6. Not A Third Wheel

323 36 1
                                    

Henry sedang bermain game di ponselnya ketika ia mendapat notifikasi dari akun IGe Fifien. Tanpa menunggu lama, Henry langsung keluar dari gamenya dan membuka story Fifien. Sebuah video yang menunjukkan dua buah cangkir dan satu piring berisi kue. Kening Henry mengerut dan ia penasaran sedang berada di mana Fifien dan sedang apa juga bersama siapa.

Jika ditanya bagaimana bisa Fifien mengonfirmasi akun IGenya adalah berkat campur tangan Gavrila. Akun Fifien bersifat privasi namun begitu ia tidak menyembunyikan apa-apa di akunnya jadi Gavrila selalu dengan bebas memainkan akun sahabatnya itu. Jadi singkat cerita Henry mengikuti akun Fifien setelah diberitahu Gavrila dan dikonfirmasi oleh model manis itu.

Fifien tahu tentu saja tapi ia malas repot-repot memikirkan hal itu. Toh, ia juga jarang membukan akunnya maka itu yang sering memakainya adalah Gavrila.

Tanpa mau banyak berpikir Henry segera berganti baju sambil menghubungi Gavrila. Tentu saja, siapa lagi narasumber terpercayanya selain Gavrila.

Namun beberapa kali memanggil telpon itu tidak diangkat dan Henry pun bermain menelpon Ander. Hanya dalam dering kedua telpon diangkat.

“Halo, Der.”

“Hmm.”

“Lo tau Fifien di mana?” Tanyanya sambil memilih celana yang cocok dipadankan dengan bajunya.

“Mana gue tau. Coba tanya Ai.”

Henry mendengkus. “Gue nggak bakal tanya lo kalo udah telpon Gavrila.” Ia menarik salah satu celana jeans berwarna hitam dan memakainya.

“Telponnya nggak diangkat?”

“Hmm.. Lagi ngapain sih dia?” Henry berdiri di depan cermin sambil menggulung lengan kemeja flanelnya, merapikan rambutnya tak lupa memakai jam tangannya dan sebuah gelang.

“Sekarang..? Sepertinya lagi tidur soalnya dua jam lalu gue baru abis telponan sama dia.”

“Nah berarti lo tau di mana Fifien atau sama siapa deh dia? Gue mau susulin.”

Di seberang sana Ander menggeleng-gelengkan kepalanya namun ia salut dengan usaha Henry yang pantang mundur itu.

“Seingat gue dia jalan sama mantannya ke kota tua sih kalo nggak salah. Tadi Ai ceritanya gitu,” jawab Ander kemudian setelah ia mau mengingat cerita kekasihnya tadi.

Henry tersenyum lebar. “Oke, Der. Thank you.” Tanpa menunggu balasan Ander ia mengakhiri panggilan tersebut.

Henry tidak mau lama-lama berbasa-basi dengan Ander, waktu tidak menunggunya, ia harus bergerak cepat karena ia masih harus mencari Fifien nantinya.

Henry memandang dirinya di cermin dan mengangguk. Saatnya menghampiri gadis jutek itu. Sebelum itu ia kembali melihat story Fifien dan memerhatikan foto itu dengan cermat agar ia bisa tahu harus mencari di mana dan sepertinya Henry tahu letak keberadaan Fifien. Semoga ketika sampai nanti Fifien masih di lokasi yang sama atau tidak berada di tempat yang tidak jauh dari lokasi sebelumnya.

|***|

Sesampainya Henry segera mencari keberadaan Fifien. Ia berjalan menyusuri tempat yang diperkirakannya dapat menemukan Fifien.

Matanya yang tadinya memakai kaca mata hitam itu kini ditaruhnya di kerah depan bajunya dan terus berjalan sambil melihat dengan teliti, ia tidak mau terlalu terburu-buru juga takutnya nanti akan terlewat.

Selama hampir sepuluh menit Henry berjalan, matanya kemudian melihat Fifien, meski dari samping namun Henry sangat amat yakin bahwa itu adalah Fifien, tetapi gadis itu tidak terlihat sendiri. Ah, benar. Ia bersama mantan kekasihnya.

How Heart Works [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang