Chapter 28- Ralp dan Excel

286 52 0
                                    

Chapter 28
Ralp dan Excel

"Aku bertemu setan!" jerit Excel seraya memukul meja.

Ralp yang tengah menikmati teh hangat di angkringan bibir pantai. Malah melototinya tajam.

"Helo? Kau itu setan. Apa otakmu terbentur?"

"Bukan itu," bantah Excel, "ada gadis aneh yang tadi kutemui. Auranya terasa berbeda. Ia menyeringai padaku, seolah-olah dia bisa menelanku bulat-bulat."

Ralp hanya memutar bola mata malas. Excel terlalu berlebihan. Dia itu iblis, mengapa dia takut sama hantu. Dunia sudah terbalik atau memang otak Excel yang sudah terbalik.

"Aku punya firasat burut tentang gadis itu. Apa kau tahu?" tanya Excel. Ralp mengacuhkannya.

"Aku tidak ada waktu mengurus itu. Tugasku hanya dua. Mencabut nyawa manusia dan pergi menangkap Rexilan. Malam ini aku free job. Jadi biarkan aku menikmati ikan bakar yang di sana." Ia menunjuk pada abang-abang yang tengah berdiri membakar ikan. "Aku traktir kalau kau mau ikut makan."

Merasa diabaikan, Excel hanya mendengus kesal. Tapi ia setuju, tentang fakta akan ditraktir.

"Besok pagi aku akan pergi mengawasi puri Rexilan. Jika ada perkembangan aku akan mengabarimu."

"Tapi aku skeptis," ujar Ralp sambil mengaduk-aduk teh dengan sedotan. "Rex di Neraka dan itu artinya ia memiliki cukup power untuk mengalahkanku. Jujur saja, kita ini hanya sebuah kutu bagi dia. Anak itu belum mendapatkan seluruh kekuatannya. Jika itu terjadi. Kau dan aku akan tewas sebelum bisa berkata 'Tolong'." Perangai Ralp dengan suara dibuat-buat.

"Berarti kau takut padanya," goda Excel dengan senyum meremehkan. "Katakan saja, ya kan?"

Sebelum Ralp sempat menjawab. Abang-abang yang sebelumnya sibuk membakar. Kini telah datang membawakan makanan pesanan Ralp.

"Silakan, Dek." Ralp membalasnya dengan ucapan terim kasih.

"Jauh lebih baik dari pada iblis yang takut sama setan."

Jleb, Excel seakan merasakan ada pisau yang menusuk jantung dan hatinya secara bersamaan. Tetapi tusukan tersebut tidak mengeluarkan darah, hanya ada rasa sakit yang tertinggal di sana.

"Dia itu bukan setan! Dia manusia!"

"Manusia tidak bisa seperti itu. Berhenti menghayal."

"Kau yang menghayal. Lihat saja nanti. Aku berani bertaruh, kau akan kencing celana jika melihatnya."

Ralp menikmati makannya dan Excel hanya duduk menatapnya dengan kesal. Persetan dengan masalah traktir. Iblis itu sudah terlanjur sakit hati dengan perkataan si malaikat maut.

Selepas menikmati makan malam yang singkat. Keduanya pun memilih berjalan-jalan santai di sekitar angkringan.

Lalu langkah mereka seketika terhenti saat melihat sekumpulan orang yang menggunakan hakama di ujung jalan. Serempak, mereka memutar badan secara bersamaan.

"Kenapa kita harus bertemu mereka di sini sih?" keluh Ralp dengan langkah melarikan diri.

"Mereka mengawasi dunia fana dari Urk. Orang-orang itu akan terus di sini. Urk itu dikendalikan oleh seseorang. Itu sih yang kudengar-dengar. Tapi tunggu." Langkah kaki Excel terhenti. "Mengapa kita takut dengan orang-orang itu? Mereka hanya segelintir penghuni Onsen."

Kelas Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang