10.VioNa

182 103 20
                                    

Dentingan suara notifikasi dari ponsel Vio, membuat Vio mau tidak mau melihat siapa yang mengirimi ia pesan. Vio mendesah dengan pelan karna merasakan kepalanya yang berdenyut sakit.

"Siapa sih" dengus Vio dan membuka aplikasi WhatsApp. Vio membulatkan matanya tak percaya. Vio berkali-kali menggosok mata nya. Apa ini nyata seorang Naufal mengechat nya.

"Ngechat ada perlu nya doang" gerutunya.

______________________________________
Tuan pemaksa😒😠

Bukain pintu, gue ada dirumah lo, cepetan gak pake lama.

Kalo lama gue gigit lo.

Woii cupu gue kedinginan bangke.

P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P

Ngapain sih kakk? Vio mau tidur.

Pintunya mau gue dobrak?

______________________________________

Rentetan pesan dari Naufal membuat Vio kembali menatap layar ponsel miliknya sungguh ia tak menyangka Naufal datang dan ingin menemuinya. Suara hujan yang kian deras membuat Vio dengan buru-buru keluar dari kamar nya. Ia menuju ke ruang tengah.

"Dasar pemaksa, nyebelin" gerutu Vio kesal.

Vio membuka pintu rumahnya, dan benar saja Naufal  berdiri  mengikuti nya kedalam rumah.

Naufal terduduk di kursi rumah Vio, Naufal memperhatikan Vio yang sedang asik menyiapkan handuk serta batu es kedalam wadah.

Setelahnya Vio mendekati Naufal dan duduk di hadapan Naufal. "Tahan kak mungkin sedikit perih" titah Vio ke Naufal.

"Kok bisa sih kak lebam gini? Berantem lagi? Tawuran lagi? Kok gak kapok-kapok sih, kan kasihan wajahnya jadi kena imbasnya, kakak kan udah dewasa harusnya gak usah ikut-ikutan tawuran lagi, bahaya kak" omel Vio membuat Naufal tersenyum, Vio mengkhawatirkan dirinya. Pikir Naufal.

"Gue gak tawuran Vi, tadi berantem sama bokap" jelas Naufal membuat Vio membulat kan matanya, beruntung besok hari minggu, kalaupun ia harus begadang bersama Naufal tak masalah. Ehh Vi gimana maksudnya.

"Jangan sering-sering berantem kak, apa lagi sama ayah kakak sendiri, itu gak baik" peringat Vio. Setelah dirasa mengobati Naufal sudah beres, Vio memilih duduk disamping Naufal, dan tanpa diduga Naufal menaruh kepalanya di pangkuan Vio.

Jelas saja perlakuan Naufal membuat Vio terkejut. "Bentar aja, gue capek" niat Vio yang ingin menegur Naufal pun ia urungkan.

Terjadi keheningan, sepertinya Naufal mulai terlelap. Vio menyandarkan kepalanya disandaran sofa pikirannya kemana-mana, bukannya ia ingin menjauhi Naufal, tapi mengapa disaat ingin menjauhi laki-laki itu, rasanya sangat sulit.

Tangan Vio terulur mengusap rambut Naufal, ia menatap wajah Naufal dengan lamat, jantung nya berdebar dengan kencang, rasa itu semakin besar dan semakin bertambah, Vio sudah benar-benar jatuh kedalam pesona yang Naufal miliki.

VioNa (RUBAH ALUR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang