Chapter 11- Yuri

500 87 45
                                    

Chapter 11
Yuri

Seana terus memikirkan hal gila yang melibatkan sang kakak dengan Rexilan. Tidak mungkin ada hal waras yang mereka berdua lakukan. Mengingat siapa diri Rexilan sebenarnya.

Seana mencoba menunggu dipandangnya pengendara motor yang melewati mobil BMW mereka. Syan memutar kemudi ke arah kiri. Seana menebak-nebak lokasi yang bisa di jadikan tujuan di tempat tersebut. Mereka terus berjalan lurus kemudian berbelok ke arah kanan. Hingga tiba di sebuah bangunan berbentuk cafe.

Bangunan itu memiliki dua lantai dengan warna hitam mendominasi. Lantai paling atas di jadikan rooftop dan lantai dasar memiliki dinding kaca tebal transparan yang ditempeli oleh stiker hitam ber-ilustrasi.

Syan memutar mobil pada pelantaran parkir kemudian mematikan mesin mobil setelah selesai.

"Tempat apa ini?" tanya Seana yang masih belum ingin turun.

"Cafe," sahut Syan singkat. Rexilan sendiri sudah membuka pintu mobil dan berjalan keluar.

"Aku tahu itu cafe. Tapi tempat apa ini? Abang dan Rexilan sepertinya sudah biasa ke sini."

Syan terkekeh pelan lalu meraih ganggang pintu. "Tempat kerja calon kakak iparmu."

Seana terbelalak tidak percaya dan buru-buru turun dari dalam mobil. Ia setengah berlari seraya mengapit lengan Syan.

"Sungguh?" Mata Seana memincing tajam.

"Ya." Syan masih tersenyum saat menjawab pertanyaan sang adik.

"Baiklah. Aku ingin lihat tipe wanita apa yang disukai abang."

Syan mengganguk lalu mendorong pintu kaca. Aroma manis bagai musim gugur langsung menerpa hidung Seana. Wangi yang menenangkan.

"Syan." Seorang wanita dengan rambut hitam tergerai panjang dan celemek berwarna peach. Datang menyambut Seana dan Syan.

"Seana ya?" tebaknya langsung pada Seana. "Senang bisa melihatmu. Syan banyak bercerita tentang dirimu. Namaku Yuri."

Ia mengulurkan tangan guna mengajak Seana berjabat tangan. Seana melirik Syan sekilas, lalu membalas uluran tangan Yuri.

"Senang berjumpa dengan Kak Yuri. Tapi abang tidak pernah menceritakan tentang anda padaku." Ada nada mengintimidasi dalam kalimat Seana.

Yuri tahu, gadis remaja itu sedang menilai apakah ia pantas menjadi kekasih Syan atau tidak.

"Aku juga heran. Mengapa Syan tidak menceritakanku padamu. Ayo duduk."

Yuri pun menuntun keduanya pada sebuah meja hitam bersofa di pojok ruangan. Seana segera mengambil tempat tanpa mau melepaskan Syan.

"Seana," tegur Syan, "jangan kekanak-kanakkan."

Tangan Seana beranjak turun. Yuri pun duduk dengan mengambil tempat di hadapan mereka. Seorang pelayan wanita datang dan memberikan buku memo dan pulpen pada Yuri.

"Mau pesan apa?" Menatap Seana. "Di sini ada nasi goreng. Bik Minah yang jadi koki. Masakannya enak kok kayak di warteg."

Rasanya seperti menjadi anak kecil, Seana membatin. Terlihat kesal.

Kelas Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang