21. Ujian

73 27 22
                                        

Tanpa terasa waktu ujian akhir semester tiba. Adrian sampai di ruangan lebih dulu dibadingkan teman-temannya. Untuk masa ujian kali ini, ia memilih untuk duduk di barisan paling depan. Adrian duduk tepat di depan meja dosen. Ia mengikat seluruh rambutnya tanpa meninggalkan sehelai pun.

"Selamat pagi, Kak." Gadis berambut gelombang dengan pakaian serba kuning itu duduk tepat di samping Adrian.

"Selamat pagi." Adrian menjawab salam Viona dengan ramah. Ia tersenyum tipis saat gadis itu mengikat rambutnya.

Sepertinya ini kali pertama Adrian melihat Viona mengikat rambutnya. Gadis itu menyisir rambutnya dengan jari kemudian ia mengumpulkan rambutnya hingga lehernya terlihat. Adrian melihat Viona tanpa berkedip. Rambut tebal gadis itu terikat sempurna dengan anak rambut yang tertinggal pada bagian dahi. 

Viona tertawa kecil karena melihat Adrian bengong. Gadis itu menjentikkan jari dan memanggil Adrian, "Kak." 

"Iya." Adrian menggeleng dan berusaha mengembalikan kesadarannya.

"Kenapa, Kak? Terpesona ya?" Viona tertawa meledek Adrian. 

Adrian mengalihkan perhatian dengan menyapa Yessa yang baru saja tiba. Laki-laki bermata bulat itu berhenti setelah mendapat sapaan dari sahabatnya. Yessa mengerutkan dahi ketika mendapati Adrian duduk di depan.

"Balik ke jalan benar lo, Yan? Perasaan lo udah didepak dari barisan elit ini. Balik ke belakang, yuk." Yessa mengambil tas Adrian.

"Gue di sini aja. Biar nggak ada yang berprasangka buruk, kalo gue di belakang nanti dikira nyontek." 

Setelah mendengar jawaban Adrian, laki-laki berkulit cokelat itu mengembalikan tas sahabatnya itu.

"Semangat, Bro. Gue yakin lo bisa." Yessa menepuk pundak Adrian.

"Lo juga." Laki-laki berkulit pucat itu mengangguk dan melemparkan senyum pada Yessa.

"Gue mah prinsipnya datang, kerjakan, lupakan. Nggak peduli gue sama nilai. Lihat nih rambut aja udah begini." Yessa tertawa.

"Kapan kamu tobatnya?" Viona bertanya pada Yessa yang tak kunjung beranjak dari sana.

"Nunggu ketemu hidayah." Laki-laki jangkung itu menjawab kemudian melangkah ke bangkunya.

Tidak lama setelah itu, asisten dosen memasuki ruangan. Dua asisten dosen itu masing-masing membawa lembar soal dan lembar jawaban. Tepat sebelum lembar tersebut dibagikan, salah satu asisten dosen memanggil nama Adrian. Sontak Adrian mengangkat kepalanya.

"Saya, Kak." Adrian mengangkat tangan ragu-ragu.

Asisten dosen tersebut berbisik dengan rekannya sambil melihat Adrian. Laki-laki berikat rambut itu bisa menduga hal yang tengah dibicarakan oleh mereka. Adrian bisa melihat salah satu dari asisten dosen itu menyeringai ketika melihatnya. Adrian menunduk dan menatap mejanya.

"Adrian, kamu pasti bisa." Gadis berambut gelombang itu mengangguk dan tersenyum pada Adrian.

"Tolong beri jarak dan harap tenang. Saya tidak akan memberikan toleransi pada kecurangan apa pun." Asisten dosen yang memegang lembar soal memberikan instruksi dengan suara lantang.

Lembar soal dan jawaban diberikan hanya pada mahasiswa yang duduk pada barisan depan. Setelah itu, lembar soal dan jawaban dibagikan secara estafet. Salah satu asisten dosen duduk di belakang dan satu lainnya duduk di depan. 

Ujian berjalan dengan suasana hening. Hanya ada suara AC yang menyala. Hari ini adalah ujian mata kuliah Matematika. Biasanya Pak Sopar tidak mengirimkan asistennya untuk mengawas ujian, tetapi kali ini berbeda. Adrian sempat berpikir untuk menemui Pak Sopar setelah ujian selesai.

Ponytail ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang