8.VioNa

192 119 13
                                    

Naufal, Raka, Devan, serta Kevan tengah memperhatikan Vio yang berlari, tampaknya perempuan itu sangat kewalahan membawakan pesanan mereka berempat, rambut yang dikuncir satu kini sudah tak serapi tadi pagi, bahkan sudah terkesan acak-acakan.

"Lama banget sih lo, atau jangan-jangan lo malah sengaja di lama-lamain"tuduh Raka seraya merampas botol mineral ditangan Vio secara kasar.

Tentunya perlakuan Raka tak lepas dari mata tajam milik Naufal, ia memperhatikan keringat yang mengalir di pelipis Vio, ada rasa tak tega tapi buru-buru ia tepis begitu saja, rasa kasihan nya ke Vio.

"Jangan kasar-kasar bro" ucap Devan ke Raka. "Ini baru bener" ucapnya menarik rambut Vio, Vio yang merasakan rambutnya ditarik dengan begitu kuat, menahan tangisnya bahkan mata nya saja sudah berkaca-kaca.

Vio mencoba melepaskan tarikan dirambutnya, bukannya melepaskan dengan sengaja Devan semakin mengencangkan tarikannya. Tentu saja perbuatan Devan disambut tawa oleh Raka.

Kevan yang melihat kembarannya semakin brutal, menurunkan tangan Devan. "Lepasin!" titahnya, ia menolehkan kepalanya ke Vio. "Pergi sana" usirnya kasar, Vio segera menurut tapi sebelum benar-benar pergi, Vio menolehkan kepalanya ke Naufal yang sudah mengalihkan pandangannya.

Vio tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Kevan yang telah membantu nya, sepertinya disini hanya Kevan lah yang punya hati, Vio merasa kasihan dengan dirinya sendiri, terjebak dengan Naufal tentu saja membuat perasaan nya campur aduk, terutama hatinya.

Sebenarnya ada rasa tak terima dihati Naufal ketika Kevan lah yang menolong Vio, ia jadi kesal sendiri dengan dirinya.

"Gue mau ke WC" beritahu Naufal ke yang lainnya, tentu saja ucapan Naufal hanya mereka beri anggukan dan acungan jempol.

Sedangkan Vio setelah pergi dari sana, ia membekap mulutnya sendiri guna menghalau isak tangis yang ingin segera pecah.

Ia menekan dadanya kuat-kuat, rasa sesak itu semakin besar.

"Vi kamu kenapa?" tanya Edgar lembut. Lagi-lagi Edgar yang ada disaat ia bersedih, andai rasa cinta itu bisa memilih, Vio ingin rasanya mencintai orang sebaik Edgar.

"Dada Vio sakit Gar" adunya membuat relung hati Edgar juga merasakan hal yang sama dengan yang Vio rasakan.

Edgar menarik Vio kedalam pelukannya ia ingin menjadi tameng untuk Vio, tapi apalah daya dia hanya laki-laki lemah dan tak berpunya.

Tapi keinginan nya untuk memiliki Vio begitu besar.

Mata tajam milik Naufal menatap tajam Edgar dan Vio yang sedang berpelukan, tangannya terkepal erat, membuat siapa saja yang melihatnya tahu ada emosi disana.

Hatinya merasa tak terima melihat laki-laki lain memeluk Vio dan bukan dirinya, langkah kaki Naufal mulai mendekati keduanya yang belum sadar akan kehadirannya.

"Ekhem" dehem Naufal membuat keduanya terkejut dan dengan cepat melepaskan pelukan keduanya, bisa Naufal lihat mata Vio yang masih mengeluarkan air mata, perasaannya campur aduk, merasa kesal dengan dirinya sendiri yang tak bisa menjaga perempuan lemah itu. E-ehhh sejak kapan seorang Naufal Xiver Bagaskara ingin menjaga seorang perempuan hm?.

"Kak Nau-fal" kaget Vio, mengapa rasanya Vio terasa sedang dipergoki sedang berselingkuh.

"Kalo mau pelukan jangan disini, ngehotel sana" kesal Naufal dengan suara kasar, Naufal merutuki ucapannya yang terdengar sangat kasar, ia tahu pasti perempuan lemah itu merasa sakit hati karena ucapannya.

Mata Vio kembali memanas dengan ucapan Naufal, ia menatap mata Naufal yang masih menghunus tajam. "Mak-sud kakak Vio murahan gitu? Atau apa?" tanya Vio dengan suara bergetar.

Ada rasa bersalah dihati Naufal, ntahlah Naufal sendiri tak tahu akan perasaannya, hanya saja ia merasa tak terima jika ada yang mendekati gadis cupu itu.

Dengan pengecut nya Naufal tanpa meminta maaf, pergi dari sana tak memperdulikan Vio yang menatap terluka kearahnya.

"Vi, you okey?" tanya Edgar yang selama tadi hanya terdiam, bukan tanpa alasan aura Naufal yang berbeda membuat nyali Edgar menciut begitu saja.

Vio tersentak ia menolehkan kepalanya ke Edgar. "Gak apa-apa Gar, aku duluan yah" pamit Vio yang langsung pergi.

***

Istirahat pertama adalah kesempatan yang terbaik bagi para murid untuk mengisi perut kosong mereka. Begitupun dengan Vio dan juga Felo, yang sudah duduk anteng disalah satu meja kantin.

"Ehh Vi lo tau gak?" ucap Felo memulai obrolan, lebih tepatnya memulai acara perghibahan.

"Gak tau" jawabnya polos, tentu saja Vio mendapat hadiah cubitan dilengannya oleh Felo.

"Ish, Felo tangan Vio sakit tau" gerutunya menatap Felo kesal.

Vio memasang wajah cuek dan sama sekali tak merasa bersalah. "Makanya dengerin gue ngomongg dulu" rengeknya ke Vio.

Dengan pasrah Vio menaruh sendoknya. "Iya-iya Vio dengerin".

"Jadi katanya kemaren ada cewe yang ngedatangin rumah kak Naufal, nangis-nangis minta pertanggung jawaban karna sih cewe hamil, dan pelakunya itu adalah kak Naufal" bisik Felo dengan suara pelan.

Tentu saja ucapan Felo barusan membuat Vio mengangakan mulutnya merasa terkejut, tak percaya, dan juga ada rasa takut menghampirinya, tapi  mengapa ia sampai tak tahu dengan berita ini, ahh sial ia rasanya ia benar-benar nolep yang tak tahu apa-apa.

"Jadi gue mohon sama lo buat buru-buru selesain masalah lo sama kak Naufal, dia itu bahaya Vi, gue khawatir sama lo dan gue gak mau ada yang terjadi sama lo, karna dengan dekatnya sama kak Naufal sama aja lo menjemput sebuah permasalahan" ucap Felo serius, membuat Vio terdiam dan mencerna semua ucapan Felo, ucapan Felo ada benarnya, ia harus sebisa mungkin untuk menjauhi dan menghindari Naufal.

"Iya, Vi akan berusaha buat ngehindari kak Naufal, lagi pula Vi gak mau terus-terusan berurusan sama dia" bisik Vio tak kalah kecil, takut ada yang mendengar, Vio masih ingat jelas bagaimana Naufal mencuri ciuman nya hanya karna membicarakan laki-laki itu bersama Edgar, semua kejadian di UKS masih terekam jelas diingatan nya, tak muda untuk nya melupakan semua kejadian itu.

Suara gaduh dari arah depan pintu kantin membuat pasang mata menoleh kearah tersebut, begitupun juga Vio yang merasa penasaran.

Hatinya kembali memanas melihat Naufal dan yang lainnya, tapi bukan itu yang membuat perasaan nya sakit, Naufal yang digandeng oleh perempuan sangat begitu mesrah, mata Vio masih menatap kearah Naufal yang sedang disuapi oleh perempuan itu.

Tapi ia sadar ia tak punya hak untuk marah, karna dia bukan siapa-siapa nya Naufal, ia hanya babu. Ingat babu. Kalo perlu garis bawahi.

Vio memilih mengalihkan pandangannya kearah Felo. "Fe, kembali ke kelas yuk, Vi lupa kalo ada yang perlu Vi pelajari" ajaknya ke Felo. Felo yang diajak pun mengangguk setuju.

Mereka berdua bangkit dari sana, dan melenggang pergi ke kelas. Tak tahu saja Vio kalau sedari tadi mata Naufal mengiringi setiap langkah Vio sampai menghilang.

"Vi, bukannya hari ini lo libur yah kan?" tanya Felo, Vio hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Gimana kalo kita ke mall, kita beli baju, beli makan-makanan enak, dan nonton bioskop, gue pengen banget nonton ku kira kau rumah, gimana mau gak? Hari ini gue yang traktir" ucap Felo penuh harap.

Vio pura-pura berpikir membuat Felo sedikit was-was, bagaimana kalo Vio menolak ajakan nya?.

"Okeyy, tapi Vio mau nitipin kue Vio dulu".

Tentu saja mendengar ucapan Vio, Felo dengan senangnya memeluk Vio dengan erat.

"Oke, nanti gue jemput".

"Deal".

VioNa (RUBAH ALUR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang