" Seorang wanita dengan gincu merah merekah menawarkan sebotol Saju pada Keinzq. Pria itu menolak halus.

"Anda butuh hiburan?

Keinzq melirik sekilas wanita bermata sipit tersebut dan kembali menolak pelan. Lalu beranjak pergi meninggalkan restoran.

Rexilan yang sudah kembali ke kota Onshen kembali terbang di atas langit malam. Keriuhan masih terdengar jelas beberapa meter di atas langit.

Berada di Onshen selama pesta Matsuri berlangsung adalah momen yang netral. Dan saat momen tersebut usai, kehadiran Pooja dan kawan-kawan adalah hal yang ilegal.

Berdasarkan informasi yang Otniel dapatkan. Pusat perayaan akan terjadi di tepi sungai Haku. Anak-anak kelas malam telah mengambil tempat untuk bersembunyi. Guna menanti bunyi lonceng di bunyikan. Beberapa arwah yang melintas juga melakukan hal yang sama dalam keheningan malam ini. Acara tersebut akan berlangsung selama 30 menit.

Otniel menggengam tangan Pooja dengan erat. Berharap ia dapat mengingat setiap momen yang terjadi selama ini.

"Oti," bisik Pooja, "jaga dirimu baik-baik."

Otniel tidak mampu berkata. Ia hanya meraih telapak tangan Pooja dan menaruhnya di pipinya sendiri. Mencoba untuk mengingat sentuhan tersebut.

"Di mana Seana?" Pooja tahu, ia tidak boleh menanyakan hal ini. Tapi ia tidak punya banyak waktu.

"Aku tidak bisa menjawabnya."

"Baiklah," ungkap Pooja lemah.

Gemericik lonceng pertama berbunyi lembut. Lalu memunculkan nyala api biru di tengah-tengah udara di berbagai titik. Itu adalah tanda awal pensucian yang di lakukan para Dewa. Semua arwah mulai berkumpul dan keluar dari tempat persembunyian masing-masing.

Pooja masih belum beranjak dari tempatnya. Gemericik lonceng pertama selain memberikan kesan pembukanya acara. Ia juga secara otomatis membuat perisai dari dunia luar yang disebut kekkai.

"Aku harus pergi Otniel. Di mana Seana?" Pooja rasa, ini adalah hal yang harus ia selesaikan sebelum ia benar-benar meninggalkan dunia.

"Apa itu akan membuatmu lega?" tanya Otniel.

"Tentu saja, akan jadi masalah jika hal ini menjadi beban."

Bunyi lonceng kedua, tanda panggilan untuk para arwah. Pooja hanya memiliki satu kesempatan sebelum perayaan di tutup.

"Katakan," desaknya, "mengapa Seana tidak muncul?"

"Rexilan mengembalikan waktunya."

Pupil mata Pooja melebar sempurna. Lalu perlahan-lahan kembali normal.

Kelas Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang