; duabelas - newlywed

49 3 0
                                    

Pernikahan itu berlangsung dengan cepat, bahkan sangat cepat sehingga Avery tidak bisa mempercayai bahwa hari ini, dia pada akhirnya menikah dengan seorang penerus Atmawijaya yang tidak lain adalah tetangga dan teman bermainnya di masa kecil.

Avery melirik Orion yang sedang sibuk dengan ponselnya di samping kasur, laki-laki itu terlihat menerima banyak panggilan dan pesan penting setelah menghilang seharian penuh, sibuk menyapa tamu yang datang ke pernikahan mereka, meskipun sebenarnya tidak terlalu banyak, dan sebagian besar adalah relasi kakeknya, mengingat Orion sudah terlalu lama tinggal di Prancis, dan Avery tidak tahu harus mengundang siapa dalam pernikahan dadakan ini.

Hari ini adalah kali pertama mereka berdua kembali bertemu. Orion tidak pernah menampakkan dirinya selama beberapa minggu berisikan persiapan pernikahan, dia seakan menghilang ditelan bumi, mempercayakan semuanya pada Avery, termasuk membiarkannya membuat kue pernikahan sendiri, juga menyerahkan sisanya pada wedding organizer kenamaan yang sukses menyulap ballroom Hotel Adeliade menjadi berkali kali lipat lebih cantik.

Toh, Avery juga tidak bisa mengeluh ataupun protes pada Orion yang tidak banyak terlibat. Pernikahan ini bukan karena kesadaran dan keinginan mereka berdua, mereka hanya perlu untuk sama-sama diuntungkan, sudah cukup asalkan terlaksana. Violet pun sudah menjalani operasi yang dia butuhkan saat itu.

Sebenarnya, setiap mengingat pernikahan ini, Avery masih ingin merutuki dirinya sendiri karena kejadian beberapa minggu lalu. Jika diingat-ingat, dia seperti seorang anak yang merengek kemudian mengadu karena baru berkelahi dengan orangtuanya sendiri.

Pasti dia akan semakin terlihat seperti anak kecil di mata Orion. Memalukan.

"Mau saya bantu?"

Avery terperanjat ketika menyadari Orion sudah berada di belakangnya, berdiri dan menatap dirinya yang kesusahan. Avery tidak sadar bahwa sedari tadi dia masih berdiri di depan wastafel dengan pintu kamar mandi yang terbuka, berusaha keras membuka resleting yang berada di bagian belakang dress yang dia kenakan.

Bisa-bisanya dia lupa ada Orion yang bisa dia mintai bantuan di dalam kamar hotel ini hanya karena laki-laki itu sibuk dengan dunianya sendiri.

"Ah, ya." Avery melepaskan kedua tangannya yang terasa pegal karena mencoba melepaskan gaun pernikahannya, seharusnya dia memikirkan hal ini juga ketika fitting, bukan hanya yang terlihat bagus dan sederhana dimatanya. "Tolong."

Orion ikut masuk ke dalam kamar mandi untuk membantunya menurunkan resleting, seakan itu adalah hal lumrah.

Avery mengangkat rambutnya sembari menatap laki-laki itu dari pantulan cermin, dari depan sana, Orion terlihat masih berpakaian lengkap dengan jas yang berwarna senada dengan gaunnya, dia jelas masih terlihat menarik meskipun dengan rambut yang sudah tidak lagi tertata dasi yang sudah dia longgarkan hingga hampir lepas.

Dilihat dari perawakannya yang masih terlihat segar itu, berdiri seharian dan menyambut orang-orang yang datang dalam acara formal nampaknya sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi Orion.

Menyadari Orion sudah menurunkan resletingnya dan kini balik menatapnya dari cermin dengan alis terangkat, Avery cepat-cepat menutup punggunya yang terbuka dan membalikkan tubuhnya. Wajahnya mendadak terasa panas karena sekarang dia berhadapan dengan Orion, laki-laki itu hanya berjarak beberapa jengkal dari tubuhnya. "Terimakasih," kata Avery, salah tingkah.

Da rasanya ingin mengerucutkan dirinya hingga menjadi kecil dan meloloskan diri dari kamar mandi yang entah bagaimana bisa terasa begitu sempit dan intim. Sayang sekali dress-nya yang rumit dan mengembang ini tidak mendukung.

"Kamu malu?"

Orion menyadari perubahan suasana yang terjadi, dia lalu menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajah Avery dari dekat, bahkan hingga terlalu dekat, merasa terhibur oleh reaksi gadis yang bahkan tingginya tidak setara dengan pundaknya itu.

(ongoing) Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang