Halo..
Namaku, Jung Hoseok.
Anak kedua dari dua bersaudara dan memiliki keluarga yang menjunjung tinggi harkat dan martabat. Saking tingginya, aku bahkan sampai menyerah dan ingin rasanya mengakhiri hidupku saja.Disini, kau akan tahu betapa kelamnya hidupku ini.
Ah ! Bukannya aku merutuki hidupku tapi yeahh saat aku lelah menjalani hidupku ini, aku akan merutuki betapa tak berharganya seorang bernama Jung Hoseok ini.
Tapi, aku tak selalu melakukannya. Hanya ketika aku benar-benar bosan hidup saja.
Oh iya.. Aku bukan si penyampai yang baik. Aku hanya ingin berbagi dengan kalian, karena aku tak tahu dimana harus ku sampaikan keluh-kesah duniaku ini.
Jika kau termotivasi kepadaku, -tentu saja bukan untuk mengakhiri hidupmu, karena aku benar-benar mengutuk orang-orang yang bunuh diri dengan alasan apapun- silahkan ambil pelajaran dari ceritaku ini. Tapi jika tidak, beri aku petuah agar hidupku lebih baik.
Oh ya, aku lupa. Aku akan membagikan setiap catatan kelamku ini kepada kalian.
Sekian
.
.
.
Aku berada di ruang tamu sambil bermalas-malasan di sofa. Aku sedang melamun walau tanganku tetap setia menggenggam ponsel.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi dan waktunya untuk kuliah. Tapi sungguh, saat ini aku benar-benar tidak ingin beranjak dari sofa merah tersebut.
"Apa kau tidak kuliah ? Apa ingin membolos lagi ? Aku sudah lelah dengan sikapmu seperti ini. Belajarlah untuk menghargai apa yang orangtuamu berikan"
Aku menoleh tanpa minat lalu mendapati ibuku yang sedang berkacak pinggang disampingku.
Aku menghela nafas lelah. Kemudian, aku beranjak dari sofa tersebut lalu berucap kepada ibuku, "Aku bahkan tak tahu penghargaan seperti apa yang harus aku apresiasi dari kalian"
"Ya ! Beraninya kau menjawab ?!" Ibuku melotot tajam. Sebenarnya, sikapku seperti ini sudah menjadi makanan sehari-harinya . Tapi, sikapku semakin hari semakin menjadi keterlaluan. Aku tak tahu kenapa ini terjadi ?
Aku melangkah menjauh, namun tiba-tiba berhenti dan sedikit menoleh ke belakang, "Aku bukan puppet. Aku manusia. Berhenti mengatur hidupku"
Lalu, aku melanjutkan jalanku menuju kamarku untuk pergi dari rumah itu.
"Jung Hoseok ! Ya ! Anak tak tahu diuntung !"
.
.
.
Aku sudah berada di kampusku, tempat melarikan diri paling aku sesali. Tahu kenapa ? Karena aku tak menyukai major yang aku jalani, memuakkan.Aku tak suka major ini, karena ini bukan pilihanku tapi pilihan ibuku.
Sudahlah, aku sudah terlanjur masuk kandang buaya.
Saat ini, aku berada di kantin. Seperti biasa aku berada di kantin dengan junior kesayanganku, Park Jimin namanya.
"Jimin, hyung menginap di flat-mu lagi malam ini, ya ?"
Dia tertawa kecil kemudian menutup buku akuntansinya lalu menoleh kepadaku.
"Tak perlu hyung meminta izin, biasanya juga langsung ke flat-ku, bahkan aku saja tak tahu"
Aku mengangguk tak ingin membantah atau pun mengelak, yang dikatakan Jimin memang benar.
"Kau punya masalah hyung ?"
Sepertinya dia melihat wajah suramku saat ini.
Tanpa menoleh aku menjawab, "Seperti biasa, Jim"
Jimin menatapku sedih, aku kembali menghela nafas berat, "Ingin rasanya aku menjadi anak angkat Park appa. Bolehkah ?"
Dia tertawa hingga matanya membentuk bulan sabit, adikku ini manis sekali.
"Kau ingin minum apa ?" Tawarnya.
"Vanilla latte" jawabku. Sejujurnya aku ingin Americano. Tapi yasudahlah, mungkin Vanilla Latte dapat sedikit membuat lidahku ini terasa manis.
Jimin kembali dan meletakkan pesananku di depanku.
Ku dengar ia menghela nafas dan aku melirik dengan ekor mataku, ia sedang menatapku sedih.
"Apakah kali ini lebih berat hyung ?"
"Seperti yang kau lihat, Jim" jawabku tanpa melepas pandanganku dari ponsel.
Dia tidak menjawab, aku menoleh dan melihatnya masih menatapku sedih.
"Ya ! Berhenti menatapku dengan tatapan menjijikan seperti itu. Aku sudah terbiasa dengan semua cacian, hinaan dan makian dari keluargaku. Berhentilah, jika kau ingin aku selalu bersikap baik padamu"
"Apakah sifat baikmu itu hanya kau tunjukkan kepada teman-temanmu saja, hyung ?"
Entah sudah berapa kali aku menghel nafas berat hari ini.
"Aku bahkan tak tahu, Jim. Topeng apa yang aku kenakan sekarang. Terlalu banyak topeng yang aku simpan selama ini. Ya, setidaknya aku memilikimu yang mengerti aku"
Aku menepuk pundak sempitnya beberapa kali, isyarat jika aku baik-baik saja dengan semua itu.
"Kau ada kelas setelah ini ?" Tanyaku kepada Jimin. Adik manisku itu mengangguk.
"Berikan kunci flat-mu, aku akan kembali membolos" kataku. Jimin merogoh tasnya kemudian memberikan kunci flat-nya kepadaku tanya banyak pertanyaan lagi.
Aku melangkah menjauh dari Jimin yang aku lihat sudah kembali ke gedungnya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, aku melihat sahabat terbaikku sedang membaca buku di bawah sebuah pohon besar. Dasar kutu buku !
"Joon, seperti biasa ya. Aku mencintaimu !" Aku melambaikan tanganku kepadanya dengan kunci flat Jimin yang sengaja aku letakkan di jari agar Kim kutu buku Namjoon melihatnya dan dia sudah hafal dengan kelakuanku itu.
"Ya !! Jung Hoseok gila !!"
See, dia mengerti aku kan. Aku menyayangimu, Joon.
Sisi kelamku selalu saja membuatku ingin mati. Aku ingin bebas dari semua ini.
Tolong aku...110119
Dan dengan tak tahu malunya, daku menambah hutang wkwkkw
Ini gak akan panjang kok, ya mungkin belasan..Love
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, HATE ME [JHS]
FanfictionSisi kelamku selalu saja membuatku ingin mati. Aku ingin terbebas dari semua ini. Tolong aku.. -JUNG HOSEOK-