chapter 7 - Sihir

103 14 3
                                    

Langit terlihat gelap dengan suara hujan dan petir yang saling bersahutan menambah suasana mencekam di sebuah rumah kecil. Rumah bernuansa coklat muda itu terlihat gelap dengan pintu rumah yang terbuka. Tidak ada tanda-tanda pemilik rumah ada di sana padahal rumah di sebelahnya terlihat terang dengan lampu rumah yang menyala.

Pagar rumah yang mulai berkarat di biarkan terbuka sampai petir kembali menyambar. Terlihat seseorang berjalan di bawah hujan dengan payung hitam, dia tidak sendiri melainkan bersama dengan dua orang di belakangnya. Yang membuat aneh bukan karena mereka berjalan di tengah hujan melainkan mereka berhenti dan menatap rumah gelap itu.

Mereka tidak saling bicara, dengan langkah pelan mereka masuk melewati pagar rumah. Sampai di depan pintu mereka langsung masuk ke dalam rumah gelap itu. Lantai kayu yang terinjak menimbulkan suara yang cukup mengganggu. Tapi mereka terlihat tidak peduli dan membuang payung mereka begitu saja.

Rumah itu terlihat tidak terawat dengan barang-barang yang berserakan dan lantai yang kotor. Salah satu dari mereka mulai berjalan lagi mendekati pintu kamar mandi yang terlihat rusak. Tangannya mengambil sebuah tongkat dan memukul lantai kayu yang langsung rusak. Lantai itu hancur membuat orang itu menoleh menatap kedua orang di belakangnya.

Dia hanya tersenyum tapi yang lain langsung ikut mendekat dan menatap lantai kayu yang hancur itu. Terlihat sebuah ruangan di bawah lantai, sampai mereka mulai melompat. Lantai yang basah membuat pakaian mereka kotor "ah.. Gaun kesayanganku!!"

Keluhan yang terdengar membuat yang lain menatapnya tajam tapi wanita yang tengah membersihkan gaunnya itu seakan tidak peduli. Ruangan itu terlihat gelap sampai salah satu dari mereka mengeluarkan api di telapak tangannya. Bukan api seperti pada umumnya melainkan api berwarna hitam gelap "kau bodoh ya, mana mungkin terlihat kalau apimu hitam" sahut pemilik gaun yang kotor itu.

"Diamlah!!" ucap wanita itu merasa kesal.

Bukan untuk menerangi melainkan untuk membakar sebuah kertas di dekat pintu masuk yang mereka hancurkan. Kertas itu terbakar habis dan benar saja ruangan itu langsung terang membuat wanita yang protes tadi sedikit tidak percaya "wow.. Ini keren"

"Cari bukunya!!" perintah yang terlontar dari wanita yang di depan membuat yang lain langsung bergerak.

Di sana terlihat jelas banyaknya rak buku dan meja yang tertata rapi, walau memang ruangan itu becek dan kotor. Mereka terlihat kebingungan karena tidak ada satupun buku yang mereka cari berada di sana. Mungkinkah buku itu tidak ada di sana, padahal mereka jelas mengetahui bahwa buku itu ada di sana.

"Kau menemukannya?" tanya wanita dengan baju hitam dan celana panjang ketatnya.

"Tidak sama sekali" jawab wanita dengan gaun hitam pendeknya.

"Cari yang benar, jelas-jelas Sowon bilang ada di sini" teriak pemimpin dari kelompok ini.

"Yak!! Yuna, coba kau cari juga jangan sukanya menyuruh saja" gantian wanita dengan gaun hitam itu yang berteriak membuat wanita dengan nama Yuna menatapnya tajam.

"Kau seperti manusia"

"Hei.. Aku bukan manusia!" teriak wanita bergaun hitam lagi.

"Stop!!"

"Kalian kalau mau ribut jangan di sini!! Apa kalian mau Sowon marah kalau kita gagal" wanita itu menunjukkan aura yang gelap dan terlihat mengerikan, padahal pemimpin kelompok ini bukan dia tapi dia bisa membuat yang lain terdiam dengan tatapan menahan kesal.

"Oh.. Eunha, jangan banyak bertingkah cepat cari bukunya"

Wanita bergaun yang bernama Eunha itu langsung menghentakkan kalinya dan kembali fokus pada tugasnya "Yuna kau juga cari, jangan diam saja" lanjut wanita itu membuat Yuna menatapnya tidak percaya.

"Aku pemimpin di sini!" sepertinya dia tengah marah.

"Aku yang paling tua di sini!!" balas wanita itu menatap Yuna tajam.

Yuna mendengus, padahal mereka bukanlah manusia yang mementingkan usia. Tapi wanita bernama Yerin itu seakan peduli dan mengabaikan dirinya yang menjadi pemimpin di kelompok itu. Setelah itu tidak ada suara lagi selain suara dari barang yang mereka acak-acak itu. Seperti sebuah keanehan Yuna seakan sadar bahwa lemari di sebelahnya itu aneh.

Dia sangat yakin bahwa ada hal aneh di dalam sana dan dia mulai berniat membuka pintu itu sebelum Yerin berteriak padanya "jangan sentuh itu!!" apakah itu sebuah perintah atau hanya sebuah peringatan kecil saja.

"Kenapa?"

Yerin mendekat menatap aneh pintu lemari itu, dia sangat yakin baru saja merasakan sesuatu yang kuat di dalam lemari itu. Dan itu terjadi di saat tangan Yuna berniat menyentuh daun pintunya. Eunha mendekat menatap bingung akan apa yang terjadi dan dia menatap Yerin yang mencoba mendekatkan tangannya ke arah pintu tapi tidak ada reaksi apa pun.

Apakah dia salah, padahal dia sangat yakin akan apa yang dia rasakan tadi. Merasa tidak ada yang berbahaya Yuna memilih menjauh meninggalkan Yerin dan Eunha. Tapi Yerin jelas merasakannya, lalu kenapa hilang begitu saja seakan memang tidak ada sama sekali "jangan melakukan hal yang tidak berguna, cepat cari saja!!" ucap Yuna melirik Eunha dan Yerin yang masih menatap pintu lemari itu.

Yerin mencoba membuka pintu itu dan mereka berdua di kejutkan dengan bekas sihir di sana. Keduanya saling bertatapan sampai sebuah suara dari atas membuat mereka bertiga terkejut "suara apa itu!!"

"Yuna ada orang di sini" ucap Eunha menatap Yuna yang melirik ke arah atas lantai kayu yang dia rusak tadi.

Cahaya berwarna biru muda itu muncul dari atas dan sebuah ledakan terjadi, dugaan Eunha benar bahwa memang ada orang di sana. Melihat bekas sihir di dalam lemari membuat dia yakin bahwa orang yang ada di atas adalah orang yang ada di lemari tadi. Dan Yerin malah tertawa saat tau jika kekuatan besar yang dia rasakan tadi tidaklah salah.

Mereka terjatuh dengan barang-barang yang hancur berantakan, suara buku yang di balik membuat mereka menoleh kembali ke atas. Apakah dia membawa buku yang mereka cari sejak tadi, jika benar maka tugas mereka gagal total. Cahaya biru itu mulai menghilang di gantikan dengan seekor burung kecil yang menutup pintu untuk mereka keluar.

"Apakah dia salah satu dari orang yang kita cari" ucap Eunha menatap Yuna yang mengangguk.

Cahaya biru itu adalah bukti bahwa dia adalah setengah bagian dari mereka, bukankah lucu mereka yang berniat mengambil buku malah harus menemukan hal yang tidak terduga seperti ini. Mereka langsung berdiri dan mencoba menghancurkan sihir yang menutup pintu keluar. Sampai terdengar suara ledakan yang keras membuat rumah itu hancur.

"Cari dia sampai dapat" teriak Yuna tanpa tau bahwa orang itu ada di balik puing-puing rumah.

TBC

Aku kembali nih, bagaimana sama lanjutan ceritanya, seru gak? Habis lihat teori txt jadi dapet ide deh buat nulis cerita ini. Aku tau kalau memang teori mereka akan berbeda di cerita ini tapi aku hanya memasukkan sedikit teori mereka di sini biar seru aja he..he..

Hmm.. Kayaknya itu aja deh, kalau begitu sampai jumpa dua minggu lagi..

Secrets of The WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang