4.VioNa

256 150 16
                                    

"Vi, lo tadi kemana sih?" tanya Felo khawatir, setelah kejadian di UKS tadi Vio jadi banyak diam, tak banyak bicara bahkan nafsu makan nya pun menghilang.

Tiba-tiba suara notif dari ponsel Vio mengagetkan kan nya, dengan cepat ia mengecek nya.

Ibu Vio yang paling cantik❤️

Vio hari ini ibu akan lembur kamu jangan lupa makan, istirahat yang cukup.

Ibu sayang kamu♡

Me
Iya buk, ibuk juga yah, jangan lupa makan, Vio juga sayang ibu.

Vio membaca pesan dari ibunya, Dann mengetikan balasannya untuk ibunya, hati Vio sudah terasa sedikit tenang. Setelahnya ia menaruh ponselnya kembali kedalam saku bajunya.

"Vi" tegur Felo yang kini nampak kesal dengan keterdiaman Vio. Vio yang sedang melamun pun tersentak.

"E-ehhh kenapa?" bingungnya, Vio sudah seperti orang bodoh yang menatap bingung kearah Felo.

"Dari tadi gue nanya sama lo, lo tadi dari mana hah? Gue cariin juga".

Vio terdiam cukup lama, apa ia harus menceritakan tentang kejadian yang menimpa nya di toilet tadi. Berpikir cukup lama akhirnya Vio memutuskan akan menceritakan semuanya Felo.

"Sebenarnya tadi Vi---"

"Hai baby girl" sapa Naufal yang tiba-tiba duduk disamping Vio, kini semua pasang mata menatap kearah mejanya, Felo yang melihat Naufal pun ketar-ketir sendiri dibuatnya.

"Kak Naufal" lirih Vio, ia merasa risih ketika menjadi pusat perhatian, ia mengutuk nama Naufal berkali-kali tentu nya dalam hati, Vio belum ingin menghadap illahi.

"Ponsel lo" ucapnya menengadahkan tangannya dihadapan Vio. "Hah?" bingungnya.

"Ck! Ponsel lo mana, buruan njing!" paksa Naufal bahkan tanpa sungkan ia mengambil ponsel milik Vio yang berada di dalam saku bajunya. Suara bisik-bisik sudah terdengar digendang telinga Vio, ahh sial sepertinya impian Vio ingin tenang semasa SMA nya telah hilang.

Felo menatap keduanya cengo bahkan air liurnya akan segera menetes jika ia tak buru mengatupkan mulutnya. Bahkan ia menepuk-nepuk pipinya beberapa kali merasa ini semua hanya ilusi.

"Kak! Jangan keterlaluan yah" ringis Vio.

"Wah Fal, udah suka sama yang polos-polos hahah"

"Naufal udah berpaling ke yang gemes-gemes, dia udah gak suka sama spek tante" suara ejekan dari kedua teman Naufal membuat Vio semakin ingin kabur dari sana. Sedangkan Kevan seperti biasanya ia disibukkan dengan game diponsel miliknya.

"Gajelas lo pada!" dengus Naufal meninggalkan ketiganya yang terbahak.

"Woii cupu jangan berekspektasi terlalu tinggi, Naufal mana mau sama lo hhh" ejek Devan dan sebelum pergi ia menarik rambut Vio, sampai membuat Vio memekik tertahan.

"Vi"panggil Felo dengan tatapan was-was. "Lo ngelakuin kesalahan sama kak Naufal?" tanya Felo khawatir pasalnya Naufal sangat berbahaya, bukannya kemarin Felo sudah mewanti-wanti agar Vio terhindar dari keempat nya, tapi apa-apaan ini Vio sudah masuk dalam list mereka.

"Vio gatau hikss... Hiks.. bantuin Vio" tangis Vio pecah begitu saja tubuhnya selalu gemetar ketakutan ketika Naufal mendekat kearahnya, rasanya seperti predator yang siap menerkam mangsanya.

Felo tak bisa berbuat banyak yang saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah menenangkan Vio walaupun hanya sebentar.

***

"Mas aku mohon sama kamu buat gak ganggu anak aku, dia sama sekali tidak tahu apapun".

"Diam sialan!"

Ctas!

Ctas!

Cambuk itu mengenai tepat di pinggang perempuan paruh baya itu. "Bunuh aku mas, bunuh aku. Asal kau jangan pernah ganggu anak ku".

"Tutup mulut sialan mu itu, sebelum aku merobeknya! Jangan harap aku akan melepaskan mu dan anak haram mu itu!" bentak nya.

"Mas! Jangan pernah hina Viona, asal mas tahu, kau sudah kami anggap mati, bahkan Vio tak mengenal ayahnya seketahu nya ayah nya sudah meninggal, lagi pula kami sudah tidak membutuhkan kamu!" bentaknya dengan darah yang mulai mengalir dibibirnya.

Emosi pria itu menggebu-gebu mendengar ucapan simpanannya dahulu, yah laki-laki paruh baya ini adalah ayah kandung Vio yang sudah dianggap meninggal yang nyatanya ia ada dan selalu memantau anaknya.

"Viona tetap darah daging ku" sinis nya.

"Darah daging katamu, Vio hanya anakku, bedebah sialan! Hanya aku yang berhak menganggap Vio anak, lagi pula untuk apa kau dengan Vio hah? Apa kau ingin menjual Vio seperti kamu menjual ku? Tak kan kubiarkan kamu menyetuh Vio barang seujung kuku pun" Bentaknya dan mencoba berdiri, ia harus bertahan demi Viona. Ia tak boleh oleh laki-laki sialan, yang sialnya ayah dari anaknya.

"Pergilah Vanya, sebelum pistol kesayangan ku ini menembus jantung mu yang berpenyakitan itu hhh" tawanya.

Vanya masih berusaha kabur meski langkahnya terseok-seok karna kakinya yang dibakar oleh rokok, ia merapalkan doanya.

YaAllah aku memanglah manusia yang penuh akan dosa, bahkan dikesempatan terakhir ini aku ingin meminta agar engkau menjaga anakku.

Dor!

Suara tembakan menggema, ketika peluru itu menembus jantung Vanya, seketika tubuhnya ambruk.

"Vio ibuk sayang kamu" itu suara terakhir Vanya sebelum akhirnya Vanya menutup matanya untuk selama-lamanya.

"Hhhhhh" tawa itu semakin kencang ketika melihat Vanya yang sudah tak bernyawa.

***

Prang!

Suara piring pecah dari arah dapur cafe membuat Tina yang berada di depan dengan cepat menghampiri asal suara.

"Yaampun Vi" kagetnya melihat Vio yang masih terbengong ditempat nya. "Kamu kenapa?" sentuhnya di pundak Vio.

"Mbak, perasaan Vio gak enak, perasaan Vio gak tenang" ucapnya gelisah, dari tadi ia tak bisa berhenti memikirkan ibunya, ikatan ibu dan anak yang sangat kuat bukan?.

"Kamu tenang dulu yah, minum dulu air putih nya" tepukan lembut di bahunya membuat perasaan Vio sedikit tenang.

Dret ... dret... dret...

Suara dering ponsel Vio membuat ia dengan cepat mengangkatnya berharap itu telepon dari ibu nya.

Ibu Vio yang paling cantik❤️

"Hallo buk, ibuk dimana? Ibuk udah makan? Atau ibuk sudah pulang?" pertanyaan bertubi-tubi Vio lontarkan, tapi yang membuat Vio heran adalah karna sedari tadi ibunya  tak kunjung membuka suara.

Tapi tak lama terdengar suara helaan nafas yang cukup panjang dari seorang laki-laki.

Apa ini pelanggan ibunya? Pikir Vio tak tenang.

"Buk" panggilnya lagi.

"Dengan saudari Viona Larasati, kami dari kantor kepolisian ingin menyampaikan bahwa ibu Vanya sedang di autopsi dirumah sakit medika, sebaiknya saudari Viona segera datang kerumah sakit tersebut"

"I-ibu, ibu kenapa pak?" tanya Vio tercekat.

"Sebaiknya anda segera kesini, biar kami bisa menjelaskan secara langsung, agar tak ada kesalah pahaman".

Tut.

Sambungan telepon dimatikan secata sepihak oleh polisi itu, fengan bcepat Vio bergegas datang kerumah sakit medika.

"Mbak Vio harus kerumah sakit, Vio minta tolong sama kakak buat izinin Vio ke pak Izmir yah kak" pamit Vio ke Tina.

"Iya Vi, kamu hati-hati yah, nanti mbak susul".

"Semoga kamu baik-baik aja Vi"lirihnya.

VioNa (RUBAH ALUR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang