7

203 42 8
                                    

Cue !

.

.

.

💜💜💜


Terkadang aku tidak mengerti pikiran manusia. Kalian tahu penyebabnya ?

Semisal, sebuah objek berbentuk bulat namun tidak sempurna akan menjadi perdebatan yang tidak akan selesai. Seorang perfeksionis akan menilainya sebagai sebuah kekurangan jika objek tersebut tidak bulat sempurna. Seorang yang tak peduli akan menilai objek tersebut bulat apapun bentuknya yang penting tidak memiliki ujung dan berbentuk lingkaran dan seorang lagi menjadi penengah antara keduanya.

Namun yang menjadi masalahnya, si penengah ini sering menarik dirinya akibat  ingin cari aman. Perdamaian sering kali tidak terjadi akibat si penengah ini yang menolak untuk mencari jalan tengahnya dengan alasan seperti "Ya sudahlah, lagi pula kalau aku menengahi, masalahnya tak akan selesai" atau "Aku sudah muak dengan perdebatan itu dan aku tak peduli" atau "Percuma saja aku ikut campur, toh tak akan ada yang mendengarku"

Ya, inti yang dikatakan si penengah itu sama saja dengan "I don't give a sht, I don't give a fck"

Sebenarnya, aku pernah berada di 3 posisi itu. Sifat perfeksionis yang mengarah ke keras kepala bagai batu, si tak peduli atau yang sering diartikan aku adalah seorang yang apatis dan si penengah yang mencoba mencari jalan tengah namun diacuhkan.

Menjadi si penengah inilah yang sulit. Aku pernah menengahi pertengkaran hebat Uri Noona dan Uri Eomma, mencoba mencari solusinya dengan berkata tak kalah kasar supaya mereka berhenti tapi sepertinya caraku salah, ya aku akui itu. Tapi, ucapanku itu sesuai faktanya namun lagi-lagi aku juga yang terkena imbasnya. Hahahha makanya sekarang, aku memilih bungkam dan membiarkan semuanya membaik dengan sendirinya.

Si penengah ini sudah muak dengan hidupnya ditambah dengan hal-hal yang membuatnya semakin tak terkendali. Lebih baik menarik diri, kan ?

Sejujurnya, tak hanya di keluargaku saja, sepertinya lingkungan pertemananku pun membuatku menarik diri. Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian karena masalah kehidupanku, aku tak ingin menyusahkan orang-orang itu dan aku lebih menyukai mengutuk diri karena tidak bisa seperti mereka.

Sudahlah, kalau pun aku berakhir mengenaskan nantinya, ku harap aku tidak merepotkan mereka.

.

.

.

Sesuai dengan tekadku untuk menjadi anak yang baik tanpa membantah sepertinya sedikit membuahkan hasil. Tak ada keributan beberapa minggu ini, suasana rumah pun lebih tenang, aku pun bisa sedikit tersenyum dengan tingkah Mickey. Ya, lagi-lagi hewan kecil menggemaskan itu bisa mewarnai hariku yang suram ini.

Namun, keadaan rumah yang mendadak tenang malah membuatku menjadi tak tenang. Beberapa kali hal ini terjadi dan pada akhirnya berakhir buruk. Entahlah, ini seperti siklus hidupku saja.

Aku takut. Aku takut setelah tenang menyapa, badai kembali menerpa.

Ya Tuhan, ketakutan macam apa ini ? Kenapa pikiranku selalu dipenuhi hal negatif ? Mengapa pikiranku ini jarang sekali berpikir positif seperti dulu ketika aku sekolah, aku merindukan diriku yang lama yang penuh dengan sifat yang menggebu-gebu dan kompetitif. Aku tidak tahu, kemana sifat itu sekarang ?

LOVE ME, HATE ME [JHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang