Chapter 27 - Sepintas

263 51 4
                                    

Chapter 27
Sepintas

"Wah, akhirnya kalian tiba juga," seru Keinqz saat melihat kemunculan Rexilan bersama Seana.

Sang putera hanya bergumam datar. Tanpa mempedulikan wajah semringah sang ayah. Rexilan pun menarik tangan Seana dan mengajaknya pergi.

River yang berhasil menyusul, tertengun karena melewati momen sambutan sang kakak dan sang anak.

"Apa aku melewatkan sesuatu?" tanya River

"Tidak ada," sahut Keinzq lalu berlalu pergi.

Sementara itu, Seana sedang terkesiman dengan design interior rumah Rexilan. Bangunannya lebih mirip puri tua abad pertengahan. Tidak terlalu banyak hiasan atau pigura. Dindingnya polos dengan obor yang menempel di sepanjang jalan.

"Istirahatlah di sini," tukas Rexilan dengan membuka sebuah pintu.

"Kamar siapa? Kamar tamu?" tanya Seana dengan kepala sedikit melongok ke dalam.

"Kamarku," jawab Rexilan singkat. "Istirahat di sini dan jangan keluar tanpa izinku. Jika butuh sesuatu bunyikan lonceng yang ada di atas nakas."

Rexilan pun berbalik namun dengan cepat dicegat oleh Seana.

"Tunggu, aku tidak mau mati bosan di sini. Biarkan aku ikut denganmu. Atau ... ajak aku berkeliling rumahmu. Lagipula, aku mau ke sini karena ingin mencari Mika dan membuatnya bertanggung jawab untuk semuanya."

Seana pun menatap penuh harap. Masa iya, ia capek-capek ke neraka hanya untuk berdiam diri dalam kamar lelaki yang paling dibencinya.

"Aku perlu menyiapkan sesuatu. Kau tidak bisa keluar dari istana ini sebebas yang kau pikirkan. Kau ini makhluk fana, jika kau berada di luar istanaku. Kau bisa mati. Sudahlah, tinggal di sini."

Tanpa berlama-lama, Rexilan pun melangkah pergi. Seana yang ditinggal hanya bisa mengembungkan pipi dengan wajah cemberut.

.
.
.

"Apa? Tuan muda pulang ke rumah? Ahahaha."

Mika yang sedang duduk di bangku taman, tertawa terpingkal-pingkal begitu mendengar seogok hantu melaporkan rumor yang ia dengar.

"Menarik, ini menarik," katanya lagi, "kau bisa pergi."

Namun, hantu wanita berambut panjang tersebut, urung meninggalkan Mika.

"Kau belum menepati janjimu gadis nakal," lirihnya.

Mika yang mendengar hal tersebut lalu melirik tajam, kemudian menjentikkan jari hingga sekonyong-konyong, asap hitam membelenggu jiwa penasaran tersebut.

"Berani-beraninya kau memerintahku! Kau itu hanya makhluk rendahan!"

Mendadak, sebuah bayangan besar muncul di dalam taman. Urk sebesar raksasa dengan gigi taring yang tajam menyeringai lebar di hadapan Mika.

"Makananmu!" Ia melempar hantu tersebut ke udara. Yang mana, langsung di tangkap jari-jemari Urka dan ia langsung melahapnya bulat-bulat.

Orang-orang yang kebetulan melintas di area tersebut, merasakan perubahan suhu udara yang menurun drastis. Padahal matahari bersinar terik, tetapi mereka seakan berada di daerah daratan tinggi yang lembab.

Beberapa orang berpakaian hakama hitam yang berada tak jauh dari taman tersebut. Merasakan adanya bahaya energi negatif yang sangat besar bagi kaum manusia.

Excel, adalah orang yang kebetulan paling dekat dengan lokasi tersebut. Menatap nanar pada makhluk alam bawah di antara rimbunya pepohonan taman.

Matanya terbelalak, bahkan ia tak tahu harus berbuat apa, di kondisi seperti itu. Urka raksasa itu menatap ke sekeliling.

Excel yang tahu ini akan mengganggu lintas garis kehidupan manusia. Awalnya berniat mencari bantuan. Tetapi tak lama berselang. Sosok Urka tersebut pun menghilang dan seorang gadis remaja berambut pendek tak sengaja menabrak Excel yang masih mematung di hadapannya.

"Huh!" keluh Mika. Awalnya, ia pikir. Cowok yang ia tabrak adalah seorang manusia. Tetapi, ketika diperhatikan baik-baik. Ia sadar, bahwa itu adalah ras dari makhluk bertanduk merah.

Mika pun tersenyum penuh arti pada Excel dan kembali melanjutkan perjalanannya. Excel yang mendapatkan senyuman misterius tersebut. Sekonyong-konyong merasakan bahwa bulu kuduknya meremang.

__/_/____

Bersambung...

Sorry, chapter ini cukup pendek

Kelas Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang