Chapter 9- Sayatan

501 95 7
                                    

Chapter 9
Sayatan

Seana terbelakak tidak percaya. Wajahnya berubah pucat. Ponsel yang berada digenggaman tangan meluncur mulus di aspal jalan.

"Berhenti! Kau tidak boleh lewat!"

Seana meretangkan kedua tangannya. Ralp malah terkekeh dan menodongkan sabit panjangnya ke arah Seana.

"Minggir atau kau bakal mati?"

"Apa hari ini tanggal kematianku?" tanya balik Seana. Alis Ralp bertaut bingung.

"Jika tidak, maka kau tidak bisa membunuhku tanpa sebab." Seana terlihat percaya diri mengatakan hal tersebut.

Ralp seperti salah tingkah. Memang benar, ia tidak bisa membunuh Seana tanpa sebab. Itu adalah hal yang ilegal. Tapi ....

Sabit Ralp mendadak menyayat lengan Seana. Erangan kesakitan melolong keluar dari bibir mungil si gadis. Tidak ada aturan mengenai hal tersebut. Undang-undang kematian mengizinkan malaikat maut melakukan tindakan perlindungan diri jika nyawa mereka merasa terancam.

Seana tidak bisa menahan air matanya. Wajahnya basah oleh bulir kristal yang mengalir turun di pelupuk mata.

"Minggir!" Ralp pun melompat tinggi melewati kepala Seana, baru saja ia ingin mendarat sebuah serangan membuat tubuh Ralp terpental jauh.

Rexilan dengan katana pada tangan kanannya maju dan menyerang Ralp tanpa jeda dengan terus menerus.

Bunyi denting dua bilah besi berbeda terdengar sangat nyaring. Berkali-kali Rexilan menebas tubuh Ralp. Tapi pria itu mampu menangkis serangan yang ada.

Seana menatap lengannya yang terkoyak. Rasanya ia ingin pingsan, tak pernah seumur hidupnya dirinya mendapatkan luka seperti itu.

Darah segar terus mengalir. Kendati demikian, Seana tidak bisa pergi meninggalkan Ralp. Ia pun menoleh ke arah jendela kelas malam. Semua orang menatap khawatir padanya. Dalam hati, Seana berjanji bahwa ia akan menebus kesalahannya dan menjaga semua orang.

Dengan tertatih, ia mencoba mendekati Rexilan namun tubuhnya mendadak ambruk di atas aspal. Pandagan matanya pun turut terlihat buram.

"Rex. Woy Tirex."

Mendengar namanya dipanggil dan di ubah Seana seenak jidat. Membuat Rexilan sedikit lengah dan hal tersebut dimanfaatkan Ralp untuk menyerang celah yang ada.

Seana yang melihat hal tersebut seketika berteriak untuk menolong Rexilan. Namun mendadak seberkas cahaya berwarna biru muda membentuk sebuah tameng di depan diri Rexilan dan akibat sabit Ralp yang berniat menyerang.

Menyebabkan benda tersebut sedikit mengalami kerusakan. Rexilan dan Ralp pun kompak memandang ke arah Seana yang terperagah akan kilauan biru yang terpancar dari telapak tangannya sendiri.

"Kau!" marah Ralp. "Bagaimana kau melakukannya?" Ia pun kembali melirik ke arah Rexilan seolah meminta jawaban.

Rexilan pun mundur beberapa langkah dan mendekati Seana yang terluka. Wajah Seana sendiri semakin bertambah pucat.

"Aku tidak akan nyerah kalau melawan malaikat maut," ungkap Seana. Rexilan menatap datar luka sayatan Seana. Kemudia ia mengigit jarinya sendiri dan menuangkan darahnya di atas luka Seana.

Kelas Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang