15

118 32 3
                                    

Cue !

.

.

.

💜💜💜

Sudahku ceritakan, bukan ? Kalau aturan tak tertulis di keluargaku menyatakan bahwa dilarang menunjukkan kesedihan apalagi tangisan. Mungkin tangis bisa ditunjukkan saat ada kematian. Ya, itu bisa terjadi tetapi untuk hal sepele semisal menangis saat dimarahi atau menangis saat sakit, dilarang menunjukkannya semenjak aku mulai beranjak dewasa.

Mereka akan semakin memarahiku ketika melihat mataku mulai berlinang dan ekspresiku menunjukkan kesedihan atau kekecewaan.

Lucu, ya ? Bahkan Uri Noona menganggapku bersembunyi dibalik tangis.

Ketika aku depresi sekalipun dan pikiran mengakhiri hidup berputar di kepalaku, aku hanya bisa menangis tertahan dan tanpa suara. Airmata mengalir tak henti sampai rasanya dadaku akan meledak. Oh, apalagi kalau terlihat berkaca-kaca di siang hari. Maka ucapan yang sering ku dengar adalah "Menangis, hah ?! Itu saja menangis !"

Aku punya perasaan tetapi dipaksa untuk dibuang. Ya, inilah aku, Jung Hoseok yang perlahan kehilangan perasaan dan hati nuraninya.

Umumnya, depresi dirasakan pada suasana sepi dan malam hari. Tetapi akhir-akhir ini aku malah merasakannya di siang hari. Aku mulai lingkung dan tak tahu harus berbuat apa. Overthinking menghantuiku saat matahari terasa sangat bergairah.

Saat ini, meskipun aku sudah tak lagi tinggal bersama mereka, aku tetap pada prinsip hidupku yang baru. Kalian tak menghormatiku, tak apa, tapi jangan sindir aku dengan cara kejam, itu benar-benar bisa merusak mentalku.

.

.

"Aku ingin hidup"

Kalimat itu secara tak sengaja menggaung dibenakku.

Benar, aku ingin hidup. Aku ingin merasakan bagaimana hidup setelah tersiksa selama ini. Namun sepertinya, keinginanku tak direstui alam. Penyakit yang ku pendam, tak kunjung menunjukkan perbaikan. Bahkan, setelah dua bulan di Kota ini, tubuhku semakin mengurus, batukku tak kunjung sembuh.

Aku ingin hidup. Meski alasannya sekecil apapun, aku ingin bertahan hidup walau sebentar.

....

Siang itu, saat aku sedang menjaga toko penatu, seorang remaja berkursi roda mengintip dari luar toko seperti mencari sesuatu. Karena remaja itu tak kunjung masuk, ku hampiri dia dan ku tanya.

"Apa kau mau mengambil pakaian yang sudah di laundry ?" Pertanyaan itu ku lontarkan lantaran si remaja bermata besar itu tak membawa apapun. Ku pikir, dia disuruh seseorang untuk mengambil pakaiannya. Namun, gelengan aku terima sebagai jawabannya.

Melihat si remaja sepertinya pemalu, ku tanyai lagi dia, "Lalu, apa yang membuatmu seperti mencari sesuatu di dalam ? Apa kau sedang mencari sajangnim ? Kalau itu, dia-"

"Yoongi hyung" jawabnya sembari menyebut sebuah nama.

"Yoongi hyung ?" Ulangku.

Dia mengangguk, "Dia bekerja disini tapi kemarin saat aku bangun tidur dia sedang membuang seragam seperti yang hyungie pakai"

Alisku mengernyit.

"Uhuk uhuk" aku terbatuk dengan posisi menyamping menghindarinya, "Mianhae" kataku.

Ku bilang, "Selama dua bulan aku bekerja sebagai kasir disini, aku tak pernah bertemu dengan yang namanya Yoongi. Apakah itu hyung-mu ?"

Si remaja mengangguk.

LOVE ME, HATE ME [JHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang