Saat tiba di pintu kelas, Adrian tidak bisa menyembunyikan wajah lelahnya. Kantung matanya menghitam. Rambut panjangnya dibiarkan terurai. Seperti biasa, laki-laki berjaket abu-abu itu memilih untuk duduk di sudut ruangan. Segera setelah meletakkan tasnya, ia merebahkan kepala di meja.
"Begadang Pak Haji?" Yessa mengetuk meja Adrian pelan.
"Rakiyessa, please. Gue cuma punya waktu sepuluh menit lagi buat tidur." Adrian menggerakkan tangannya malas.
Bukannya pergi, Yessa malah tambah penasaran. "Lo begadang kenapa dah? Kerja di kafe cuma sampe jam sembilan, seinget gue lo nggak ada jadwal kerja di tempat lain."
Adrian tidak menjawab. Meski mendengar, ia tetap mengabaikan Yessa. Adrian bisa mendengar dengan jelas kalau laki-laki itu tengah merepet di sampingnya.
"Eit, tuan putri datang."
Mendengar pujian itu membuat Viona tersenyum. "Eh, tukang kebun sudah stand by aja. Pangerannya lagi tidur ya?"
Wajah ramah Yessa menghilang sepenuhnya, kini berganti jadi cemberut. Bibirnya maju sampai batas maksimal.
Viona memukul lengan Yessa dan tersenyum lebih lebar. "Aku bercanda. Walaupun kamu nggak cocok jadi pangeran, tapi bolehlah jadi pengawalnya."
Senyum Yessa sempat mengembang, tetapi senyumnya kembali menghilang setelah gadis berambut gelombang itu menyelesaikan kalimatnya. Adrian yang membutuhnya tidur sejenak akhirnya mengangkat kepala karena terganggu. Mata sipitnya kelihatan lebih besar karena melotot. Yessa yang menyadari hal itu lebih dulu langsung memberikan kode pada Viona untuk diam.
Gadis berbaju kuning itu tersenyum setelah melihat Adrian kembali merebahkan kepalanya di meja.
"Kok bisa sih lo suka sama cowok modelan Adrian gini?" Yessa bertanya dengan suara pelan. Ia juga sudah menggeser kursinya menjauh dari meja laki-laki berambut gondrong itu.
"Dia baik dan perhatian."
Belum juga Viona selesai menjelaskan alasannya, Yessa sudah menyambar gadis itu dengan pertanyaan. "Hah. Baik dari mana? Gue sebagai temannya aja sering dianiaya. Perhatian dari mananya? Dia tuh salah satu orang paling dingin yang pernah gue kenal."
"Kamu nggak kenal dia sepenuhnya berarti. Dia itu baik banget. Kucing liar aja diperhatiin, apalagi pacarnya nanti."Viona tersenyum setelah mengatakan kalimat itu.
"Kucing liar?" Yessa bertanya tidak percaya. Seorang Adrian dan kucing adalah dua hal yang aneh jika diletakkan berdampingan.
Setelah kejadian ospek yang membuat Viona jatuh hati pada Adrian, gadis itu pernah mendapati Adrian sedang memberi makan kucing liar.
Laki-laki dengan rambut terikat itu tersenyum ketika melihat dua ekor kucing mendekatinya. Ia segera mencari tempat teduh dan berjongkok di bawah pohon dekat gedung fakultas. Adrian merogoh bagian samping tasnya untuk mengeluarkan makanan kucing yang sepertinya selalu ia bawa kemana-mana.
Kedua kucing itu mengeong dengan suara manis. Salah satunya menggosokkan tubuh ke kaki Adrian. Kucing memiliki perilaku yang unik. Mereka akan menggosokkan tubuh pada suatu benda untuk menandai daerah teritorinya. Jika kucing itu menggosokkan tubuhnya ke kaki Adrian, itu artinya, kucing tersebut menyukai Adrian.
Ketika kedua kucing itu makan, Adrian menatap mereka dengan tatapan penuh perhatian. Sesekali ia mengusap punggung hewan kecil itu. Senyum di wajahnya bertahan sangat lama ketika itu.
Sebagai seseorang yang terbiasa berurusan dengan kucing, Viona terkagum.
"Biar gue tebak, lo juga suka kucing?" Yessa bertanya dengan antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ponytail ✓
General FictionAdrian, memiliki kecanduan mengikat rambut. Ia sudah memiliki rambut panjang sejak SMA. Ia memilih kuliah di Universitas Jatayu karena kampus tersebut memberinya beasiswa berdasarkan latar belakang keluarganya yang kurang mampu. Setelah satu semest...