7. Change

3K 515 20
                                    

~Happy Reading~

~Vote & Comment~

~Rawan Typo~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Untuk pertama kalinya sejak 10 tahun yang lalu dan sejak tragedi itu menimpa seorang Irene Bae, dan sekarang disinilah dia berdiri diam menatap pusara pria yang berkorban untuknya hingga kematian menjemputnya.

Kekasihnya Wendy Son.

Sudah 1 jam Irene berdiri namun enggan menyapa atau membungkuk sebagai salam penghormatan yang tak pernah diucapkannya. Bahkan, langitpun terlihat mendung.

"Annyeong...... olaf ah " sapa Irene pelan kearah makam Wendy.

"Maafkan aku karena terlambat menyapamu "

Irene kembali diam dengan nafasnya yang perlahan bergetar, terlalu menyakitkan jika terbayang wajah pria itu.

"Gumawo karena sudah menyelamatkanku dan menjadi kekasihku "

"Aku merindukanmu Wendy " suaranya semakin parau dan perlahan pertahanannya runtuh karena tak sanggup berpura-pura baik² saja setelah kepergian Wendy.

"Aku benar² merindukanmu olaf hiks, bisakah kau disini menemaniku jeball " tangis Irene pilu.

"Kumohon... " pinta Irene pilu mengusap makam Wendy

Tangisan pilu Irene Bae kembali terdengar menunduk didepan makam kekasihnya hingga hujan perlahan membasahi tubuh kecilnya yang terlihat amat rapuh. Bagian besar dari hidupnya kini telah tiada.



Flashback.

Setiap kali usai jam pelajaran Wendy akan selalu membawa Irene keatap sekolah untuk menikmati suasana sore disana.

"Aaa hajima~kenapa kau suka sekali mencubit pipiku eoh ? " rengek Irene saat Wendy mencubit pipinya yang terlihat berisi

"Hehe uri princess makannya banyak sekali eoh sampai² pipinya bengkak " kekeh Wendy

"Mwo?! Apa kau bilang ? Bengkak ? Hisss " Irene membalas Wendy dengan mengapit hidung mancung pria itu dan tertawa bersama.

"Oke stop sayang " kata Irene lembut menahan tangannya yang ingin kembali mengapit hidungnya.

Wendy menatap Irene lembut dan mengusap pipinya sayang membuat yang ditatap merona.

"Apa aku boleh menikahimu setelah lulus sekolah ? " tanya Wendy polos.

"Kau tidak kuliah ? " tanya Irene mengusap alis Wendy lembut.

"Hmm apa aku harus kuliah ? " tanya Wendy

"Terserah padamu, apapun itu aku tetap mencintaimu " kata Irene mencuri satu ciuman dipipi Wendy

"Boleh aku mencium bibirmu ? " lanjut Irene polos mendapat kekehan dari Wendy

"Tidak sayang, kita hanya boleh sebatas pipi dan kening hm dan yaa kau boleh mencium bibirku setelah aku menikahimu " jawab Wendy

"Aww kau sangat manis "

"Jadi apa lamaranku diterima ? " tanya Wendy

"Kau melamarku ? " jawab Irene menatap Wendy serius.

"Tentu saja "

"Dan yaa kau tak perlu bertanya karena aku akan menerima lamaranmu dan menjadi istrimu " jawab Irene tersenyum manis.

Difference [Seulrene][END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang