Pertemuannya dengan Orion ternyata memakan waktu lebih banyak dari perkiraannya. Hal itu membuat Avery harus merelakan separuh waktu shiftnya di toko kue Frada dan restoran padang tempatnya bekerja.
Di pintu masuk hotel, Avery kembali mengecek jam di pergelangan tangannya sembari mendongak untuk melihat cuaca, khawatir hujan akan turun. Untunglah hari ini langit sedang begitu cerah sehingga dia tidak perlu kerepotan, mengingat satu jam lagi dia harus sudah menggantikan shift di minimarket.
Avery berlari kecil untuk menuju halte yang terletak tidak jauh dari hotel ketika sebuah mobil sport berwarna biru metalik berhenti di sampingnya, lampu sein yang berkedip-kedip membuat gadis itu menoleh.
Kaca yang perlahan diturunkan membuat Avery mau tidak mau menunduk untuk bisa melihat siapa yang ada di dalamnya, ternyata Orion.
"Biar saya antar," kata Orion dari balik kemudi.
"Tidak apa-apa, lagipula jaraknya terlalu jauh," kilah Avery dengan sopan, berusaha menolak tawaran Orion yang membuatnya tidak enak, lagipula dia khawatir bus kota yang biasa dinaikinya melintas begitu saja ketika dia sedang berdiam diri di sini. Tidak banyak bus yang biasa beroperasi di malam hari.
Avery lalu menunjuk sebuah halte yang memang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri. "Haltenya juga di depan sana," tambahnya.
Orion masih belum bergeming dari tempatnya, hanya mengernyitkan alisnya sekilas, seakan tidak mau menerima alasan dari Avery. "Masuklah. Saya juga bertanggungjawab mengantarmu pulang karena sudah menahanmu lama," tekan pria itu sambil membuka pintu penumpang di sampingnya.
"Baiklah."
Tidak punya pilihan lain, Avery akhirnya menuruti ajakan Orion untuk masuk ke dalam mobil. Dan seperti mobil sport kebanyakan, di dalam sana hanya berisikan dua kursi untuk seorang pengemudi dan penumpang, membuat Avery merasa terjebak dalam kubikel kecil bersama Orion.
Wangi parfum maskulin yang dikenakan Orion langsung memenuhi indra penciumannya ketika mobil akhirnya melaju, menjauh meninggalkan hotel, membuat mobil ini memiliki jejak Orion di setiap sudutnya.
Tidak adanya musik yang diputar membuat Avery merasa diamnya mereka berdua kali ini menjadi lebih canggung dari sebelumnya.
Terlebih setelah Avery dengan tegas tetap menolak perjodohan yang melibatkan mereka berdua, meskipun Orion berkali-kali menawarkan untuk bekerja sama dengannya.
"Kemana?" tanya Orion, membelah keheningan.
"Ya?"
"Rumahmu. Kita harus pergi kemana."
"Ah," gumam Avery, menyadari kebodohannya karena terlalu sibuk merasa canggung.
Alih-alih rumah, Avery tentu saja dengan cepat mengetikkan lokasi minimarket tempatnya bekerja pada GPS yang menempel di antara dashboard mobil.
Melihat alamat yang menampilkan icon bertuliskan sebuah minimarket yang diketik gadis itu membuat Orion merasa penasaran. "Kamu tinggal di dekat minimarket?"
"Aku bekerja di sana."
Orion menolehkan kepalanya, menaikkan sebelah alisnya dengan pandangan tidak percaya. "Malam-malam seperti ini?"
"Ya," jawab Avery, ragu-ragu setelah membalas tatapan Orion. "Aku bekerja di shift malam.
"Apa tidak terlalu berbahaya perempuan bekerja di malam hari?"
"Aku sudah terbiasa, kok."
Meski tidak lagi menoleh ke arah Avery, Orion masih mengerutkan wajah sembari menaikkan sebelah alisnya, seakan sanksi dengan perkataan yang terucap dari Avery, terutama setelah mendengar dia yang menganggap ini adalah hal biasa yang dilakukannya sehari-hari.

KAMU SEDANG MEMBACA
(ongoing) Be With You
RomanceOrion, jika aku mengatakan padamu bahwa ada hantu di dalam lemarimu, apakah kamu akan percaya? ↪ Ternyata dia memang masih ada di dunia ini, seseorang yang saya bunuh. Avery, jika aku mengatakan padamu bahwa ada hantu di dalam lemarimu, apakah kamu...