; sepuluh - hujan

49 4 0
                                    

Untuk alasan yang dia sendiri tidak bisa jelaskan, Orion kini sudah memarkirkan mobilnya tidak jauh dari minimarket tempatnya mengantar Avery beberapa hari lalu.

Sama seperti tadi siang, mimpi buruk itu kembali menahannya untuk tertidur dengan tenang. Membuatnya memutuskan untuk keluar dari apartemen yang terasa sesak, dengan pikiran bahwa pergi berjalan-jalan sebentar akan menjernihkan kembali kepalanya.

Dan entah bagaimana ceritanya dia bisa berakhir di sini, di tengah hujan deras yang mengguyur bagian luar mobilnya, dengan jam yang menunjukkan pukul tiga pagi.

Berbicara mengenai Yoga, laki-laki itu akhirnya terciduk di apartemennya, mungkin sekarang dia pun masih terjebak bersama Kakek, menginap di mansion Atmawijaya setelah acara golf yang menyenangkan.

Mumpung kalian masih bujang, harus sering sering main dengan Kakek, katanya, masih yakin bahwa baik Orion maupun Avery pada akhirnya akan menyetujui perjodohan itu, dengan tekanan yang dia berikan pada Orion dan tawaran yang dia berikan pada keluarga Avery.

Sialnya, Orion baru menyadari rapat pimpinan biasanya terjadi di awal tahun, hanya berselang tiga bulan dari hari ini.

Dia benar-benar harus memilih dengan cepat.

Jelas sekali bahwa Hamid memang sosok yang pantang menyerah dalam berbagai hal. Juga terlalu optimis.

Orion menumpukan dagunya pada kedua tangannya yang berada di atas stir mobil, menatap jauh ke dalam minimarket yang terlihat samar karena hujan yang deras. Seperti seorang penguntit, sudah hampir satu jam ini dia memperhatikan kegiatan yang dilakukan Avery di dalam sana.

Menyenangkan sekali melihat perubahan ekspresi gadis itu, dari yang kebosanan jadi tersenyum lebar ketika ada pembeli yang mampir. Sesekali bahkan dia melihat Avery menguap lebar seperti seorang anak kecil, nyaris terantuk-antuk.

Walaupun gadis itu mengatakan dengan jelas bahwa dirinya sudah terbiasa, tetap saja Orion merasa jengkel ketika menyadari hampir keseluruhan pengunjung yang datang adalah laki-laki dewasa, bahkan cenderung berpenampilan sangar.

Aneh sekali melihat Avery berubah menjadi seorang yang mandiri seperti itu, meskipun ekspresinya masih sama seperti dulu, dia jelas-jelas bukan Avery yang diingatnya sepuluh tahun yang lalu, bukan lagi seorang anak kecil yang hidup dengan bebas dan bergerak sesuka hatinya seperti yang biasa dia lakukan, hingga membuat Orion terkadang ingin melindunginya sebagai seorang kakak.

Meskipun pada akhirnya dulu dia tidak bisa membantu apa-apa, dan membiarkan gadis itu berjuang sendiri seperti saat ini.

Orion berdecak. Apa sih yang sedang dia pikirkan.

Tetapi jika dia harus memilih seseorang, seperti yang dikatakan oleh Yoga tadi, seseorang untuk melepaskannya dari mimpi buruk yang selama ini dialaminya, maka satu-satunya orang yang pas untuk hal itu adalah Avery.

Orion yakin bahwa tidak seperti perempuan lain yang pernah singgah di hidupnya ataupun ada di luar sana, selama dia bersama dengan gadis itu, semua kekhawatiran dan perhatian yang diberinya kepada Avery tidak akan lebih dari perhatian seorang kakak kepada adiknya, dan tidak akan pernah berubah.

Tidak apa, kan?

Tidak akan ada yang terjadi selama dia tidak mencintai gadis yang ada di dekatnya. Gadis itu pasti akan kebal dari segala kesialan yang menghantui dirinya.

Orion menyandarkan tubuhnya pada jok mobil, mengusap wajahnya yang terasa lelah dengan kedua telapak tangannya.

Shift malam Avery tampaknya sudah berakhir karena Orion menyadari kini gadis sudah berdiri di teras, sedang berpamitan dengan pekerja lain. Avery sudah mengganti seragamnya dan tenggelam dalam satu set pakaian yang lagi-lagi berwarna hitam. 

(ongoing) Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang