26.VioNa

107 45 2
                                    


Naufal membuka pintu kamar dengan perlahan, tangan satunya ia gunakan untuk membawa nampan berisi sup panas dan segelas air putih. Meletakan semuanya diatas nakas, menyentuh kening wanita itu yang masih terasa panas.

Naufal menatap Chelsea yang sedang berbaring dengan selimut tebal yang menutupi sampai dadanya. Sepertinya Chelsea tertidur dengan pulas. Memang tadi pagi Chelsea menelpon Naufal dan meminta Naufal menemani dirinya ketika sakit. Naufal mau tak mau harus datang, ia tak tega membiarkan wanita itu sendirian apalagi sedang sakit.

Naufal memilih bolos sekolah dan menemani Chelsea yang sedang tidak enak badan, lagipula besok libur pikir Naufal.

Sudah hampir dua jam lebih tapi Chelsea belum ada tanda-tanda untuk bangun dari tidurnya. Perlahan Naufal berjongkok lututnya ia gunakan sebagai tumpuan. Menatap wajah Chelsea yang masih terlelap membuat bibirnya terangkat keatas.

"Jangan sakit Chel, gue khawatir" gumamnya seraya membawa tangan Chelsea kedalam genggaman hangatnya.

Merasakan panas ditangannya. Sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk mengusap puncak kepala Chelsea dengan sayang dan penuh perhatian.

Chelsea menggeliat sepertinya wanita itu ternganggu dalam tidurnya. Naufal sedikit menjauhkan tubuhnya, berjalan perlahan kearah kursi kosong dan mendudukkan tubuhnya disana, perlahan mata laki-laki itu terpejam dan mulai menyusul Chelsea tidur.

***

Vio menyusuri koridor kelas 12 berharap bisa menemukan Kevan, ia ingin meminta maaf secara pribadi mengenai masalah kemarin, rasanya dirinya juga turut andil dalam permasalahan kemarin.

Ia mengedarkan pandanganya tetapi nihil dirinya tidak menemukan Kevan sama sekali.

Vio melangkahkan kakinya menuju belakang kelas berharap Kevan berada disana. Ia hanya bisa menunduk, selama perjalanan pun Vio tak memperhatikan langkahnya. Bahkan ia sampai tak sadar kalo ada seseorang yang berada di depannya..."awss" ringis nya dan menatap keningnya yang terasa sedikit sakit, sepertinya ia baru saja menabrak sesuatu yang lumayan keras. Dengan pelan-pelan ia mengangkat kepala nya dengan pelan,

"Kak---"belum sempat Vio menyelesaikan ucapannya tangan nya sudah di tarik duluan.

Vio meronta ketika tangannya di tarik oleh kedua kakak kelasnya menuju kegudang sekolah. Tapi rontaan nya sama sekali tak di hiraukan oleh mereka berdua.

Brak...

Raka membuka pintu gudang dengan sedikit kasar dan mendorong Vio masuk kedalam sana.

Vio menghela nafasnya dalam, dirinya sungguh takut, apalagi keduanya menatap dirinya dengan tajam.

"S-sakit kak" ringisnya merasakan cengkeraman dipergelangan tangannya semakin mengencang, belum sembuh lukanya tetapi sudah diberi lagi.

"Sakit?" tanya Devan seraya terkekeh dengan sumbang, sedangkan Raka memilih menghisap rokoknya menatap pertunjukan yang ada didepannya. Tak berhentinya senyum laki-laki itu terbit tak kala melihat wajah ketakutan perampuan itu.

"Ngapain lo deketin kembaran gue hah?! Jalang kayak lo gak pantes deket-deket sama kembaran gue. Bahkan kasta lo aja beda. Lo ibaratkan nya batu kerikil sedangkan Kevan itu berlian. Gak sudi gue, kalo Kevan sama lo!" bentaknya kasar dan menjambak rambut Vio.

VioNa (RUBAH ALUR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang