Chapter 14- Menghilang

330 72 4
                                    

Chapter 14
Menghilang

Di kamar, Seana memberikan Kazu sebuah kertas dan seperangkat pensil warna. Agar bocah itu dapat bermain dengan tenang.

"Tinggal di sini ya? Aku mau ke mama dulu."

Kazu mengganguk patuh dan hal tersebut membuat Seana merasa senang dan refleks menepuk pucuk kepala Kazu dengan gemas.

Saat keluar dari kamar. Secara tidak sengaja, Rexilan pun turut keluar dari dalam kamar Syan yang memang berada di sebrang kamar Seana di lantai dua. Seana menatapnya sekilas, sebelum Rexilan menahan pergelangan tangannya.

"Apaan sih?" erang Seana dengan tatapan malas. "Lepasin gak?"

"Kau akan membawanya pulang?" tanya Rexilan. Seana tahu, siapa yang dimaksud Rexilan sekarang.

"Iyalah."

"Kau yakin?"

"Kau juga kan suka membawa hantu pulang ke asrama. Seharusnya, Kazu juga dapat pergi ke alam atas," komentar Seana. Ia menduga, sepertinya Rexilan tidak setuju dengan apa yang ia lakukan.

"Kalau hanya sampai di sini, aku tak masalah. Tapi jika kau sampai membawa pulang ke kelas malam. Aku tidak bisa," ungkap Rexilan, yang mana itu membuat Seana menatap tak percaya pada dirinya.

"A- pa?"

"Aku mengumpulkan remaja. Bukan mengumpulkan bocah."

"Bukankah itu sama saja? Mereka sama-sama arwah."

Rexilan hanya menarik tipis ujung bibirnya. Lalu menatap Seana dengan sebuah gelengan kepala.

"Tidak, mereka berbeda. Aku tidak keberatan jika kau membawanya tinggal di sini. Tapi jangan harap kau bisa membawanya ke asrama."

Rexilan menepuk pelan pundak Seana. Lalu berjalan pergi meninggalkan Seana yang masih termanggu dengan kata-katanya. Gadis itu berbalik dan mendapati Rexilan tengah menuruni anak tangga dengan santai.

"Masa bodoh," ungkapnya tidak peduli.

.
.
.

Seperti biasa, selagi Seana berada di rumah, ia akan pergi membantu sang mama memasak di dapur. Tapi sebelum ia sempat mengeluarkan suaranya, ia terkejut bukan main melihat Rexilan sudah berdiri di sana.

"Gak nyangka ya? Ada anak cowok yang suka banget sama dapur." Alita berkomentar riang saat Rexilan tengah menumis sayuran di atas kuali. Melihat hal itu, Seana hanya bergerak dengan menyeret kakinya.

"Ma," lirih Seana.

Alita pun menoleh ke arah sang putri.

"Tunggu aja di ruang tengah. Biar Rexilan yang bantu mama masak."

Seana hanya terdiam, tidak ada komentar atau kalimat yang ia ungkapan. Matanya sendiri memincing tajam melihat kelakuan Rexilan. Baginya, pria tersebut seolah tengah mencari perhatian pada sang ibunda.

Seana menurut dan ia pun pergi ke kulkas sebentar. Melihat sesuatu yang  dicarinya tidak ada. Seana pun menutup kembali pintu kulkas dan beranjak pergi dengan tangan kosong.

Kelas Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang