Cahaya matahari yang masuk melalui sela tirai jendela, cahayanya yang menyilaukan dan mengenai wajah gad-- ehh perempuan cantik yang masih terlelap, perlahan mata perempuan itu mulai terbuka mengerjapkan matanya kemudian meneliti tempat yang sangat asing baginya.
Mendudukkan tubuhnya dan mulai memegangi kepalanya yang terasa berdenyut sakit, namun seketika bayangan kejadian semalam berputar di ingatannya, tubuhnya bergetar mengingat bagaimana Naufal merenggut kehormatannya secara paksa.
Tes...
Air matanya kembali mengalir, isakan dengan tubuh gemetar dan relung hati terasa terluka, entah mengapa bayangan kejadian-kejadian semalam selalu berputar dalam ingatannya dan sulit di hilangkan, tatapan Vio jatuh pada pria yang berada disampingnya, yang selama ini ia pikir akan menjaga dan menyayanginya, tapi laki-laki ini lah yang merusak impian nya.
"Hiks, hiks..."
Suara tangisan Vio semakin mengencang, tak kalah teringat dengan ibunya, hatinya sakit, dan hatinya terluka, Vio mohon semoga ini hanyalah mimpi dan jika ini kenyataan Vio ingin menghilang dari muka bumi ini.
Suara tangisan Vio yang kuat tentu saja menganggu tidur laki-laki yang ada di sampingnya, dengan perlahan Naufal membuka mata nya, kepalanya terasa pusing, dia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, mata nya menangkap seorang gadis yang menangis di tepi ranjang dengan kondisi badan polos di balut selimut.
"By?" panggil Naufal pelan, dan memegang bahu Vio.
"Jangan sentuh Vio, hiks..." teriak Vio histeris, dan menjauhi gapaian tangan Naufal. Tentu saja perlakuan Naufal semalam bisa menjadi trauma yang besar terhadapnya.
"By, maaf aku--" Naufal tak lagi melanjutkan ucapannya karna mendapati tubuh Vio semakin bergetar terlihat sangat takut padanya.
"Hiks, hiks... Jahat, kakak jahat sama aku" tangis Vio pecah dan bertambah kuat. Ia bahkan memukul-mukul dada Naufal yang terekspos tanpa baju. Naufal hanya diam membiarkan Vio melampiaskan amarahnya terhadap nya, Naufal juga tak bisa mengelak, ini memang salahnya. Tapi kalo boleh jujur, ia sama sekali tak merasa bersalah sedikitpun.
"Jahat hikss... Aku benci sama kakak" lirihnya, bahkan pukulannya melemah, ia menunduk dengan bahu bergetar.
"Maafin aku sayang, cuman ini satu-satunya cara biar aku bisa milikin kamu seutuhnya" bisik Naufal, bahkan ia menenggelamkan wajahnya diceruk leher Vio yang masih terisak.
"Kenapa kak? Ke-kenapa? Semua impian yang udah Vio rancang, semuanya sirna, dan itu semua gara-gara kakak, aku benci kakak hiks...!" teriaknya dengan marah. Rasa marah dan kecewa bercampur menjadi satu.
"Dan aku harap, gak ada yang berkembang disini" lanjutnya dan mengusap perut ratanya.
Ucapan Vio barusan membuat Naufal sedikit kesal. "Semoga kamu berkembang yah nak" usapnya diperut Vio, tapi tak berselang lama, tangan Naufal sudah Vio tepis dengan kasar. Ia tak suka Naufal menyentuhnya.
Dengan tertatih-tatih Vio mulai memunguti pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar itu.
Naufal menatap kepergian Vio dengan senyum yang mengembang, ia menyambar boxer miliknya yang berserakan, bersiul dengan pelan seraya memasang celananya, mengambil rokok dan mulai menghisapnya. Ahh hari ini Naufal merasakan ribuan kupu-kupu seperti menggeletik perutnya.
"Mampus lo tua bangka! Hubungan tak direstui dedek bayi jadi solusi".
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka, dan muncul lah sosok Vio, Vio melangkah kan kakinya dengan gontai, dia melewati Naufal begitu saja, dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Vio membuka pintu kamar tersebut dan pergi meninggalkan Naufal yang cengo menatap kepergiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VioNa (RUBAH ALUR)
Random[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Kisah cintaa seorang VIONA LARASATI DAN NAUFAL XIVER BAGASKARA. Laki-laki galak yang sialnya sangat bucin seperti Naufal Xiver Bagaskara dipertemukan dengan gadis polos seperti Viona Larasati. "Vi kamu tahu gak kenapa...