17. Chance ?

3.1K 486 34
                                    

~Happy Reading~

~Vote & Comment~

~Rawan Typo~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 malam, sedangkan Seulgi masih enggan meninggalkan Incheon Airport bahkan mata nya sudah membengkak karena menangisi kebodohan dan keegoisannya.

Seulgi masih melihat kearah dinding kaca dimana dia biaa melihat pesawat datang dan pergi silih berganti.

"Mianhae noona, jeongmall mianhae ~ " lirih Seulgi kembali terisak untuk kesekian kalinya.

Beberapa menit kemudian Seulgi menghapus kasar air matanya, mencoba sebisa mungkin meredam tangisan atas rasa bersalahnya.

Tap.. tap.. tap..

Seseorang menghampiri Seulgi yang sedang mengelap air matanya. Dia bahkan melihat iba kearah Seulgi.

"Pulanglah " Seulgi menoleh ternyata yang menghampirinya adalah Suho yang menyusulnya dan memantau Seulgi sedari tadi.

Seulgi melihat kearah Suho dengan tatapan pilunya. Dia menundukkan kepalanya karena melihat wajah Suho yang sangat mirip dengan Irene membuat rasa bersalahnya semakin membuncah.

"Mianhae~ " lirih Seulgi.

"Kau masih muda, carilah wanita yang tepat  untukmu " kata Suho terkekeh menepuk pundak Seulgi.

Seulgi menundukkan kepalanya matanya kembali berkaca-kaca. Kini dia benar² terlihat lemah dan rapuh.

"Apa Irene noona akan kembali lagi ? " tanya Seulgi bergetar.

Suho menggelengkan kepalanya dan merasa bersalah. Seulgi menganggukkan kepala paham.

"Dia tidak akan kembali lagi, setelah appa mengusirnya dia tak memiliki pilihan lain selain kembali ke Canada. Padahal dia berharap untuk membawamu tapi kau yang menyuruhnya pergi sendiri" kata Suho terselip maksud sindiran membuat Seulgi semakin merasa bersalah.

"Aku... "

"Arra, kalian sama² memiliki masalalu dengan orang yang sama, jadi wajar jika kalian seperti ini. Tapi perlu kau ketahui adikku sangat mencintai Wendy saat itu " kata Suho

Seulgi mencoba mendengarkan semua apa yang dikatakan Suho.

"Setelah tau Wendy selalu diperingati orang suruhan appa, Irene tak punya pilihan lain selain menerima perjodohan itu karena dia tak ingin Wendy terluka "

"Appaku keras kepala dan tak ada yang berani membantahnya. Namun, siapa sangka tragedi itu hadir diantara mereka " lanjut Suho.

"Kau tau, bukan hanya kau yang kehilangan Wendy tapi adikku juga Seulgi ya. Sejak saat itu Irene memiliki depresi parah. Selama 10 tahun dia tak pernah tidur seperti orang normal, dia selalu menangis dan menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Wendy. " Suho mulai emosional menceritakan masa² terberat yang dilalui adiknya.

"Dia mudah stres dengan keadaan bahkan dia berubah menjadi gadis yang keras kepala. Saat dia marah dia akan selalu menyakiti dirinya sendiri "


Seulgi kembali menitikkan air matanya mendengar semua yang dikatakan Suho tentang Irene. Dia ingat saat tanpa sengaja melihat kedua tangan Irene bahkan lehernya terdapat bekas luka disana.

Difference [Seulrene][END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang