Epilog

261K 7.8K 648
                                    

And you’ll always love me, won’t you?

Yes.

And the rain won’t make any difference?

No.

***

Tujuh tahun kemudian.

            Seorang anak kecil berlari menyambut seorang pria yang baru saja turun dari mobil. Pria berambut cokelat itu langsung menangkapnya dan melemparkannya ke udara. Si anak tertawa antara senang dan ngeri.

“Gerald, hentikan itu. Kau bisa membuat anakku berserakan di lantai.” Tegur Hara yang baru keluar dari rumah sambil memegang pinggangnya yang pegal karena membawa beban berat dalam perutnya.

Benar, Hara sedang hamil. Lebih tepatnya lagi hamil anak ketiga di pernikahan mereka yang ke tujuh tahun. Anak pertama mereka, Erlangga Brawijaya yang sekarang berada di dalam pelukan pamannya, Gerald. Bocah kecil yang dipanggil Erga itu baru saja masuk SD tahun ini. Anak kedua, seorang gadis kecil bernama Aluna ‘Lulu’ Brawijaya. Gadis kecil berusia tiga tahun itu sedang bersama Ayahnya di dapur, menunggu tamu mereka.

Eveline tersenyum pada Hara dan mengusap lengan Hara perlahan, “Seharusnya kau duduk saja. Apa yang Han kerjakan sampai ia menyuruh istrinya yang gendut ini menyambut tamu?” tanyanya sambil tersenyum lebar.

Hara mendelik kesal mendengar ucapan Eveline, “Aku tidak gendut.” Ucapnya galak. Padahal ia memang gendut karena kehamilannya sudah menginjak usia enam bulan. “Han sedang bersama Lulu. Kau tahu sendiri anak itu tidak mau dibuatkan susu kalau bukan oleh Ayahnya.” Ucap Hara berpura-pura jengkel, padahal wajahnya berbinar-binar cerah. Eveline tersenyum melihatnya.

“Ayo masuk. Han sudah menunggu kalian.” Ucap Hara lagi sambil berjalan masuk ke dalam rumah dengan digandeng oleh Eveline dan diikuti oleh Gerald yang masih menggendong Erga yang sedang sibuk berceloteh tentang sekolahnya. Gerald hanya tertawa melihat betapa bersemangatnya bocah kecil itu.

“Kalian sudah datang.” Sapa Han yang sedang menambahkan air dingin ke dalam botol susu. Eveline cekikikan melihat Han. Pria itu menggunakan kaus putih longgar yang mencetak perut kekarnya dipadu dengan celana training berwarna abu-abu. Ia masih terlihat tampan seperti biasanya, dan dengan botol susu di tangannya ia terlihat konyol.

“Berhenti menertawakanku.” Ucap Han yang sadar kalau Eveline sedang tersenyum iblis padanya. Eveline hanya tersenyum mengangkat dua jemarinya dan mengecup pipi Han sekilas sebelum mengangkat Lulu ke dalam gendongannya.

“Wow. Kita akan pesta ternyata.” Ucap Eveline sambil mengamati isi meja makan. Terdapat banyak makanan disana. Mulai dari bermacam-macam kue cokelat dan keju, irisan buah-buahan, hingga nugget kesukaan Erga. Gelas-gelas tinggi berwarna bening diisi dengan buah ungu berukuran kecil yang membuat Eveline nyaris meneteskan air liur, blueberry. Ia duduk di salah satu kursi dan mulai meraih garpu untuk mencicipi berbagai makanan yang disediakan disana.

“Ku dengar, kalian akan membuat film.” Komentar Eve sambil menyuapkan beberapa buah pada Lulu.

Han mengangguk, “Bulan yang sibuk. Sepertinya aku harus membuka lowongan baru untuk asisten.”

“Sejak bulan lalu kau sudah mengeluh soal itu. Memangnya nggak ada yang mau kerja distudiomu?” tanya Gerald yang baru datang dan duduk di sebelah Eve. Erga duduk manis di sampingnya sambil memakan sebuah kue cokelat.

Han melirik Hara, “Ada. Tapi dipecat oleh nyonya besar.”

Gerald berusaha menahan tawanya, “Kenapa?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Glamorous MessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang