That's the thing about pain, it demands to be felt. -John Green in The Fault in Our Stars-
***
Hara mengusap airmatanya untuk kesekian kalinya. Di tengah pengadilan, seorang wanita ikut tertunduk dan menangis, mengucapkan permintaan maaf berkali-kali. Putusan pengadilan telah ditetapkan. Wanita itu dihukum karena ia terlibat dalam penculikan dan kematian Reynold. Kesaksian yang diberinya mengenai siapa saja yang terlibat dalam penculikan itu tidak membuat ia mendapat keringanan hukuman. Namun kesaksian itu tentu saja memberi titik terang lainnya untuk terus mengusut permasalahan ini. Hara sendiri sudah terlepas dari tuduhan dan kembali menyandang status korban seperti beberapa tahun lalu, karena ia memang tidak pernah terlibat dalam penculikan itu.
Han mengusap lengan Hara perlahan, lengannya yang lain melingkari punggung Hara yang kini membungkuk menahan tangis. Berapa kali pun permintaan maaf dan permohonan ampun diucapkan, Reynold tidak akan kembali hidup. Begitu pula dengan bayinya.
Di seberang mereka Reynald duduk dengan mengepalkan tangannya. Wajahnya tampak kaku dan matanya merah menahan amarah. Kedua orangtuanya berdiri saling menggenggam tangan dan sesekali mengusap lengan pria itu, seakan berusaha menyabarkannya lewat sentuhan itu.
“Aku mau keluar, Han.” Ucap Hara pada Han diantara isakannya.
Han mengangguk, “Oke, kita keluar.”
Ia menuntun Hara keluar dari ruangan pengap itu tanpa melepaskan rangkulannya. Sebelum pintu tertutup mereka sempat mendengarkan teriakan Reynald yang sarat akan nada frustasi dan kemarahan. Dan hal itu membuat tubuh Hara semakin gemetar, remuk menahan luka. Ia bisa merasakan penderitaan dan rasa sakit Reynald, karena ia sendiri pun merasakan hal yang sama saat ini. Penderitaan akan kehilangan seseorang yang berarti untuk mereka.
Beberapa wartawan yang sudah menunggu berusaha untuk meminta keterangan pada mereka, namun atas bantuan satpam mereka bisa melewati semua keramaian itu.
Tidak lama kemudian mereka sudah berada di dalam mobil Han. Hara masih menyembunyikan wajahnya pada dada pria itu, berusaha menghentikan isakannya yang masih tersisa.
“Tidak mudah huh?” Bisik Han tiba-tiba.
Hara mengangkat wajahnya untuk menatap Han, “Apa?”
Han tersenyum, mengusap airmata Hara dengan salah satu jarinya. “Hidup ini, Hara. Tidak mudah.”
Hara masih terisak, namun kali ini pandangannya fokus pada Han. Ia kebingungan dengan topik pembicaraan Han, namun ia tahu ada yang ingin disampaikan oleh Han. Terlihat dari tatapan pria itu yang sangat serius.
“Tapi kau tahu Hara? Bukan hanya kau sendiri yang mengalami kesulitan di dalam hidup.” Lanjut Han sambil membelai lembut rambut Hara. “Semua orang memiliki cobaan dalam hidupnya sesuai dengan porsi kemampuan mereka. Lihat dirimu, mengalami cobaan seberat ini. Pastilah karena kau lebih kuat dari orang lain, maka kau yang harus mengalami semua ini. Aku benar kan?” Ucap Han dengan senyuman tipis.
Dada Hara menghangat. Ia memang tidak membutuhkan banyak kata penghiburan saat ini, karena orang lain tidak akan mengerti apa yang dirasakannya, bagaimana penderitaannya. Ia hanya butuh diyakinkan kalau ia akan mampu melewati semua ini.
Han tersenyum lagi, menepis rambut yang menempel di pipi Hara bersama airmatanya kemudian berkata pelan, “Tuhan tidak menutup matanya atas apa yang terjadi padamu saat ini, Hara. Aku percaya, ada sesuatu yang indah yang sudah disiapkanNya untukmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Glamorous Mess
RomanceHan. Fotografer seksi yang memiliki banyak teman kencan namun terikat pada seorang gadis hingga tidak bisa berkomitmen. Gerald. Petualang sejati yang tidak bisa menerima penolakan hingga berujung pada kesalahan. Hara. Punya masa lalu rumit yang hany...