23.VioNa

116 49 2
                                    

Hujan deras serta Guntur dan petir yang bersahutan, membuat Perempuan yang berada didalam selimut itu menggigil serta tubuhnya terasa bergetar. Ia sangat takut dengan petir dan guntur.

Bibirnya yang memang sudah pucat semakin pucat, badannya panas dingin.

Suara gedoran pintu tak Vio perdulikan, untuk bangun dari rebahannya saja rasanya tak sanggup. Tapi suara gedoran itu semakin lama semakin kencang, membuat Vio mau tak mau membuka pintu.

Lagi pula siapa yang bertamu malam-malam begini, apa lagi mengingat guntur serta petir yang bersahutan membuat dirinya bergidik.

Vio membuka pintu, yang langsung saja Naufal masuk, Naufal melihat kehampaan di mata Vio, ia tak mau melihat Vio seperti ini.

"Vi" panggil Naufal dengan suara parau.

"Maafin aku, aku sama sekali gak bermak..."

"Cukup!!" potong Vio dengan cepat.

"Aku lagi gak mau denger apa-apa, apa lagi denger alasan serta bualan kakak" ucapnya pedas. Sama sekali tak memperdulikan Naufal yang sudah menggigil.

"Kakak bisa keluarkan dari rumah aku, aku butuh waktu sendiri" pinta Vio tanpa mau melihat wajah Naufal yang kini mulai menetes air matanya.

"Maaf Vi, maafin aku... Aku mohon Vi, aku tau aku brengsek" mohon Naufal dan menjatuhkan tubuhnya dilantai.

"Pergi kak! Sekarang Vio lagi gak bisa berpikir dengan jernih, Vio gak mau ngambil keputusan yang salah ataupun yang bisa buat Vio menyesal dikemudian hari" ucapnya serius.

"Gak Vi! Aku gak mau ninggalin kamu sendiri, aku tau kamu butuh temen hm, pliss jangan suruh aku pergi" lagi-lagi Naufal memohon yang tentu saja Vio abaikan.

"Yaudah, aku mau kita putus kak" tangis yang sedari tadi Vio tahan kini sudah pecah air matanya terus mengalir sesudah mengucapkan kalimat itu. Nafas Naufal tercekat mendengarnya. Kata ini lah yang paling Naufal benci.

Naufal tertawa miris. Mentertawakan diri sendiri. Merasa sedih dan menyesal.

"Kamu mau prank aku kan Vi, aku gak mau Vi! Aku gak mau!" tekan Naufal disetiap kata yang ia ucapkan. Matanya memerah bahkan tangannya sudah terulur mengenggam tangan Vio dengan erat. "A-aku gak mau Vi hiks..." tangis Naufal tergugu.

Vio semakin terisak mendengar ucapan Naufal. Dengan lembut jemari Vio menyusuri wajah Naufal.
"Kakak cinta kan sama Vio?" tanyanya.

Naufal menganggukkan kepalanya cepat. "Cinta banget Vi!" tegasnya.

Vio tersenyum. "Kalo kakak cinta sama Vio, berarti kakak harus ngelepasin Vio kak, kakak gak mau kan jadi laki-laki brengsek, ataupun laki-laki yang Vio benci?" tangis Naufal semakin kencang, ia sudah seperti anak kecil.

"Gak Vi! Aku gak mau! Kita gak akan pernah selesai ataupun putus!" tolak Naufal.

"Kita berjuang sama-sama Vi, kita mulai dari awal. Kita bisa perbaiki!" pinta Naufal.

"Kakak pilih aku atau Chelsea?" pertanyaan Vio barusan seperti bom. Naufal terdiam bingung harus menjawab apa. Pasalnya ia tak ingin melepas keduanya.

"Udah beberapa detik kakak terdiam, pertandanya kakak gak bisa jawabkan. Jangan jadi egois kak yang menginginkan aku sama Chelsea selalu stay sama kakak. Aku lebih baik ngalah".

VioNa (RUBAH ALUR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang