2.VioNa

344 161 24
                                    

Tuan Bagaskara membawa jalangnya lagi kerumah

Pesan singkat dari bawahannya membuat Naufal mengepal kan tangannya.

Mata tajam milik Naufal
memancarkan kemarahan, auranya sangat berbeda dengan di kantin tadi. Teman-temannya yang menyadari raut wajahnya berubah, sepertinya paham.

"Bokap lo lagi?" Tanya Raka jengah, pria tua bangka yang sialnya ayah dari Naufal itu, membuat mereka semua geram, laki-laki paruh baya yang sudah berumur itu sangat keterlaluan dan tak tahu malu.

"Bawa jalangnya lagi kerumah lo?" pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya itu membuat mereka berdecak, sifat Naufal pasti akan berubah lebih menyeramkan.

"Mending clubing" usul Devan seraya mengangkat kedua alisnya.

"Cewe mulu pikiran lo" dorongan pelan dari Raka ke kening Devan membuat sang empunya tak terima.

"Kita sama" jawabnya cuek.

"Sama-sama gila wanita" cibir Kevan, yang sedang memainkan game mobile legend diponsel miliknya.

"Malam ini jam delapan malam" ucap Naufal setelahnya ia berlalu pergi meninggalkan ketiganya yang sudah tersenyum dengan sumringah, akhirnya malam ini mereka kembali akan menikmati surga dunia.

Hal-hal seperti ini tentu saja sudah tidak tabu lagi bagi mereka berempat. Minum-minuman beralkohol, serta bermain wanita, keempatnya sudah biasa seperti itu. Pasalnya ini semua ajaran dari papa mereka yang suka bermain wanita. Bukannya buah tak jauh dari pohon nya bukan?.

***

"Vi main yuk, gue gabut" ajak Felo yang sedari tak membujuk Vio agar ikut bermain bersamanya.

"Vio gak bisa Felo, Vio harus kerja, lagi pula nanti Vio mau nitipin kue Vio ke warung bik Hanum, terus setelahnya Vio mau kerja di cafe. Maaf yah Felo Vio beneran gak bisa. Felo kan tau Vio sibuk banget" lirih Vio mencoba meminta pengertian kesahabat kesayangan nya ini.

Felo sudah memasang wajah memelas dengan bibir mengerucut. "Emang gak bisa yah, libur sehari aja?" tanya Felo.

"Gak bisa Felo" gemas Vio mencubit pipi sedikit berisi milik sahabat nya itu.

Tak lama bel pulang sekolah berbunyi membuat Vio bergegas merapihkan semua alat MPLS tadi, ia harus buru-buru pulang.

"Felo Vio duluan ya" pamit Vio tergesa-gesa.

Felo menolehkan kepalanya kearah Vio. "Bareng sama gue aja pulang nya" tawar Felo ke Vio.

"Lain kali aja deh Fe, takutnya nanti Felo mampir dulu kemana-mana, Vio kan orang sibuk" tolak Vio secara halus dengan candaan.

Felo mendengus, sepertinya Vio sudah tahu niatnya. Bukan apa-apa Felo seperti ini hanya saja ia kasihan melihat sahabatnya itu yang tidak pernah beristirahat bekerja, bekerja, dan bekerja, bukannya seharusnya Vio bisa menikmati masa-masa SMA nya dengan bermain? Tapi Vio malah bekerja. Terkadang Felo merasa insecure berteman dengan Vio, Vio adalah gadis sederhana yang tidak mudah menyerah, bahkan ia tak pernah merepotkan ibu nya, sedangkan ayah Vio sudah lama meninggal. Felo harus banyak-banyak bersyukur masih memiliki orang tua yang lengkap dengan kebutuhan yang terpenuhi oleh orang tuanya, tetapi ia malah masih banyak mengeluh.

***

Vio meremas rok abunya dengan tangan gemetar dihadapan nya ini sudah ada bosnya. Lagi-lagi ia terlambat datang ke cafe. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya tak berani menatap mata sang atasan yang mungkin saja sudah jengah dengan ia yang selalu terlambat datang ke cafe. Bukan tanpa alasan Vio telat, tadi sepulang sekolah angkot tak ada yang lewat jadi ia harus pulang jalan kaki, dan setelah pulang ia masih harus menitipkan kue nya ke warung. Sampai-sampai ia tak sempat untuk berganti pakaian.

VioNa (RUBAH ALUR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang