Chapter 20 - Persidangan

251 66 0
                                    

Chapter 20
Persidangan

Entah harus bereaksi seperti apa. Perasaan Rexilan bercampur aduk menjadi satu. Raungan Urk yang menggetarkan dunia Onshen membuat perhatiannya teralihkan.

Tapi sebelum ia terbang melesat untuk menebas. Rombongan bantuan dengan berpakaian hakama tiba di sekeliling Urk. Mereka berpencar dan terbang melingkar di sekeliling makhluk tersebut. Lalu seberkas cahaya berwarna putih berpendar mengelilingi si makhluk.

Dengan kompak mereka melakukan penyerangan dengan bilah katana hitam yang terkesan mirip dengan milik Rexilan. Dalam satu kali sabetan tubuh Urk terkoyak dan akhirnya melebur ke dalam udara.

Otniel menarik paksa Rexilan untuk menjauh. Walau pria itu keras kepala tidak ingin pergi. Ia pun mau tidak mau berteleportasi kembali ke dunia manusia bersama Otniel.

.
.
.

Satu jam setelah penyerangan Urk di Onshen. Para petinggi segera berkumpul dan melakukan rapat penting.  Beberapa Dewa yang terlibat dalam kejadian tersebut pun turut hadir,  empat rekannya pun tidak ketinggalan.

"Penyelidik menemukan seorang Urka yang menyelinap dari rombongan yang di bawa seorang Yue." Semua orang menahan napas saat pria tua berjenggot dan berkumis putih membicarakan hasil penyelidikan.

Satu-satunya Yue yang ada di dunia ini adalah berasal dari dua bangsa yang berbeda. Kini sorot mata semua orang terarah pada Keinzq yang nampak tenang di kursi terdakwa.

"Apa kau mencoba untuk menghancurkan dunia?" Pria tua itu kembali bertanya. Semuanya menunggu jawaban yang akan di lontarkan Keinzq.

"Kenapa tanya padaku? Tanya saja pada Rex. Aku tidak tahu soal ini." Netra merah membara Keinzq menatap semua orang dengan sangar.

"Jika kalian ingin menangkapnya tangkap saja. Aku tidak keberatan." Bangkit dari kursi. "Tapi jika putraku terbukti tidak bersalah. Dunia ini akan benar-benar kuhancurkan."

Keinzq mengibaskan jubah kebesarannya dan langsung berpindah di sebuah kamar berkastil megah dengan dinding granit yang tengah di terangi cahaya dari lilin yang tergantung di atas kandelar.

Ia menghela napas panjang saat menghempaskan diri di atas tempat tidur. Pikirannya berkelana tentang sesosok wanita yang paling di rindukannya saat ini.

Sementara itu, Seana sudah kembali bersekolah di siang hari. Tidak ada yang berubah. Semua temannya menyambut dengan respon yang biasa. Mereka saling menanyakan kabar dan pekerjaan rumah masing-masing.

Walau ia tahu ada yang salah. Seana mencoba untuk menjalani rutinitasnya tersebut. Saat waktu pulang tiba. Ia memilih untuk pulang seorang diri seraya menggunakan angkutan umum. Dari pada menghubungi Syan untuk menjemput. Gadis itu butuh tempat untuk menenangkan diri.

Maka dari itu, Seana memilih untuk pergi ke salah satu cafe yang direkomendasikan teman-teman sekelasnya. Setibanya di tempat tersebut, Seana terheran-heran. Dirinya merasa seperti deja vu.

"Seana?" sapa Yuri yang baru saja mengantar pesanan pada dua pelanggan. "Kok sendiri? Syan mana?"

"Apa aku mengenalmu?" Alis Seana bertaut bingung dan hal yang sama terjadi pada Yuri.

Seana terlihat linglung. Dan Yuri tahu, sesuatu telah terjadi.

"Duduklah. Kau mau pesan apa?" Yuri memilih mempersilakan Seana duduk. Sebelum ia melakukan sesi wawancara.

"Cokelat susu dingin satu." Yuri mengganguk,menuliskan pesanan tersebut pada buku kecil dan bergegas pergi. Sekembalinya ia, ada dua gelas yang dibawa di atas nampan.

Kelas Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang