“Gua udah bilang kalo gua nggak suka sepupu lo itu dan gimana ceritanya ngomong sama dia gua lagi kafe ini?! Gua nggak percaya dia bilang kebetulan dia ke sini. Sialan, lo!” Desis Henry dengan pelan dan dapat dipastikan orang di seberang sana mendengar perkataannya.
Ado di seberang sana yang mendengar kekesalan Henry mendesah pelan. “Ya, maaf. Tapi apa salahnya sih dia samperin lo? Segitunya lo sama sepupu gua.”
Gigi Henry bergemeletuk mendengar sanggahan Ado. Mengapa temannya jadi suka menguji kesabarannya begini?
“Sejak kapan lo suka ikut campur urusan gua?! Dan lo tahu gua lagi sama Fifien, sialan!” Setelah berbicara seperti itu Henry langsung mengakhiri panggilan tersebut.
Fifien yang baru balik dari toilet itu menatap bingung kehadiran seorang gadis di sebelah Henry. Ia mengalihkan pandangan pada Henry dengan alis yang terangkat.
“Adik sepupunya, temenku.” Henry yang paham dengan sorot mata Fifien itu langsung menjelaskan.
“Bang, temenin aku ya abis ini? Aku mau ambil barang sama temenku dan aku nggak bawa mobil. Temenin ya?”
Sungguh, jika Ado ada di sini, mungkin sudah hilang kepalanya. Karena ulah Ado kencannya dengan Fifien berantakan, dan tatapan Fifien padanya pun sudah mulai tidak mengenakkan.
“Sorry, gua nggak bisa. Gua mau jalan sama dia.” Tanpa basa-basi dan tanpa kalimat manis Henry berbicara seperti itu pada Sinta sembari menunjuk Fifien yang memang berdiri di belakang Sinta.
Omongan yang memang tertuju padanya itu membuat Fifien pun mendekati Henry sambil ditatap dengan kurang bersahabat oleh gadis itu.
“Dia? Abang, yakin? Emangnya dia siapanya, Abang? Bang Ado bilang kamu nggak punya cewek kok. Udahlah, Bang. Temenin ya?”
Raut Fifien terlihat jengah dan itu membuat Henry sedikit gugup. “Nggak bisa. Sorry. Gua duluan.”
Dari pada membuang waktu terus meladeni Sinta lebih baik Henry dan Fifien segera pergi dari situ.
“Ayo, Ien.”
Fifien tentu saja mengangguk dan baru hendak mengikuti langkah Henry harus terhenti karena pria itu juga berhenti.
Fifien mendesah pelan.
“Apa lagi, Sin? Gua nggak bisa. Dan berhenti buat deketin gua atau punya angan-angan gua bakal suka sama lo karna itu nggak bakal pernah terjadi. Gua ngehargai lo karna lo itu sepupunya Ado. Tolong, ngerti.”
Henry benar-benar dibuat kesal. Henry dikenal dengan mulutnya yang manis tetapi sekali berbicara jujur pasti akan tajam, dan tanpa basa-basi, seperti sekarang.
Sinta menatap Henry dengan nanar lalu beralih menatap Fifien. “Pasti karna dia kan? Kenapa harus dia, Bang?”
Henry berdecak pelan, ia memilih abai lalu menarik pergelangan tangan Fifien untuk pergi dari situ. Harusnya ini menjadi kencan yang manis dan lucu tetapi ternyata keinginan tidak selalu sesuai kenyataan.
“Tapi bener sih kata-katanya cewek tadi. Kenapa harus gua? Cewek di sekitaran lo itu banyak yang cantik tapi kenapa malah gua? Cewek tadi bahkan jelas-jelas lebih cantik dan modis dari pada gua.”
Keduanya baru saja keluar dari halaman parkir kafe dan kini kendaraan yang dikemudikan Henry sudah berada di jalanan.
“Harus aku jawab lagi pertanyaan itu, Ien?” Raut wajahnya dapat terlihat serius. “Dan jawabanku ya akan dan tetap sama. Karna itu kamu. Mereka memang cantik tapi mereka itu buka kamu, Ien, dan nggak akan pernah bisa seperti kamu.” Henry melirik Fifien sekilas lalu mengulum senyuman lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Heart Works [Completed]
Roman d'amourSpin-Off of Mr. Pilot Fallin' (Kalo nggak baca Mr. Pilot Fallin' pun gak papa) 🔹Fifien Lasea Judith 🔹Henry Parabawa Fifien Lasea Judith adalah seorang gadis yang terbiasa melakukan apa pun sendiri. Ia adalah penyuka kesendirian. Di usianya yang ke...