Chapter 10- Ice Cream

465 90 18
                                    

Chapter 10
Ice Cream

"Aku tidak mungkin membawa setan pulang ke rumah." Seana nyaris berteriak saat mengatakan hal tersebut pada Rexilan.

Kening si Yue nampak terlipat. Terlihat bahwa ia sedikit tersinggung disebut setan.

"Mana bisa aku membiarkanmu pergi," cibir Rexilan seraya merangkak di atas kasur. "Ralp akan memberi tahu yang lain dan kau bisa dijadikan sandera. Itu membuatku kerepotan." Ia masih menatap masam ke arah Seana. "Sekarang keluar."

Gadis itu hanya mendekus kesal dan berjalan pergi dari dalam kamar Rexilan. Pagi menjelang dan Seana masih tertidur di kamarnya. Ia pun terbangun saat matahari mulai tidur di ufuk barat.

Tahu kalau malam ini, ia akan menjadi topik pembicaraan. Seana terlebih dahulu membasuh diri dan memakai seragam sekolahnya yang baru. Ketika ia menatap dirinya pada bayangan cermin. Gadis itu memekik keras secara tiba-tiba.

"Oh, sial! Kenapa aku baru ingat?" Melirik ke arah pintu. "Aku harus bertemu Rexilan."

Di depan pintu kamar Rexilan. Seana menggedor-gedor pintu tersebut dengan cukup keras dan kasar.

"Woy, Tirex bangun!! Udah malam!! Aku perlu bicara denganmu."

"Bicara apa?"

Kepala Seana berputar ke arah kanan. Dengan kaos oblong berwarna hitam dan celana training senada. Rexilan terlihat lebih kasual dan santai.

Mata Seana sendiri memincing tajam pada ice cream cokelat stik yang tengah dimakan Rexilan dengan santai.

"Aku juga mau," lirih Seana.

"Ice cream?" sahut Rexilan.

"Bu- kan," bantah Seana cepat-cepat. "Gara-gara ikut kelas malam. Aku tidak bisa mengikuti kelasku yang sebelumnya. Aku tidak mau jadi penunggu di kelas malam. Kau harus bertanggung jawab."

Rexilan kembali melahap ice cream yang tinggal separuh dalam sekali makan.

"Senin besok, kau bisa pergi. Tapi pas malamnya jangan lupakan tugasmu."

Pupil mata Seana terbelalak tidak percaya. Bagaimana bisa ia menghadiri semua kelas dalam sehari. Rexilan pun mengibaskan tangan saat ia mencapai pintu kamarnya.

Seana merasa tertohok. Tadi malam pria itu terlihat sangat kesakitan dan kini ia malah terlihat biasa-biasa saja.

Malam harinya, seperti yang ditebak oleh Seana. Ia menjadi pusat perhatian semua orang di dalam kelas.

"Kau terlalu berani," seru Hans dengan tersenyum tipis.

"Seana!" Pooja langsung mencengkram kedua bahu Seana dan mengguncangnya berulang kali.

"Apa kau masih waras? Bagaimana lenganmu? Bagaimana bisa kau menghadang Ralp? Dia bisa mencelakaimu."

Setelah menanyakan semuanya. Pooja langsung menerjang Seana dalam pelukan. Adik dari Syan itu sedikit merasa sesak akan rangkulan Pooja yang sedikit kuat dan ketat.

"Sudah selesai?" tanyanya Seana. Pooja pun melepaskan pelukan.

"Maaf. Aku tidak bisa menolongmu. Kau tahu bukan? Ralp bisa menghabisiku saat itu juga. Begitu pun yang lain."

Kelas Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang