Orion, jika aku mengatakan padamu bahwa ada hantu di dalam lemarimu, apakah kamu akan percaya?
↪ Ternyata dia memang masih ada di dunia ini, seseorang yang saya bunuh.
Avery, jika aku mengatakan padamu bahwa ada hantu di dalam lemarimu, apakah kamu...
Avery membelakkan matanya, secara harfiah, hingga dua mata hitam pekatnya membulat sempurna. Perasaan tidak enak yang sempat melintas di benaknya ketika Mama ingin berbicara kini terjawab sudah.
Selama ini mamanya tidak pernah mengatur apapun dalam kehidupannya, lebih tepatnya, tidak perduli akan apapun yang dilakukannya.
Disaat orangtua lain menceramahi anaknya jika terlalu sering bolos hanya karena dia lebih senang melukis di taman kota, menyentilnya jika terlalu sering memakan camilan manis, ikut ribut ketika anaknya berhadapan dengan pilihan jurusan di sekolah dan kuliah, orangtuanya tidak pernah memperdulikan apapun mengenai Avery.
Karena bagi mereka, selama ini matahari di keluarganya adalah Violet, dan mereka berotasi untuknya. Begitu pula dengan Avery, yang eksistensinya di keluarga tidak lebih besar dari pecahan debu kosmik.
Seharusnya saat ini Avery senang karena penantiannya selama dua puluh dua tahun tidak sia sia.
Tapi ini terlalu konyol.
"Maksud Mama ... menikah?" Avery masih tidak mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Ucapan itu terdengar sangat ringan hingga orang lain yang mendengar percakapan mereka dari jauh mungkin menganggap Mama sedang menyuruhnya membeli es teh di kantin rumah sakit.
"Ya." Avery kembali melihat wajah serius Mama setelah bertahun-tahun, wajah yang Mama tunjukkan setiap kali dia ingin mendapatkan persetujuan mutlak dari pihak lain. Avery menciut. "Kemarin Hamid Atmawijaya datang berkunjung ke rumah sakit. Kamu ingat? Mereka yang dulu tinggal di sebelah rumah, pemilik Atmawijaya Group."
Avery mengangguk hati-hati, dia ingat, bahkan sangat mengingat sosok pria yang sering disebutnya kakek. Seorang pimpinan dari sederetan perusahaan yang tergabung dalam Atmawijaya Group itu tidak lebih dari seorang kakek yang senang bermain ular tangga dengan Avery di waktu kecil.
Sebelum perusahaan keluarganya mengalami kejamnya persaingan dalam dunia bisnis yang terkenal keras hingga terpaksa gulung tikar, Avery memang pernah tinggal di kawasan elit ternama di ibukota ini. Sebuah dunia kecil berisikan sederetan pengusaha, publik figur, dan politisi. Percaya atau tidak, Avery dulu pernah hidup di dalam mimpi mereka yang berada di kalangan menengah kebawah.
Jika diingat lagi, dia jadi iri pada masa kecilnya.
"Kedatangannya kemarin adalah untuk menagih janji yang pernah kita buat," jelas Lestari, merujuk pada perjanjian yang kala itu dibuat antara dia, suaminya, dan juga Hamid Atmawijaya. "Kita memang pernah bertukar janji untuk menjodohkan salah satu diantara kalian dengan cucunya."
"Tapi kenapa?" Avery tidak tahan untuk mendengar penjelasan, kedua tangannya kini mengenggam erat rok linen yang dia kenakan, sedang wajahnya tenggelam di antara helaian rambut hitamnya.
Sebenarnya, perjodohan diantara keluarga pengusaha untuk urusan bisnis memang sudah tidak asing.
Tapi untuk alasan tertentu, dia merasa tidak nyaman mendengar Mama berurusan dengan seorang yang kedudukannya tinggi. Avery selalu khawatir mereka yang ada di puncak piramida itu akan menggerus semua yang tersisa dari keluarganya, terlebih jika harus berhutang. "Bukankah pernikahan ini tidak menguntungkan bagi pihak mereka?"
"Entahlah, saat perjanjian itu dibuat, kita sudah memutuskan untuk menjodohkan Violet, karena sejak dulu dia sudah dibentuk untuk menjadi penerus perusahaan."
"Dan Mama kini sedang melemparnya padaku? Memangnya Mama yakin kakek akan benar-benar membiayai kita tanpa balasan apapun, dan hanya meminta Mama untuk membiarkan anaknya dijidohkan?"
"Avery." Lestari mengenggam kedua tangan Avery dengan kuat. Membuat Avery tidak lagi memilin dan meremas rok yang dia kenakan.
"Jika itu bisa menyelamatkan keluarga kita, terutama secara finansial, bukankah lebih baik jika kita ambil secepatnya?" tanya Lestari, menatap kedua mata Avery dengan pandangan penuh intimidasi yang tidak terbantahkan, pertanda bahwa perkataan Lestari saat itu merupakan titah yang harus diikuti.
***
Hanya ada dua cucu yang dimiliki oleh Hamid Atmawijaya. Pertama, Orion. Kedua, Yoga.
Masing-masing berselisih umur enam dan lima tahun dengan Avery, dan sejak dulu hingga sekarang, dalam ingatan Avery mereka berdua selalu menjadi figur kakak laki-laki yang biasa menemaninya bermain di rumah Kakek Hamid.
Entah mana diantara keduanya yang berniat dijodohkan dengannya. Satu-satunya hal yang dia ketahui adalah Orion sudah lama tidak tinggal di Indonesia. Mungkin kakek berniat menjodohkannya dengan Yoga.
Semakin dipikir, semakin Avery merasa bahwa dia saat ini sedang dijual pada keluarga Atmawijaya. Memikirkan kemungkinan itu, harga dirinya sedikit terluka.
"Avery, tolong matikan televisinya juga ya kalau kamu sudah selesai bersih-bersih."
Suara keibuan yang berasal dari pemilik rumah makan padang tempatnya bekerja membuat Avery dengan cepat kembali dalam dunia nyata. Sedari tadi tampaknya dia membersihkan restoran dalam mode autopilot. "Iya, Bu," imbuh Avery, menyelesaikan sisa kegiatan bebersihnya sebelum matahari terbenam.
[ "Gosip selanjutnya datang dari Celiné Schaum. Artis blasteran Eropa -Indonesia yang tengah naik daun di kancah perfilman itu kini dikabarkan tengah dekat dengan seorang laki-laki.
Hal ini terbukti setelah fans memergokinya sedang menjemput laki-laki tersebut di bandara. Banyak sumber terpercaya yang meyakini bahwa laki-laki yang dimaksud merupakan pewaris utama Atmawijaya Group dan mereka sudah dekat sejak masih tinggal di Eropa.
Supaya kalian tidak penasaran, mari kita lihat foto-foto yang diambil oleh fans." ]
Avery baru saja beranjak untuk mematikan televisi, ketika dia sadar tidak pernah menemukan kebetulan yang se tepat ini.
Apakah televisi dan saluran gosip memang sudah secanggih ini? Hingga bisa membaca pikirannya.
Dalam sekali tebak, Avery bisa melihat jelas siapa laki-laki yang dimaksud dekat dengan Celiné. Meskipun editor berusaha membuat foto itu blur hingga yang tampak hanya tingginya saja, Avery bisa dengan jelas menebak laki-laki dalam foto itu adalah Orion.
Ternyata selera cucu sulung kakek tidak main-main.
Memikirkan bahwa jika perjodohan ini benar-benar dilakukan dan Orion memiliki hubungan serius dengan Celiné, tidak pernah ada dalam kamus hidupnya yang kacau. Memiliki ipar secantik dan sesukses Celiné membuat perutnya mulas.
. . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
jangan lupa voment ya kalo kalian tertarik sama ceritanya, habis ini akhirnya ada part Orion, yeyy, terimakasih sudah membaca