12. Berangkat bareng Marchel

50 39 10
                                    

sus..pasien yang bernama Surya Hendra dimana ya?" Karen bertanya kepada resepsionis rumah sakit dengan wajah panik,

"sebentar ya mbak..saya check dulu.."

"ada di ruangan VIP mbak.."

"makasih suster" dengan secepat kilat Karen berlari ke ruang VIP untuk melihat kondisi papi nya.

*

"papi.." Karen menangis lalu berlari menuju papinya yang sedang mengobrol dengan papanya Arga, apa? Ngapain papa nya Arga dateng ke sini malam-malam??,

"Karen sayang nya papi.." papi Karen memeluk dengan erat putri semata wayangnya tersebut,

"papi kok gak bilang sama Karen kalo papi sakit??" Karen menangis tapi tak bersuara,

"jangan nangis gitu dong..malu ah ada papa nya Arga" papinya menenangkan Karen yang sedang menangis dipelukannya,

"iy..iya..tapi papi janji dulu! Papi pokoknya harus sembuh! Kalo papi gak sembuh Karen juga sakit nanti.." Karen melepas pelukan dari papinya sambil mengacungkan jari kelingkingnya ke arah papinya,

"iya" papinya tersenyum, Karen mengusap air matanya.

"yaudah kalo gitu Surya..pembicaraan kita kan udah selesai, saya pamit pulang dulu ya..udah malem" papanya Arga berdiri dari tempat yang ia duduki sambil berpamitan dengan papinya Karen,

"iya, makasih banyak ya.."

"jangan sungkan kalo butuh sesuatu" papanya Arga tak lama keluar ruangan.

"mami, mami kok gak kasih tau Karen kalo papi dirawat?" Karen penasaran mengapa maminya tak memberitahu,

"mami gak mau kamu khawatir sayang.." jawab maminya lembut,

"tapi mami, lebih khawatir lagi kalau aku gak bisa liat papi untuk yang terakhir kali,"

"iya Karen..mami minta maaf ya, lain kali mami kasih tau kamu,"

"oh iya kamu kan besok UN Karen" sambung nya beberapa detik kemudian teringat,

"iya" jawab Karen singkat, sambil memeluk papinya yang sedang tiduran di kasur yang lumayan lebar,

"kamu pulang aja sana!" titah maminya,

"enggah ah mi" Karen menolak,

"belajar Karen! Katanya mau jadi dokter kan?"

"iya, tapi mami masak gak?"

"enggak, kan mami buru-buru tadi pagi..lagian di rumah ada bi Minah, suruh aja dia masakin kamu,"

"enggak ah mi.."

"enggak lagi, enggak lagi..terus kamu maunya apa?"

"..."

"mau jadi apa kamu kalo gak belajar??"

"iya mi..aku pulang. Aku belajar biar bisa jadi dokter terus sembuhin papi deh.." ujar Karen seperti anak kecil,

"yaudah sana! Pak Bagusnya juga masih ada diparkiran kan?"

"iya masih,"

"yaudah sana pulang! Hati-hati dijalan!"

"belum juga aku pamit mi.."

"pi..aku pulang dulu ya..papi baik-baik disini, pulang sekolah besok aku jengukin papi lagi," Karen memeluk papinya,

"iya sayang..belajar yang pinter! Jadi dokter yang sukses ya.." papinya mengusap kepala putrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang,

"iya pi..cepet sembuh ya.." Karen melepas pelukannya,

AdagioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang