Cue !
.
.
.
💜💜💜
Satu lagi ketakutanku yang muncul akhir-akhir ini yang tak habis pikir olehku. Ketakutanku akan suara mobil yang dikendarai oleh Uri Appa. Hanya dengan mendengar suara mobilnya saja, jantungku bisa berdetak tak karuan. Maksudku begini, ketika dia pergi dari rumah menggunakan mobil itu, entah mengapa hatiku menjadi sangat lega tetapi ketika suara mobilnya terdengar kembali, aku seperti mengharapkan dia bisa pulang ketika aku sudah tertidur saja. Itu pun berlaku untuk Uri Eomma. Saat dia pergi semisal menghadiri arisan dengan tetangga, hatiku menjadi jauh lebih tenang, namun saat dia kembali, aku takut dia membawa informasi yang ujung-ujungnya membandingkan diriku dengan anak tetangga atau merutuki bagaimana ketidakmampuanku dalam memilih jalan hidup. Aneh, kan ?
Aku pernah terpikirkan untuk mendatangi Psikiater. Namun, setelah ku pikirkan lagi, jika aku melakukannya, berarti aku menggunakan uang tabunganku yang merupakan hasil pemberian mereka. Semisal aku nekat menggunakan uang tersebut, mereka akan menganggapku membuka aib keluarga dan menghamburkan uang dengan hal yang tak penting.
Oke, mungkin itu hanya pikiranku saja. Namun nyatanya, seringnya penolakan, diabaikan, disalahpahami adalah makanan sehari-hariku sedari kecil dan bak memiliki kemampuan membaca masa depan, aku bahkan bisa menerka semua yang akan terjadi. Wah.. Ternyata, selain aneh aku juga hebat.
Kembali lagi, satu per satu ketakutan baruku muncul. Ketakutan yang sepele namun benar-benar merusak mentalku. Bukannya semakin lama semakin kebal, kekebalan itu lama-lama menipis dan menyisakan lubang-lubang yang semakin membesar. Luka itu, sepertinya tak dapat ku sembuhkan. Sekalipun bisa diobati, tapi bekasnya tak dapat hilang. Layaknya seseorang yang diselingkuhi, walaupun yang berselingkuh berubah menjadi baik, tetapi yang diselingkuhi masih dapat merasakan sakitnya perselingkuhan yang pernah terjadi, bukan ? Nah, begitu pun denganku.
.
.
.
H
al yang menyenangkan saat keluarga besarmu berkumpul dan bercengkrama di rumah. Berbagi cerita manis hingga tawa renyah menggema indah mengisi setiap sudut ruang. Ya, hal tersebut pernah terjadi ketika aku mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Tetapi, semuanya berubah kala aku mulai menyadari rasa sakit dibandingkan dengan saudaramu sendiri. Aku mulai membenci pertemuan keluarga.
Aku tahu, seorang Jung Hoseok ini tak akan bisa sama dengan saudara-saudaraku yang lainnya. Mereka terlalu hebat, mereka terlalu luar biasa dan mereka terlalu berkemauan keras. Tidak sepertiku.
Ya, itu pernah dilontarkan kedua orangtuaku kepadaku. Mereka bilang kepada saudaranya bahwa aku tidak memiliki kemauan untuk berubah.
Pada saat itu, aku hanya bisa mendengus dengan seringai yang hadir di sudut bibirku. Ingin membantah pun percuma, nyatanya aku disudutkan. Bukan hanya dari kedua orangtuaku, tetapi saudara, paman, bibiku pun melakukan hal serupa.
Lalu, jika seperti ini, bagaimana aku bersikap ?
Aku sudah menanamkan mindset kalau bunuh diri adalah hal yang paling hina dan yang keduanya adalah membunuh. Namun, kedua hal tersebut malah diputarbalikkan padaku, akulah yang dihina dan karakterku dibunuh.
Aigoo~ sengsara sekali hidupmu Jung Hoseok !
Nah, hal lain yang ku benci saat keluarga besarku berkunjung ke rumah adalah sifat Perfeksionis yang lebih ke arah Bossy dari Uri Eomma kembali. Bukannya tulus membantu, aku dan Uri Noona menjadi terpaksa melakukan semuanya.
"Ini salah !"
"Itu tidak benar !"
"Tersenyumlah walau kalian tidak suka !"
"Cepatlah ! Mereka sudah menunggu !""Hoseok-ah ! Dawon-ah ! Cepat ambilkan itu !"
"Ya ! Apakah ada sesuatu yang segar untuk diminum ? Buatkan hyung minuman, ya ?"
"Ahahahha mianhae, aku titip piring ini, ya ?"
"Bisa tolong bersihkan pecahan gelas itu ? Imo harus mengganti popok keponakanmu"
Itulah sedikit percakapan yang dialamatkan kepada kami berdua dan menjadi babu adalah pilihan terakhirnya.
Aku lebih suka mendekam di dapur daripada bergabung dengan mereka. Walaupun secara fisik melelahkan tetapi psikisku tak begitu terganggu. Cukup kan untuk menenangkan pikiranku ?
Daripada aku bergabung dan berakhir kembali harga diriku diinjak-injak ? Lebih baik aku menghilang dan menarik diri.
Lalu, apa yang aku lakukan untuk mengisi waktu sebelum perintah tak manusiawi aku kerjakan ?
Aku lebih memilih menonton video lucu atau menonton penampilan artis-artis yang hebat lewat ponselku atau sesekali bermain bersama Mickey yang kadang menghampiri kami di dapur.
Sulit merasakan kebahagiaan saat mereka datang, sulit rasanya hanya sekadar membuka mulut saja dan sulit rasanya untuk melangkah mendekat kepada mereka setelah lelahnya aku dan Uri Noona dibanding-bandingkan yang berakhir sebuah penghinaan besar pada kami.
Sejujurnya, aku ingin seperti keluarga lain yang begitu dekat satu sama lain dengan keluarganya. Bisa bercanda dan tertawa tanpa rasa canggung, takut serta tak enak hati memceritakan apa yang dialami. Tapi nyatanya, aku harus menerima kenyataan bahwa posisiku tak sama dengan mereka.
Mereka bilang aku harus berusaha.
Aku sudah melakukannya.
Aku harus bergaul supaya jaringan pertemananku luas.
Aku pun sudah mencoba melakukan semampuku.
Aku harus mendengarkan saran dan kritik dengan baik.
Pun sudah kulakukan. Namun, jika saran dan kritik berakhir dengan sebuah penghinaan, mohon maaf, aku tak bisa membalasnya dengan baik.
Tbc
Love 💕💕💕
sugary07 🙆🙆🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ME, HATE ME [JHS]
FanfictionSisi kelamku selalu saja membuatku ingin mati. Aku ingin terbebas dari semua ini. Tolong aku.. -JUNG HOSEOK-