Chapter 18- Onshen

277 66 2
                                    

Chapter 18
Onshen

Rasanya waktu berlalu cepat. Sabtu pagi yang tidak di inginkan Seana. Tapi dia bisa apa, waktu akan terus berputar tanpa memedulikan apa yang sedang terjadi.

Kazu memandangnya lekat di tepi tempat tidur. Matahari telah terbenam sepenuhnya dan Rexilan melarang Seana keluar sampai ia sendiri yang menjemput.

"Apa kita pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan pada Seana?" tukas Pooja yang tidak melihat kehadiran Seana sedari tadi.

"Tidak," jawab Otniel datar. Semua murid kelas malam saling melempar pandangan.

"Kupikir Seana ingin ikut," timpal Hans dari belakang kerumunan. "Apa dia mendadak tidak mau mengantar kita?"

Otniel tidak memberikan tanggapan yang berarti dan Pooja tahu. Sesuatu telah terjadi. Satu-satunya alasan Seana tidak ada saat ini adalah ia tidak di izinkan oleh Rexilan.

Tanpa sadar, Intan menggenggam tangan Pooja. Sorot matanya menunjukkan rasa kekhawatiran. Pooja paham hal tersebut dan beberapa orang juga melemparkan tatapan yang sama.

"Rexilan tiba," ujar seorang gadis berkacamata hitam.

Dari dalam lobi kehadiran Rexilan dengan jubah hitam membuat aura dirinya terlihat semakin maskulin. Netra ink nya menyapu semua orang satu-persatu.

"Otniel?" sapanya dingin.

"Kita tinggal berteleportasi ke Onshen." Pria itu menyahut.

Rexilan mengganguk. Pooja tahu, ini adalah kesempatan terakhir melihat Seana di dunia fana sekarang. Dia harus bertindak. Tapi ia tidak mungkin melakukan hal ceroboh yang dapat merusak rencana.

Hanya dalam satu kali jentikkan jari. Semua bayangan di teras asrama lenyap dalam kegelapan malam. Perpindahan dunia terjadi dalam 3 detik. Semua rombongan yang di angkut Rexilan telah hadir di depan sebuah gerbang Tori yang nampak lusuh dan tidak terawat.

Area sekitarnya di penuhi dengan kerimbunan hutan. Batu-batu lentera yang berada di sekitar gerbang Tori sudah nampak hancur tercerai-berai.

"Mulai dari sini. Kalian ikuti Otniel. Aku akan mengawasi dari kejauhan." Hanya sebuah pesan singkat. Sebelum akhirnya, Rexilan melompat ke udara dan terbang di langit malam kota Onshen.

Sembari Otniel menuntun para arwah ke tempat di adakannya Matsuri. Rexilan terus terbang dan melayang melewati kota-kota tradisional dan kuno yang berkelap-kelip dengan cahaya kejinggaan.

Pusat perhatiannya hanya ada satu. Yaitu sebuah gerbang Tori yang bentuknya terawat dengan baik di salah satu bagian kota. Lampion-lampion beraneka warna membentang di setiap sisi jalan setapak berbatu.

Lampion tersebut tidak terikat oleh seutas benang ataupun tali. Melainkan, mereka semua melayang dengan ketinggian yang sama di atas udara.

Suara seruling mengalun indah. Tempat itu cukup ramai oleh orang-orang yang memakai beraneka ragam topeng aneh. Mulai dari topeng hewan hingga topeng makhluk supranatural.

Beberapa kedai dengan tenda berwarna-warni sibuk melayani para pelanggan mereka. Rexilan mendarat di salah satu sudut sebuah kedai yang sepi. Lalu berbaur dengan para pejalan kaki seraya memasang sebuah topeng berwarna hitam pekat. Kedua mata dan bibir topeng tersebut menunjukkan sebuah seringai yang diwarnai dengan warna merah terang.

Pandangan Rexilan terus lurus ke depan. Berjalan melewati hiruk-pikuk di sekelilingnya. Lalu menaiki undakan tangga kecil dan terus berjalan lurus. Kemudian langkah kakinya terhenti di sebuah tenda berbentuk kerucut berwarna cokelat muda. Bentuk bangunan mini tersebut mirip seperti hunian kaum indian.

Kelas Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang