5. Mantan Pacar

348 34 0
                                    

Fifien terlihat sibuk mencoret sesuatu di sebuah buku. Di situ ia menuliskan semua kegiatannya, cita-citanya, dan hal-hal yang didapat dari kerjaannya. Sebenarnya Fifien tidak terlalu suka menulis, tetapi semenjak memutuskan untuk bekerja ia mulai suka menulis karena dari situlah ia dapat belajar dan menjadi suatu tolak ukur baginya nanti. Selain itu ia bisa sedikit mencurahkan isi hati karena sejujurnya mencurahkan perasaan pada seseorang meski pun itu pada Gavrila selalu sulit.

Sambil tangan sebelah kirinya mengambil gelas berisi wedang jahe yang sudah mulai dingin dan habis setengah.

Di kota ini dapat dikatakan Fifien kesepian. Ia bukan seperti Gavrila yang mudah sekali bergaul. Lagipula bukan Fifien sekali jika ia tiba-tiba bergaul sana-sini. Namun disaat seperti ini apalagi Gavrila yang berada di benua yang berbeda dengannya dalam rentang waktu yang juga cukup jauh membuat Fifien merasa ia juga butuh setidaknya seorang teman nongkrong.

Fifien jadi merindukan sahabatnya itu. Saat ini sudah sore dan diperkirakan di Paris masih siang hari. Tanpa menunggu lama ia segera menelpon sahabatnya itu.

Pada dering ketiga panggilan tersebut diangkat.

“Halo.. Hai, Cantik. Gimana nih?” Sapa Gavrila dengan begitu ceria dan centilnya.

Fifien tersenyum mendengar suara sahabatnya. Bagaimana Ander tidak jatuh pada Gavrila jika gadis itu begitu ceria dan mampu membangkitkan suasana seperti ini.

“Genit skali ko.”

Tawa renyah terdengar di seberang sana. Gavrila lalu melayangkan kecupan jauh. “Ko kan memang cantik, Say.”

Fifien memutar bola matanya jengah akan balasan tidak nyambung Gavrila, tapi senyumnya sama sekali tidak hilang. “Lagi apa?”

“Hmm? Lagi siap-siap mau jalan sama teman-teman. Ko sendiri lagi apa?”

“Lagi me time.”

Me time tapi telfon sa?”

Fifien tertawa kecil. “Sepi, Eri.”

“Ough.. My Fifien, kesepian? Hmm... Trada kerjaan ko, eh ini kan jam setengah enam sore di sana?”

“Ck. Iyo di sini jam setengah enam sore. Sa kerja, tapi su pulang ini. Seminggu ke depan cuma masuk kantor saja.”

“Hmm.. Oke.. Ko kesepian to? Sa telfon sa teman buat temani ko ee?”

Fifien mengerutkan kening tidak suka. “Jan (jangan) coba-coba?! Ko tau sa tra suka itu, Neri.”

Gavrila mendesah pelan. Terdengar grasak-grusuk dari sana sebentar. “Eh, Reynaldi ada di kota yang sama kayak ko itu. Kenapa ko tra coba buat hubungi saja siapa tahu bisa ketemu?”

“Reynaldi?”

“Iyo Reynaldi. Ko tra liat sosmed?”

“Malas.”

Gavrila berdecak. “Ya. Dia di sana. Ko coba DM sudah, kayaknya dia lama di sana itu sih dilihat dari postingannya yang datang sama keluarga.”

Fifien kembali minum lalu menutup bukunya. “Bikin apa sa ketemu dia?”

“Ya, biar ko ada teman to. Kam (kam/kamuorang/kamorang artinya kalian) bisa jalan sama-sama. Apa salahnya? Dia kan mantan yang paling ko sayang.”

Fifien mendengkus. “Mantan, artinya itu dulu.”

Suara tawa tak terhindarkan dari Gavrila. “Siapa tau saja sekarang masih sama itu makanya tra mau terima Kak Henry.”

How Heart Works [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang