10. Not Even Close

209 35 0
                                    

Kru pesawat yang baru saja keluar dari bandara sudah disambut oleh derasnya hujan.

Dengan cepat mereka menaiki minibus yang sudah menunggu.

Henry yang duduk sendiri itu sibuk memainkan ponselnya. Setelah membalas beberapa pesan terutama dari kedua Orang Tuanya untuk mengabarkan ia sudah kembali ke tanah air, Henry berganti membuka salah satu aplikasi sosial media.

Sebenarnya Henry jarang membuka aplikasi itu, ia hanya akan membukanya jika seseorang menyuruhnya membuka hanya untuk mengonfirmasi foto yang ditandai padanya. Henry tidak terlalu suka memakai aplikasi tersebut namun karena salah satu orang yang kini sedang gencar-gencarnya didekati Henry pun menjadi rajin membukanya.

Selain dari Gavrila dan Ander, Henry pun mendapat informasi dari aplikasi tersebut, informasi akan apa yang dilakukan gadis itu dan di mana ia berada.

Henry mencari nama Fifien dan ada pembaruan di fitur story. Tanpa perlu menunggu lama, Henry segera membukanya dan kening Henry langsung mengerut. Hanya ada sebuah foto sebuah bangunan lama dengan jam yang tertera di sudut kiri bawah.

Fifien sepertinya sedang berada di suatu lokasi untuk liputan atau mungkin acara. Saat ini sudah sore, Henry melihat ke luar jendela. Hujan masih deras. Ia jadi kepikiran gadis itu, semoga ia tidak basah. Henry tahu fisik Fifien kuat namun ia tetap berdoa agar Fifien tidak sakit karena hujan hari ini sepertinya akan memakan waktu lama.

|~~~|

Kegiatan Henry hari ini adalah berkumpul bersama kedua sahabatnya di salah satu studio musik milik Geoz.

Henry menatap penampilannya yang hanya memakai kaos hitam polos dan celana jeans di cermin. Terlihat sempurna seperti biasa. Henry lalu keluar dari kamarnya tak lupa mengambil topi putihnya.

Sesampainya ia di lantai satu, langkah Henry terhenti karena Zeta yang menghadang langkahnya.

“Mau ke mana kamu?”

“Main.”

Zeta berdecak pelan. “Pulang jam berapa?”

“Sebelum tengah malam. Kenapa?”

“Jangan terlalu malam. Mama mau titip brownies di tempat biasa?”

Henry menatap Mamanya sebelum kemudian mengangguk. “Iyaa.. Kalo gitu aku berangkat.”

Henry hendak mencapai pintu depan ketika Zeta berteriak nyaring padanya agar jangan lupa diri.

Setelah sebelumnya Henry meminta tolong kepada supir rumahnya untuk memanaskan mobil sekarang pria itu langsung melajukan mobilnya keluar dari pelataran rumah dan bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan.

Tiga puluh menit kemudian, sampailah Henry di rumah produksi milik Geoz. Dari mulai masuk lobi tak henti-hentinya ia bertegur sapa dengan orang sampai di lantai tempat studio berada pun ia harus menebar senyum dan sapaan. Bukan karena ia terkenal tetapi cukup supel dalam bergaul maka cukup banyak orang yang dikenalnya.

Sesampainya Henry di depan pintu masuk studio, ketika ia membukanya pemandangan yang tidak mengenakkan menyambutnya. Henry berdecak lalu mengetuk pintu.

“Kalo mau making out tolong pintunya dikunci,” kata Henry dengan keras sehingga membuat kedua sejoli itu melepaskan ciuman atau cumbuan mereka lalu menatap Henry.

Henry melangkah ke sofa lalu duduk di sana sambil bersandar. Ia menatap sahabatnya dan perempuan itu bergantian. “Baru lagi, Do?”

Ado, sahabatnya itu mendelik tajam pada Henry. Mendengar pertanyaan itu membuat si perempuan yang tadinya duduk di pangkuan Ado kini berdiri dan menatap Ado dengan nanar. “Lo mainin gue?”

How Heart Works [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang