Chapter 2 - Kelas Malam

1.2K 157 23
                                    

Chapter 2
Kelas Malam


"Woy, bangun."

Kelopak mata Seana perlahan-lahan bergerak. Lalu terbuka secara perlahan-lahan. Hal pertama yang ia tangkap adalah wajah seorang pria yang tengah menatapnya.

Netra hitamnya terlihat sangat pekat dengan sedikit kilauan.

"Udah bangun?" tanyanya datar.

Seana yang tertidur di atas meja. Perlahan-lahan mengangkat wajah dan memandang ke sekitar kelas yang sepi.

"A ... ku," lirih Seana.

"Selamat datang di kelas malam."

Mata Seana terbelalak lebar. Ia pikir semua situasi itu adalah mimpi. Namun dugaanya salah.

"Ap ... a? Mengapa aku harus ikut kelas malam?!" tanya Seana dengan emosi.

Laki-laki itu tidak mempedulikan keterjutan Seana. Ia memilih beranjak berjalan menuju depan kelas. Lalu menepi pada meja guru dan mengambil sebuah map berwarna hitam.

"Seana Khatulistiwa. Kau akan menjadi bagian kelas malam tahun ini. Apa kau dengar?"

Gadis itu tak menjawab. Ia lebih memikirkan cara tercepat untuk segera pulang.

"Sebaiknya kau tak memikirkan hal lain. Pelajaran akan segera dimulai."

Bunyi pintu geser dibuka mengalihkan perhatian Seana untuk berbalik dan menengok ke arah pintu masuk.

Seogok asap putih transparan perlahan-lahan masuk ke dalam ruangan. Wajah Seana kembali memucat. Seluruh tubuhnya di aliri keringat dingin. Bulu kuduknya berdiri dan meremang.

"Setan!" jerit Seana dalam hati.

Rexvilan atau lebih akrab di sapa Rex tersenyum tipis melihat wajah ketakutan yang dimiliki oleh Seana.

Setelah memastikan seluruh hantu telah masuk. Pintu geser di ruangan kelas 3D pun tertutup sendiri.

Seana— tidak mampu mengalihkan matanya dari wajah Rex. Ia tak sanggup untuk melirik ke tempat lain.

"Selamat malam semuanya. Hari ini, kita kedatangan tamu spesial. Seana Khatulistiwa." Rex pun memperkenalkan Seana ke seluruh penghuni kelas malam. Sambutan tepuk tangan yang mirip melodi kematian semakin membuat Seana gemetar ketakutan.

"Kelas malam," jelas Rex, "adalah kelas di mana murid-murid yang telah meninggal akan belajar di malam hari. Tugas seorang manusia terpilih adalah membimbing mereka semua hingga bisa pergi dengan tenang ke dunia atas."

Rex memperhatikan raut wajah Seana. Walau ia fokus menatap dirinya, Rex sadar bahwa fokus Seana telah hilang.

"Oti," panggil Rex.

Seogok hantu siswa laki-laki berjalan masuk dari pintu yang tertutup. Ia mendekat ke arah Rex seperti seorang pelayan.

"Dia kehilangan kesadaran. Buat dia tetap sadar."

Oti menurut, maka ia pun bergerak ke arah Seana. Pupil mata gadis itu pun semakin terbelalak ketika wajah Oti atau nama lengkapnya Otniel mendekat memandang Seana dari dekat.

"Apa kau akan pingsan sepanjang malam?" seru Otniel. "Tugasmu di sini adalah sebagai pembimbing para hantu."

Tanpa sadar, Seana menelan salivanya dengan susah payah. Ia menutup mata. Mengumpulkan sedikit keberanian untuk berbicara di tengah rasa ketakutan yang memucak.

"Tuan setan yang terhormat," seru Seana dengan suara gemetar. "Saya tidak terima dengan undangan anda tentang kelas malam. Saya masih cukup waras untuk tidak melakukan hal-hal yang ada maksudkan."

Otniel menepuk keningnya dengan wajah syok. Seharusnya Seana tidak menyebut Rex dengan sebutan tuan Setan. Pria itu sangat sensitif dengan panggilan seperti itu.

"Kau ingin menolak?" tanya Rex. "Apa kau punya kekuatan untuk menolak? Baiklah, pergilah. Saat kau melangkahkan kaki dari tempat ini. Kau akan melihat dan di ikuti makhluk halus ke mana pun kau berada."

Wajah Seana semakin bertambah pucat. Otniel rasa, semakin gadis manusia di hadapannya ini ketakutan, ia akan terus pingsan sepanjang waktu.

Otniel sadar, kebanyakan manusia akan pingsan jika melihat kaum mereka. Bahkan paling parah sampai ada yang kencing celana.

Seana menggit bibir bawahnya dengan frustasi. Bulir-bulir keringat mengalir turun dari pelipis. Ia mencoba mengingat hal sinting apa yang pernah ia lakukan di masa lalu. Hingga terlibat dengan dunia gaib seperti ini.

"Bagaimana? Apa jawabanmu?" desak Rexilan. Ia nampaknya sangat yakin bahwa Seana tidak akan menolak.

"Aku ... aku," lirih Seana.

"Tugasmu hanya memberikan pelajaran bagi para arwah yang tertahan di dunia bawah dan menyelesaikan penyesalan yang mereka pikul. Apa hal itu sulit untuk kau lakukan?"

Seana tak menjawab. Laki-laki gila di hadapannya ini benar-benar sinting. Mengajari arwah? Bagaimana bisa manusia biasa sepertinya membagi ilmu pada makhluk yang di takuti banyak orang.

"Apakah ini ... kelas malam yang sebenarnya?"

"Binggo!" sahut Otniel tiba-tiba. Rexilan melirik ke arah anak buahnya dengan tatapan tajam.

"Oke," seru Otniel dengan gerakan mengunci mulut.

"Anggap saja, ini hak istimewa yang diberikan dunia bawah pada manusia terpilih seperti dirimu," ujar Rexilan dengan nada merayu.

"Kenapa harus aku?" tanya Seana. Rasa takut yang ia rasakan, perlahan-lahan ia kontrol. Kedua lututnya sudah gemetar tak karuan. Satu-satunya cara menyelesaikan pertemuan gila ini dengan mempercepat segalanya.

"Kau gadis bodoh yang cocok dengan misi ini."

Wajah Seana yang semula memucat, perlahan-lahan memerah karena merasa kesal dan tersinggung.

"Apa kau bilang? Bodoh? Aku? Aku bodoh?"

"Yap," jawab Rex dengan anggukan kepala

Seana membuang muka dengan perasaan tertohok. Namun begitu netranya beradu pandang dengan mata hitam arwah seorang siswa perempuan. Air wajahnya berubah pucat kembali.

"Kau hanya bisa melakukan itu saat malam hari tiba," jelas Rexilan.

"Bagaimana dengan para guru? Aku tidak mungkin keluar masuk di malam hari? Orang tuaku? Kau tahu?mereka pasti sedang cemas sekarang. Mereka tak kan mengizinkanku untuk keluar malam-malam."

"Soal itu sudah di atur," sahut Rex dengan enteng. "Kau hanya perlu melakukan tugasmu dan yang paling terpenting. Kau harus menjauhi 2 makhluk legend yang menggangu."

"Maksudmu?"

"Iblis dan malaikat maut."

Pupil mata Seana kembali melebar. Setelah para arwah dan setan. Kini dirinya harus menjaga jarak dengan dua makhluk bernama Iblis dan malaikat maut.

"Tidak perlu terkejut. Rupa mereka tidak seseram yang kalian bayangkan."

"Bagaimana aku bisa mengetahui kalau orang tersebut mereka?" tanya Seana dengan penasaran.

"Kau pasti bisa melihatnya," sahut Rex, "usahakan jangan terlibat dengan urusan mereka. Sekarang ambil buku-buku yang ada di sini dan ajarkan semua hantu pelajaran yang mereka ikuti di dunia manusia."

Rexilan berjalan keluar dari ruang kelas 3D. Otniel masih setia di posisinya. Setelah yakin sang majikan telah pergi. Otniel pun mendekat ke arah Seana. Dengan tubuh yang semula transparan menjadi padat.

Berkali-kali Seana dibuat terkejut dengan kelas malam. Sepertinya ia harus terbiasa dengan semua itu. Atau jika tidak, jantungnya akan berhenti berdetak dan Seana mungkin saja menjadi bagian dari mereka semua.

_/_/_/_____

Bersambung...

Kelas Malam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang