Fifien sibuk berlari ke sana ke mari dalam studio itu. Mengikuti perintah dari pemimpinnya. Saat ini ia mengambil peran sebagai asisten sutradara. Fifien itu bekerja sebagai apa saja di perusahaan televisi selama itu di belakang layar ia tidak ambil pusing. Semua ini dilakukannya untuk membuatnya bisa mendapat ilmu dan menjadi bekal untuknya kelak meski harus mengorbankan sedikit akan pendidikannya.
Terkadang Fifien bingung apakah langkah yang sudah diambilnya ini benar atau salah namun dari semua itu Fifien hanya mencoba untuk mengambil kesempatan yang ada. Ia masih muda, jadi pengalaman seperti ini masih cukup gampang untuk didapatkannya.
Fifien bisa seperti ini semua itu tidak lepas dari bantuan Gavrila. Jika saja Gavrila tidak membantunya mungkin saat ini ia kesusahan mencoba bekerja sambilan di stasiun televisi.
“Fifien! Itu kenapa bajunya begitu? Kita bukan lagi syuting film porno. Ini video klip teaser acara!” Teriak sutradara pada Fifien yang memang berdiri tepat di sebelah sutradara tersebut.
“Iya, Bang. Gue ke sana sekarang.”
“Cepetan.”
Dengan cepat Fifien menghampiri model tersebut dan menyampaikan perkataan sutradara dengan bahasa yang lebih sopan. Pada awalnya model tersebut bersikeras dan karena mulai kesal akan kekeraskepalaan model itu, Fifien terpaksa memberi teguran kecil yang membuat si gadis model menyerah dan mengganti bajunya.
Fifien merasa lega lalu kembali ke posisinya di sebelah sutradara. Beginilah pekerjaannya. Ia bisa menjadi asisten sutradara untuk sebulan dan bulan berikutnya akan berada di tim kreatif, tim berita atau tim mana pun dan selalu dijadikan sebagai pesuruh.
Oleh sebab itu waktu kerjanya terkadang tidak tetap, bisa saja pagi atau malam bahkan bisa dini hari tergantung kebutuhan.
Fifien tidak pernah merasa lelah dengan hal yang dilakukannya ini. Ia justru bahagia meski pun memang lelah secara fisik.
Seperti saat ini, Fifien baru saja duduk setelah lebih dari enam jam berdiri menemani sutradara dan harus bolak-balik melaksanakan tugas.
Fifien memijat pelan betisnya yang ia letakkan di atas kursi. Sesekali terdengar ringisan kecil darinya ketika tangannya mengenai bagian yang sakit dan letih. Setelah rasanya cukup, Fifien meraih botol minuman ion yang masih dingin itu lalu segera meminumnya dengan rakus.
“Haa!” Ia mendesah pelan sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya lalu mulai mengecek satu per satu pesan dan beberapa panggilan tidak terjawab. Fifien melihatnya dengan teliti sampai ponselnya kembali bergetar karena pesan baru yang masuk. Melihat pengirim pesan itu membuat Fifien langsung menatap ponselnya dengan datar. Ia berdecak pelan lalu memilih menelpon sahabatnya yang baru pada dering kedua dijawab.
“Hei,” sapa Gavrila di seberang sana.
Fifien meneguk minumannya kembali. “Bagaimana ko pu bahasa Perancis? Berkembang pesat?”
Gavrila berdecak. “Ck, kursus tadi saya dimarahin, karna pelafalan yang tidak benar. Sa mau ganti tempat kursus. Enak saja marah-marah, namanya saja kan sa masih belum genap setengah tahun di Prancis tidak bisa kah dimaklumi?!”
Fifien tertawa pelan mendengar curahan hati sahabatnya yang saat ini sedang meraih salah satu mimpi besarnya.
“Uang lagi, Eri, kalo ko ganti tempat kursus.”
“Trada. Sa pu biaya kursus ditanggung sama agensi. Nanti sa coba bicara sama manajer disini.”
“Oh baguslah kalo begitu jadi ko bisa tabung buat beli baju di sana.”
KAMU SEDANG MEMBACA
How Heart Works [Completed]
RomanceSpin-Off of Mr. Pilot Fallin' (Kalo nggak baca Mr. Pilot Fallin' pun gak papa) 🔹Fifien Lasea Judith 🔹Henry Parabawa Fifien Lasea Judith adalah seorang gadis yang terbiasa melakukan apa pun sendiri. Ia adalah penyuka kesendirian. Di usianya yang ke...