Vio berlari menerobos hujan lebat serta guntur yang turut bersuara, ada rasa takut didalam dirinya, tapi dengan cepat ia menepis rasa itu, ntah mengapa air matanya mengalir begitu saja, dadanya terasa sangat sakit dan ngilu, akan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nantinya, ia berharap tak ada hal buruk yang akan terjadi menimpa ibunya.
Vio masih mengedarkan pandangannya mencoba mencari kendaraan umum yang mungkin saja akan lewat, tapi sama sekali ia tak menemukannya membuatnya putus asa.
Ia menundukkan kepalanya mencoba mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karna berlari, sungguh ia tak kuat lagi.
Seluruh tubuhnya yang sudah basah karena diguyur hujan membuat tubuhnya menggigil hebat, merasakan hawa dingin terasa menusuk-nusuk kulitnya.
Ia akan melanjutkan perjalanan nya yang sempat tertunda tadi, ia tak tahu harus meminta bantuan kepada siapa, Sera? Tentu saja sahabatnya itu akan membantu nya, tapi dengan keadaan hujan begini, ia tak enak hati ingin meminta pertolongan.
Edgar.
Satu nama yang terlintas dipikiran nya, lagi pula perumahan Edgar tak jauh dari sini. Dengan tangan gemetar dia mencoba mencari nama Edgar, setelah menemukan nya dengan segera Vio menekan nomor itu.
Berdering. Membuat senyum perempuan itu terbit, dan tak lama setelah itu suara laki-laki yang Vio harapkan bisa membantu nya terdengar.
"Hallo Vi?"
"Ha-llo Edgar, k-kamu bisa tolongin aku gak?"
"Vi kamu kenapa? Suara kamu kok kayak kedinginan gitu? Kamu dimana Vi, pasti kamu gak dirumahkan?, Tolongin apa, aku pasti bisa nolongin kamu, jawab Vi" pertanyaan bertubi-tubi yang Edgar tanyakan kepada membuat Vio tersenyum.
"Aku didekat perumahan kamu, kamu bisa gak anterin aku kerumah sakit medika".
"Bisa aku bisa Vi, kamu tunggu disana yah, aku akan segera kesana, kamu jangan kemana-mana oke" setelah mengatakan itu Edgar segera mematikan sambungan nya secara sepihak, tak ingin lagi mendengar jawaban dari Vio.
Vio mendudukkan dirinya di kursi yang ada didepan tokoh-tokoh, ia memeluk dirinya sendiri mencoba mengurangi rasa dingin.
Lagi-lagi suara petir membuat Vio menutup kan matanya erat-erat, jantungnya bergemuruh rasa takut akan petir menghampiri nya, ia menutup telinganya sendiri, berkali-kali ia merapalkan doanya didalam hati.
Tak lama setelah itu suara deru motor menghampiri Vio, dengan cepat Vio menghampiri Edgar yang sudah memakai jas hujan. Edgar memperhatikan penampilan Vio yang jauh dari kata baik, sungguh ia khawatir ke Vio, ia tak ingin perempuan yang ia cintai kenapa-napa.
Edgar menyerahkan jaket kulit yang berbahan tebal ke Vio, dengan segera Vio memakainya.
"Mau kemana Vi?"
"Rumah sakit medika" setelah mendengar jawaban dari Vio dengan segera Edgar tancap gas, walaupun kondisi motor Edgar yang butut.
Hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai di rumah sakit ini, setelah menyerahkan jas hujan tadi ke Edgar, Vio dengan cepat berlari menuju lobby rumah sakit tentu saja yang di ikuti Edgar.
"Permisi sus"
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan.
"Ada pasien yang bernama Vanya Angelina gak sus?".
"Tunggu sebentar yah, saya akan coba cari dahulu" ucapnya, setelahnya ia mencari nama yang disebutkan Vio tadi.
"Oke pasien yang bernama Vanya Angelina berada di ruangan anggrek".
KAMU SEDANG MEMBACA
VioNa (RUBAH ALUR)
Random[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Kisah cintaa seorang VIONA LARASATI DAN NAUFAL XIVER BAGASKARA. Laki-laki galak yang sialnya sangat bucin seperti Naufal Xiver Bagaskara dipertemukan dengan gadis polos seperti Viona Larasati. "Vi kamu tahu gak kenapa...